Author :
- Humorous242
Â
Â
Â
Author POV
Â
“Jaehyun-ah..â€
“Hmmâ€
“Jaehyun-ah..â€
“Mwo?â€
“Lihat kemari.â€
Pemuda bernama Jaehyun itu, mulai menegakkan kepalanya dari majalah fasion dipangkuannya. Hanya untuk beberapa saat, ia menatap wanita dengan gaun putihnya yang menawan. Wanita itu tersenyum padanya.
“Bagaimana?â€
“Bagus.â€
“Bagus? Hanya itu?â€
“Hmm, kalau kau menyukai gaun itu. Segera ganti bajumu, kita masih memiliki banyak pertemuan. Aku akan menunggumu dimobil.â€
Jaehyun melangkah cepat keluar dari butik khusus gaun pre-weding ini. Ia tak menolehkan kepalanya sama sekali untuk melihat betapa sedihnya raut wajah calon istrinya.
Â
***
Jaehyun POV
Â
Jantungku masih saja berdebar. Aku tak tau mengapa, selalu seperti ini setiap kali bersamanya. Menghindarinya adalah caraku menutupi semua rasaku. Mobil ini selalu menjadi saksi akan sikap pengecutku ini.
Ia masih berada di dalam butik itu ketika aku mulai merasa betapa kejamnya diriku ini. Aku selalu merasa ia mirip dengan wanita itu, wajahnya, suaranya, senyumnya, bahkan caranya melihat juga memanggil namaku. Itu selalu membuatku gila, entah kenapa aku selalu melihat wanita lain dalam dirinya.
Karena melamun.Tanpa sadar ia sudah berada disampingku, menatapku dalam diam. Namun, kulihat seperti ada banyak pertanyaan dimatanya.
“Kita akan menemui perancang cincin pernikahannya. Setelah itu melihat dekorasi aula pernikahan. Hahh.. Seharusnya kita menyewa wedding organizer saja, dari pada harus repot begini.â€
Ia hanya diam mendengarkanku. Kunyalakan mesin mobil dan mulai mengendarainya, sementara ia hanya diam disepanjang perjalanan. Aku mulai merasa dia tak seperti biasanya. Sampai ketika ia mulai menyuarakan pertanyaannya.
“Kenapa?â€
Ia berkata sangat pelan seolah tenaganya telah habis terkuras.
“Mwo?â€
“Kenapa kau melamarku?â€
“Hah? Apa maksudmu?â€
“Kenapa kau melamarku Jaehyun-ssi? Kenapa kau dulu tiba-tiba datang dan melamarku begitu saja?â€
“Ada apa denganmu?â€
“Kenapa kau melakukanya?â€
Sekarang kulihat matanya mulai berkaca-kaca.
“Kau tak bisa menjawabku? Kenapa kau diam saja? HAH?â€
“Tenangkan dirimu!â€
“Apa masih karena, aku mirip dengan mantan kekasihmu itu?â€
“Hentikan.â€
“Hentikan kau bilang? Jadi benar ini karena dia?â€
Kulihat air matanya mulai menetes satu persatu.
“Baiklah, kita hentikan saja semua ini. Batalkan pernikahan ini.â€
“Kau gila?â€
“Ani, kau yang gila. Kau tak pernah mencintaiku, lalu kenapa kau menikahiku?â€
“ Aku tidak bisa.â€
“Aku juga, aku tak bisa mengerti dirimu. Hentikan mobilnya, aku akan turun disini.â€
“Andwe.â€
“Aku bilang berhenti atau kau ingin aku melompat dari sini?â€
“Hentikan mobilnya, Jaehyun-ssi.â€
Aku menuruti kemauanya, kami berhenti dijalan yang sepi. Namun, aku mengunci pintu mobilnya otomatis. Sungguh, aku tak ingin berakhir seperti ini. Ia mencoba membuka pintu itu sekarang, tentu ia tak akan bisa melakukanya.
“Buka pintunya.â€
“Cepet buka pintunya.â€
“Bukankah kau mencintaiku ? Tidakkah itu cukup?â€
“Benar, aku memang mencintaimu. Aku tak tau mengapa. Tapi aku tak bisa memaksamu menikahi orang yang tidak kau cintai Jaehyun-ssi.â€
“Sekarang buka pintunya, aku akan membatalkan pernikahan ini sendiri.â€
Jantungku seperti berhenti mendengar perkataanya. Untuk pertama kalinya ia mengakui perasaanya. Kupikir selama ini ia mau bertahan karena aku memiliki segalanya, uang, kekuasaan, juga kemewahan. Tapi aku tak menyangka bahwa akupun memiliki hatinya.
