Terawih, Dan Fenomena Bidadari Kompleks

22 Jun 2016 15:31 5674 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
sumber UINLO.com

Sholat terawih sudah memasuki pertengahan bulan, ini menunjukkan kondisi masjid atau mushola sudah mulai longgar, berbeda dengan kondisi pada minggu-minggu pertama. Pada malam pertama terawih, warga sekitar masjid/mushola dan penghuni komplek berduyun-duyun menuju ke serambi masjid. Pakaian yang didominasi warna putih menghiasi serambi masjid, ruangan dalam penuh sesak, bahkan sampai meluber keluar dengan menggelar tikar atau alas seadanya.

 

Ini merupakan fenomena tahunan  yang terjadi pada musim bulan puasa, jadi tidak perlu diperdebatkan panjang lebar, namun, perlu dikoreksi kenapa fenomena ini bisa sampai mendarah daging. Di perkotaan, masyarakat yang tinggal di komplek perumahan (elit maupun sederhana) yang  dihuni oleh orang-orang sibuk bahkan super sibuk (mencari uang) sangat jarang untuk menyempatkan diri sholat ke masjid. Itu hanya untuk sholat di masjid, bahkan rumah yang dibelinya  mungkin hanya ditempati sebagai tempat “parkir” ketika kebetulan lagi longgar, ini disebabkan sibuknya aktifitas kerja yang memaksa rumah menjadi terbengkalai. Tapi sudahlah itu urusan duniawi demi untuk menunda kematian (kalau tidak mati mendadak).

 

Kita kembali pada soal terawih dan bidadari komplek, sholat terawih memang dilakukan setahun sekali ketika musim puasa, jadi semangat (awal) untuk mengikuti sangat membara, namun semangat yang membara itu tidak didukung asupan “gas” yang sesuai, yang akhirnya lama-kelamaan bara itu redup dan mati.

 

Nah, terbayangkan atau tidak, ketika awal-awal terawih dilaksanakan, bidadari-bidadari penghuni komplek turun berduyun-duyun dengan modelnya masing-masing, pada menampakkan diri. Ini suatu fenomena yang langka, jadi sangat sayang untuk dilewatkan.

 

Pada hari-hari biasa (di luar bulan puasa) bidadari-bidadari ini sangat jarang menampakkan diri, ini disebabkan para bidadari sembunyi di balik kesibukannya masing-masing. Mendekati akhir puasa, bidadari-bidadari mulai menghilang dari serambi masjid, mereka (para bidadari) berpindah ke lokasi-lokasi keramaian kota, tidak hanya bidadari saja, para pangeran-pangeran komplek juga mengikuti gerak-gerik bidadari.

 

Serambi masjid yang semula dihiasi bidadari dan pangeran menjadi sepi sunyi, hanya suara kaset yang disambungkan ke  menara toa biar memberikan kesan ramai di serambi masjid. Para bidadari dan pangeran ini akan kembali menampakkan diri dan meramaikan serambi masjid saat sholat Idul Fitri tiba.

 

Wajah para bidadari kembali bersinar dan meramaikan serambi masjid dengan aroma wangi dan sinaran “kulit” (baju) yang berkilau bak intan permata yang terkena silauan matahari. Mak celirit-celirit byarrr...  Dan tatapan mata yang tajam dengan penuh isyarat dan tanda tanya (?). Mak Tratap dap dap pyar....

 

Tags

About The Author

Abdus Salam 36
Ordinary
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel