Â
Saat ini saya masih fokus dengan fenomena-fenomena menarik yang terjadi di dunia hiburan Tanah Air. Setelah tulisan saya mengenai Fenomena Persaingan Film Indonesia Versus Film Hollywood Yang Masih Berlanjut di  http://www.plimbi.com/article/164642/fenomena-persaingan-film-indonesia-versus-film-hol, kembali saya tertarik dengan kontes-kontesan menyanyi yang masih digemari masyarakat sampai saat ini.
Â
Sejak American Idol ngehitz di Amerika sono, Indonesia latah mencoba mengekor kesuksesan acara ini, lahirlah Indonesian Idol yang diputar di RCTI. Sebelumnya, sudah ada kontes nyanyi yang sudah lebih dulu tayang di Indosiar yaitu Akademi Fantasi Indosiar atau dikenal dengan nama AFI.
sumber gambar diambil dar google image
Â
Tahun 2004 menjadi momentum bagi acara kontes-kontesan di Indonesia, terutama saat Indonesian Idol booming di layar kaca. Semua anak-anak muda yang merasa punya bakat nyanyi berlomba-lomba adu nasib dan peruntungan lewat kontes nyanyi ini. Mulai dari yang masih ABGÂ sampai yang sudah punya anak pun ikut ambil bagian dan tidak mau ketinggalan.Â
Â
Bukan saja para kontestan yang mencoba mengubah nasib mereka untuk menjadi artis hiburan di Tanah Air, para penonton pun asyik ber-euforia mendukung para kontestan andalannya. Para pendukung setia ini rela menghabiskan ratusan ribu hingga jutaan rupiah mengirimi SMS maupun via telepon buat jagoannya supaya jangan tersingkir. Saya juga termasuk yang larut dalam euforia ini pada masa itu, dan hasilnya saya tiga kali menjadi orang yang beruntung mendapatkan jutaan rupiah hasil dari jerih payah saya mendukung kontestan andalan agar jangan sampai tereliminasi. Beneran lho, saya nggak bohong, hehehe...
Â
sumber gambar diambil dari google image
Â
Dari hasil mengikuti kontes nyanyi ini, bermunculanlah idola-idola baru seperti Delon II, Judika II, Tia AFI, Fathin X-Factor dan masih banyak lagi yang bukan saja dinobatkan sebagai penyanyi, tapi bahkan juga menjadi bintang film/sinetron, maupun sebagai bintang iklan. Wah, pokoknya benar-benar jadi superstar deh.
Â
Kenyataan itulah yang membuat banyak orang masih menggantungkan mimpinya dengan mengikuti kontes-kontesan ini sampai dengan saat ini, tidak peduli meskipun sudah berkali-kali gagal. Salah satu contoh yang cukup spektakuler bagi saya adalah seorang Regina yang konon sudah 6 (enam) kali ikut Indonesian Idol sejak season 1, tapi tidak pernah masuk 12 besar. Hebatnya dia tidak pernah putus asa dan akhirnya di season ke-7, dia bukan saja masuk 12 besar, tapi justru sekaligus menjadi jawaranya. Masih banyak lagi bumbu-bumbu menarik yang hadir saat menonton reality show ini, mulai dari latar belakang kontestan yang berasal dari keluarga kurang berada sampai adu argumen antar juri yang ngotot andalannya lebih layak dibandingkan andalan juri yang lain.
Â
Terbukti sampai dengan pertengahan bulan ini, layar kaca kita masih menyuguhkan reality show di atas meskipun dengan format yang berbeda dari pendahulunya, seperti Dangdut Academy yang menampilkan kontestan penyanyi dangdut maupun The Voice Indonesia yang jurinya tidak melihat fisik penyanyi pada saat audisi melainkan hanya mendengarkan suaranya saja. Masih ada lagi versi lain dari kontes menyanyi ini seperti Just Duet dan Social Media Sensation, masing-masing dengan formatnya sendiri dalam menarik perhatian pemirsa.
sumber gambar diambil dari google image
Â
Berbeda dengan kontes menyanyi di Amerika yang sudah usai dan di negara lainnya yang mulai surut pamornya, di Indonesia fenomena ini marak kembali, bahkan jadi ngetrend. Televisi swasta juga ikut-ikutan latah menayangkan ajang kontes-kontesan ini. Penonton pun kembali terbuai.Â
Â
Cuplikan dari The Voice Indonesia, sumber dari Youtube
Â
Selama hampir 13 tahun kontes menyanyi ini hadir di wajah pertelevisian Indonesia, memberi mimpi dan angan-angan menjadi artis terkenal. Meski hanya sebagian kecil saja yang mimpinya terealisasi, namun itu tidak menyurutkan hati banyak anak-anak muda lainnya untuk terus menggapai asanya menjadi kenyataan. Pertelevisian pun tak henti untuk tetap menghadirkan program acara ini sebagai jualan mereka. Entah sampai kapan.