Nostalgia SBMPTN

1 Jun 2016 17:53 6219 Hits 0 Comments
SBMPTN = Seleksi Berujung keMacetan Pertigaan  Tembalang, Non

SBMPTN 2014. Bagaimana mungkin saya melupakan nama  tersebut. Salah satu jalur untuk memasuki kampus-kampus negeri melalui tes. Entah, keinginan kuliah di kampus negeri terkemuka menggebu-gebu setelah gagal di jalur SNMPTN.  Malam sebelum tes tertulis di Puwokerto, malah nonton bareng piala dunia di Brazil. Pertandingan yang mempertemukan Jerman dengan Portugal berakhir dengan skor 4-0, untuk kemenangan Der Panzer  . Pertandingan usai, mata yang sudah 5 waat. Tak mampu menahan kantuk tertidur di depan telivisi hingga pukul 9 pagi.

“Dug …” bangun seperti dipukul bedug masjid. Alih-alih ingin mencoba SBMPTN itu gagal. Njir, lirik lagu Rhoma Irama pun muncul di bawah ini.

Begadang jangan begadang // Kalau tak ada gunanya.

Maknyus, SBMPTN tak jadi kulewati. Gigit jari manis berjalan menuju rumah. Raut muka lesu. Terik matahari tak menyilaukan. Nasehat si mbah bagai angin berlalu. Sahut-sahut burung prenjak tak menarik minat.  Terasa kalang kabut. Butuh sandaran mantan-mantan dan calon gebetan.

Mukaddimah tersebut selalu saya sampaikan ketika di tanya soal kisi-kisi SBMPTN oleh siapa-pun.

“Bro, kisi-kisi SBMPTN apa ?”

“Jangan tidur larut malam. Bisa kacau usahamu.”

Meski terkesan tidak ada hubunganya dengan puluhan ribu prediksi soal masuk PTN favorit. Jawaban tersebut pengalaman yang mengernyitkan dahi. Hingga muncul perasaan bersalah setiap SBMPTN di helat.

“Andai …. “

“Andai ….”

Mantan & Kemacetan

 Memasuki tahun 2015, masih ada keinginan untuk mendapatkan peruntungan di jalur SBMPTN. Alasanya, supaya rasa penasaran tahun lalu terbayarkan. Libido untuk masuk ke perguruan negeri favorit masih terpendam di otak. Selain itu, akun bidikmisi masih bisa dipergunakan untuk mendaftar jalur tes tersebut. Bejo, akun itu aktif selama dua tahun semenjak pendaftaran. Selama nomor dan kata sandi masih ingat maka bisa diperbaharui untuk menempuh ujian yang direkomendasikan oleh Kementrian Riset & Pendidikan Tinggi. Mengikuti alur yang telah di contohkan di website bidikmisi.com. mendapatkan selembar kertas bertuliskan “KARTU PESERTA SBMPTN 2015”.  Rasanya girang bukan kepayang, apalagi didapatkan tanpa keluar uang sepeserpun.

Jangan jatuh pada lubang yang sama. Pepatah tersebut ku pegang supaya tidak mengulangi kembali kesalahan fatal tahun lalu.. Kehilangan kesempatan tahun sebelumnya, negara masih memberikan kesempatan untuk mencoba kembali. Mantan pun, tidak mengerti betapa bahagia hati ini. Baru saja  kata “putus” tertulis di layar telepon genggam. Perasaan gundah gelisah melebihi cerita tragis Romeo & Juliet. Lidah rasanya ingin mengeluarkan kata-kata untuk merangkai perasaan yang tertanam dalam  hati. Setelah pulsa datang dari langganan, menelpon untuk mengklarifikasi morfem “putus”.

“Kamu serius nulis kata itu, mih ?”

“Iya, pih.”

“Yasudah. Kita kamu jadi mantan ku saja”

“Y”

Ke esokkan hari. Telepon genggam bordering. “Mamih memanggil” tulisan yang tampil di layar kaca handphone. Untuk mengangkat pun bimbang. Pasalnya, telepon sembari merokok akan bukan seleraku. Tapi, ini pasti ada kaitannya dengan pesan singkat tadi malam.

“Pih, maafkan perkataan mimih tadi malam ?”

“Apa ?”

“Maaf. Pesan singkat itu ditulis saat perasaanku sedang khilaf. Serius !”

Tidak menaruh respek terhadap ucapan yang disampaikan oleh sang mantan. Kegiatan menjilat ludah sendiri, seharusnya menggelikan sekaligus kurang baik kalau dipelihara. Keputusan sudah diketuk palu, apapun resikonya harus dijalankan untuk mendapatkan hikmah.

“Iya. Mohon maaf, itu sudah keputusan” tombol telepon merah aku tekan. Bunyi berakhirnya panggilan pertanda sambungan telepon telah putus. Suasana mendadak hening, sebatang rokok sudah membakar dirinya hampir sampai filter. Bergegas mandi untuk mengikuti tes di kampus UNDIP. Yah, kampus megah dengan biaya terjangkau. Semua orang tahu, kalau perguruan tinggi yang satu ini telah mengantarkan sang rektor duduk di kursi menteri.

Perjalanan menuju kampus yang letaknya di Tembalang diawali dengan berdoa sesuai kepercayaan masing-masing. Dilanjut pembukaan, pembacaan ayat suci Al-Qur’an, puncak acara adalah mauidzoh khasanah dari Pak Djebril, kemudian penutup.

Tetap fokus perjalanan, di atas itu hanya urutan acara yasin & tahlil setiap malam jumat. Perjalanan Tembalang-Ngaliyan biasanya ditempuh 50 menit. Untuk kali ini ditambahi bonus 25 menit. Pasalnya macet dari tanjakan Gombel ditambah macet saat masuk kampus. Ketika menderita kemacetan, terdengar celetukan dari pengguna motor dibelakangku.

“SBMPTN = Seleksi Berujung keMacetan Pertigaan  Tembalang, Non”

Njir, ini akronim yang dimunculkan karena penderitaan. Saya dan teman hanya bisa tersenyum di belakang angkot yang mengeluarkan kepulan asap hitam. Sesekali melempar senyum kepada pengucap, serta berharap satu tempat tes agar bisa tertawa lepas bersama. Mungkin saja, akronim frontal itu hanya ditangkap oleh pendengaranku.

SBMPTN, tetap saja seperti itu. Dengar-dengar biaya registrasi naik. Kalau benar, biarkan saja. Semakin banyak pendaftar, uang masuk terhadap rekening akan melonjak. Terus perkara dikorupsi, doakan saja cepat di tangkap. Biar tidak berlarut-larut seperti kasus SNMPTN.

 

 

Tags

About The Author

Fadli rais 42
Ordinary

Fadli rais

Pecinta mamah muda made in Indonesia
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel