Bulan puasa banyak sinetron-sinetron (baru) yang tayang berbahu agamis, ada juga sinetron yang memang tayang khusus pada bulan puasa, seperti Para Pencari Tuhan yang sudah mencapai jilid 10, berarti sudah 10 tahun sinetron spesial puasa ini menghibur penonton setianya. Bahkan para pemainnya juga sudah banyak yang mulai menua wajahnya.
Â
Tidak sengaja pas menjelang buka puasa saya menyalakan televisi, iseng-iseng saja sekalian menunggu waktu berbuka. Maklum sekarang saya sudah jarang menjangkau televisi, bukan karena sok sibuk atau tidak punya televisi, namun karena tayangan-tayangannya yang kadang kurang mendidik. Kalaupun melihat televisi, biasanya saya mencari acara-acara yang berbahu petualang.
Kebetulan pas buka puasa, tanpa sengaja saya melihat stasiun televisi SCTV, dan waktu itu siarannya sedang berlangsung sinetron baru, yaitu D’hijabers yang dibintangi oleh Laudya Chintia Bela dan Ali Syakeb. Meskipun saya sudah jarang menjangkau televisi, tapi sosok Ali Syakeb saya sudah familier karena sebelumnya sudah sukses di sinetron Pesantren Rock N Roll. Selain wajahnya yang keren dan berbau arab, aktinya yang kadang bikin kocak membuat saya tertarik untuk menonton sinetron Dhijabers. Apalagi lawan mainya sosok Laudya Chintia Bela yang mempunya wajah ayu (apalagi lagi berhijab).
Â
Tidak hanya itu, ternyata pemain-pemain lainnya juga mempunyai wajah yang ayu-ayu dan ganteng , tapi berhubung saya tidak begitu familier jadi saya tidak bisa menyebutkan namanya satu persatu. Ketika melihat dari judul sinetronnya, tidak ada sedikitpun saya tertarik untuk menonton, tapi setelah melihat awal ceritanya, saya jadi tertarik untuk mengikuti,. Maaf, bukan berarti saya pecinta sinetron tapi karena menurut saya setting karakternya ada yang bersifat humor, ini lah yang bikin saya tertarik untuk mengikutinya. Satu lagi, para pemainya saya kira juga bisa membuat mata melek.
Â
Masuk pada ceritanya, dari episode pertama ketika saya mengikuti sampai selesai, saya sudah bisa menangkap maksud dari cerita yang akan disampaikan (ini hanya versi saya, tapi semoga saja benar). Ali Syakeb yang berperan sebagai seorang Mas Penghulu (orang yang kerjanya menikahkan orang) adalah seorang lelaki tampan dan mapan, sukses di wajah juga sukses di karir. Namun nasib jodohnya belum sukses. Meskipun sering menikahkan orang tapi nasibnya sendiri belum menikah, alias jomblo yang ganteng dan sukses. Inilah Ali Syakeb kadang bingung harus menjawab apa, ketika ditanya orang-orang yang mengikuti proses ijba kabul.
Â
Kedua, sosok Laudya Chintia Bela yang berperan menjadi Kantini, sosok perempuan yang berparas ayu, mempunyai usaha salon muslimah yang berjalan sukses, kaya dan lain-lain. Intinya wajah, karir dan harta sudah dimilikinya, tapi satu yang belum dimilikinya yaitu sosok suami yang mampu membimbingnya. Nasibnya sama kaya Ali Syakeb yang sama-sama jomblo. Dan pemain-pemain pendukung yang lain, rata-rata sudah mempunyai kekayaan yang lebih, wajah yang lebih, tapi tetap saja masih jomblo.
Â
Dari sini, saya menangkap makna dari sinetron D’hijabers, meskipun sudah mempunyai pekerjaan yang mapan, kekayaan yang cukup, wajah yang bisa dikatakan lebih dari cukup, tidak serta merta bisa mendapatkan pasangan/jodoh, namun nasib untuk menjomblo masih tetap bisa menempel dari dirinya. Jadi, orang yang masih menjomblo itu bukan karena wajahnya yang kurang tampan atau cantik, tapi wajah tampan dan cantik juga berhak untuk mendapat gelar jomblo. Orang sukses dan kaya juga berhak mendapatkan gelar jomblo, tidak serta merta milik orang pengangguran dan miskin.
Â
Jadi intinya Tuhan itu Maha Adil menciptakan makhluknya di dunia, ada yang bernasib baik ada kalanya bernasib kurang baik, ada yang kaya ada yang miskin, ada yang cantik, ada yang ganteng, ada yang berpasangan ada yang jomblo. Ada yang miskin namun berpasangan, ada juga yang kaya tapi jomblo. Apapun itu, sebagai manusia yang diciptakan Tuhan kita harus tetap bersyukur, menerima dan berusaha. Jangan hanya menerima saja, berusaha saja atau hanya bersyukur tanpa ada usaha. Kalau sudah berusaha, menerima pasti akan bersyukur.
Â
Â