Kutatap mata hitam yang tengah menatapku sedih itu. Tanpa berkata apapun, aku mengelus perlahan kepalanya. Aku baru menyadarinya, Seon Ah bukanlah Min Ji. Kenapa aku melukai perasaan gadis ini? Kenapa aku selalu melihat gadis ini? Kenapa aku gugup saat bersamanya? Bukan karena wajah mereka yang sama. Namun, karena aku memang menyukai tipe wanita seperti mereka berdua.
Seon Ah, terkejut menatap tingkahku. Ia hanya diam dalam suasana hangat yang pertama kali kubuat untuknya. Tidakkah sekarang ia mengerti?
Â
Seon Ah POV
“Mianhae..â€
Bukan saranghae, melainkan mianhae. Setelah berharap akan sikapnya tadi. Dia malah meminta maaf padaku? Apa dia merasa bersalah karena mempermainkan perasaanku. Atau dia ingin mengakhiri semuanya dengan elusan hangatnya yang pertama kali kurasakan ini. Perasaanku mulai tak terkendali. Aku marah, bingung, sedih, namun juga ada rasa bahagia disana. Kuhentikan usapannya dikepalaku. ia terkejut akan sikapku, tanpa sadar aku segera membuka kunci pintu mobil ini. Bergegas keluar, entah mengapa menatapnya membuat hatiku sakit.
Tak ada derap langkah kaki yang kudengar, sudah pasti. Ia tak mungkin mengejarku. Aku tau orang macam apa dia itu. Tak mungkin dia mau menghabiskan waktu berharganya hanya untuk diriku.
***
Seminggu berlalu semenjak kejadian itu. Dia bahkan tak menelfon apalagi mencariku. Inikah akhir dari cinta sepihakku? Aku tak tau bagaimana perasaanya terhadapku. Kupikir ketika dulu ia melamarku, itu tandanya ia mencintaiku. Tapi kurasa sekarang aku tau, baginya aku adalah duplikat Kim Min Ki. Mantan kekasihnya yang meninggalkanya karena pria lain.
Dalam seminggu ini yang kulakukan hanya berdiam diri dikamar. Aku tak pergi kerja, karena pastinya aku akan bertemu denganya dikantor. Dia bosku dan aku sekertarisnya. Entah, aku merasa aneh seminggu ini setelah kukatan akan membatalkan pernikahan. Tak ada yang bertanya kepadaku mengenai itu, bahkan ibuku tak bertanya sama sekali. Apa Jaehyun merahasiakan hal ini karena malu? Oh mungkin saja ia melakukanya. Dia pria dengan harga diri selangit. Dan kenapa juga aku peduli akan hal ini, aku sangat bodoh karena terus memikirkanya.
tok.. tok.. tok..
"Masuk.."
"Jadi ini yang kau kerjakan selama bolos kerja."
Aku menoleh cepat kearah pintu kamar. Lelaki yang baru saja kulamunkan berada disana.
"Kenapa kau kemari?"
"Kau hanya melamun dan memikirkanku. Benarkan?"
"Itu bukan urusanmu."
"Tentu itu urusanku. Sekertarisku bolos kerja, apa aku harus mencari yang baru?"
"Kau tau apa jawabanya Jaehyun-ssi."
Dia menatap tepat manik mataku, masih dengan posisi sama. Ia bersandar didinding dekat pintu, dan aku duduk diranjang kecilku.
"Begitukah? Jadi aku harus mencari yang baru?"
"Lakukan sesuka hatimu."
"Jadi boleh begitu."
"Mwo? apa maksudmu."
Tepat setelah aku mengatakanya. Derap langkah kakinya begitu cepat menuju kearahku. Sepersekian detik baru aku menyadari apa yang akan dilakukanya.
Chuu..
Bibir kami bertemu untuk pertama kalinya semenjak kami saling mengenal dua tahun lalu. Aku tak tau kenapa ia selalu mengejutkanku. Namun, aku tak ingin menerima hal ini darinya sekarang. Kudorong tubuhnya menjauh dariku. Setelah kecupan yang diberikanya. Hatiku berdesir aneh saat ini.
"Keluar dari kamarku sekarang juga!"
Dia menunjukan smriknya untuk pertama kali padaku. Sebuah senyuman aneh yang belum pernah kulihat sebelumnya.
"Kita lihat, apa kau masih akan bolos kerja setelah ini."
"Apa maumu sebenarnya?"
"Aku tak akan melepasmu, sampai kapanpun."
Ada kesungguhan dalam mata tajamnya. Aku tak pernah mendengarnya bicara sebanyak dan seserius ini padaku.
"Aku tidak peduli, apapun yang akan kau lakukan. Kita sudah berakhir minggu lalu."
"Itu menurutmu. Bagiku, ini baru dimulai."