Ramainya atas laporan akan ditutupnya Google dan Youtube di Indonesia membuat banyak respon tidak mendukung, meskipun ada yang setuju, tapi yang setuju mungkin hanya segelintir dari yang tidak setuju.
Â
Salah satu pakar keamanan cyber, Pratama Persadha menyebutkan bahwa Google dan Youtube sejatinya bukanlah media penyedia konten, jadi sulit bagi mereka untuk mengawasi satu persatu konten yang ada di dalamnya.
Â
"Di sinilah peran serta masyarakat untuk ikut membantu pemerintah dengan melaporkan situs-situs yang berisi konten negatif. Dari laporan-laporan yang masuk kemudian akan diproses dan ditindaklanjuti sehingga konten dan situs itu akan terhapus dan terblokir," katanya seperti dikutip dari Suaramerdeka.com
Â
Isu ini meledak, ketika Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) melalui Sekjen Muhammad Jafar Hafsah, menuding Google dan YouTube ikut menyebarkan konten pornografi. Kabar tentang desakan Sekjen ICMI itu pun telah sampai ke telinga Kemeninfo, Rudiantara saat itu juga.Â
Â
Menurut Direktur Eksekutif ICT Watch, Donny B.U sebagaimana diberitakan Detik.com yang menyatakan bahwa jika kita hidup di pinggir sungai, ajari anakmu berenang. Jangan melarangnya mendekati sungai, pun malah ingin membendung sungainya.
Â
Pernyataanya, menurut saya sangat mudah dicerna oleh masyarakat awam, karena bertempat tinggal di daerah sungai secara otomatis agar bisa menaklukkan sungai itu sendiri, harus dengan cara berenang, atau menggunakan perahu. Dan kalaupun memang tidak bisa berenang carilah tempat yang tidak berada dekat dengan sungai, itulah salah satu cara agar tidak hanyut karena aliran sungai.
Â
Begitu juga dengan Google dan Youtube,Google yang sejatinya bukanlah penyedia konten, melainkan adalah mesin pencari. Sedangkan Youtube sejatinya juga sudah memblokir video-video yang berbahu pornografi. Kalau memang tidak ingin menemukan situs yang berbahu pornografi maka jangan cari situs pornografi, carilah situs-situs yang lebih bermanfat,. Kalau masih tidak mampu, jangan gunakan akses internet, atau matikan sekalian internet di Indonesia. Biar kembali pada masa purba yang jauh dari dunia kemodernnan.
Â
Sedangkan untuk anak-anak, sejatinya ini memang peran orang tua sangat besar. Ajarkanlah kepada anak-anak cara menggunakan internet dengan hal-hal yang baik. Jangan biarkan anak-anak mengakses internet tanpa kontrol dari orang tua.
Â
Seandainya Google ditutup kemungkinan besar masyarakat Indonesia khususnya, akan merasa kehilangan, bagaimanapun Google dan Youtube sangat dinikmati seluruh masyarakat yang menggunakan akses berselancar di internet. Dari semua kalangan, masyarakat biasa, guru, artis, mahasiswa, pelajar, anak-anak, pejabat, anggota dewan dll.
Â
Saya kok jadi mengaggap (semoga tidak benar) bahwa ICMI (yang melaporkan penutupan Google dan Yotube) terkesan hanya ingin mencari nama, atau istilah mudahnya ingin dikenal banyak masyarakat dan mungkin juga sedang tidak lagi banyak "proyek". Atau bisa jadi ingin mengalihkan isu-isu yang lagi santer dalam pemberitaan.
Â
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Dr. Jimly Asshiddiqie saja menegaskan bahwa  ICMI tak pernah mendesak pemerintah menutup situs Google dan YouTube. Pernyataan Sekjen ICMI, Jafar Hafsah terkait hal itu ditegaskan bukan sikap resmi organisasi.
Â
"Itu bukan sikap resmi ICMI. Tidak mungkin Google sama YouTube dilarang karena kita bukan China, kalau di China memang dan sudah sepuluh tahun lalu," kata Jimly dikutip Detikcom, Rabu (8/6/2016).
Â
Saya menyarakankan kepada Bapak Sekjen ICMI, lebih baik Bapak melaporkan situs-situs radikalisme yang semakin banyak di dunia maya, suruh pemerintah menutup/memblokir situs radikalisme, bukan malah melaporkan untuk menutup Google dan Youtube. Saya yakin, Bapak saat berselancar di dunia maya, pasti menggunakan Google dan Yotube.