Jamaah sholat subuh kala itu memang sedikit berbeda dengan sholat subuh yang biasanya dilakukan, bukan berarti beda dalam rukun dan syarat sholat, melainkan berbeda karena dilakukan yang tidak pernah dilakukan sebelumnya, bahkan sholat subuh kala itu menjadi sholat subuh pertama kali yang dilakukan segerombolan pemuda "gelandangan" dari Semarang ke Ibu kota Jakarta dengan penuh perjuangan yang begitu "mengerikan".
Ceritanya, kala itu, tertanggal 24 Oktober 2014, sembilan anak muda (laki-laki semua) yang penuh harapan "menggelandang" ke Ibu kota Jakarta untuk menghadiri resepsi pernikahan sesepuh, bos, komandan, direktur (pokoknya yang paling jos lah) eLSA Semarang. Dengan isi dompet seadanya, ke sembilan pemuda ini menguatkan mental jiwa dan raga agar tetap bisa hadir di acara ijab qabul dan resepsi pernikahan tersebut.
Ke sembilan pemuda ini yakni, si Jomblo Kembang Khoirul Anwar, Jomblo Elektrik Munif Ibnu, Jomblo akut Nazar Nurdin, Jomblo Permanen Abdus Salam, Juragan Perempuan Ubaidul Adzkiya', Juragan Yayan M Royani, Juragan pulsa Cahyono, Juragan Masak, Ceprudin dan Juragan jomblo Zainal Mawahib. Meskipun ke sembilan pemuda ini tidak semuanya jomblo, tapi lebih layak disebut jomblo karena antara jomblo dan tidak, tidak ada bedanya.
Karena semuanya berangkat menggunakan kereta, dan tiket pemberangkatannya sama, berangkatlah kesembilan pemuda itu menuju stasiun Poncol Semarang. Taksi yang sudah dipesanpun meluncur, berhubung taksi hanya cukup 4 orang, terpaksa harus memesan taksi 2. Singkat cerita sampailah semuanya di stasiun Poncol.
Hampir Tertinggal
Taksi kloter kedua yang menghantarkan para pemuda itu sudah bagaikan pemain film action "Face and Farious". Bagaimana tidak, kereta yang berangkat pukul enam sore, mereka yang berangkat pada kloter kedua pukul setengah enam baru meluncur, iya kalau jalanannya sepi kayak di kuburan masih terkejar, tapi tahu sendiri semrawutnya jalanan kota Semarang (minta ampun deh, 20 km/jam sudah bagus).
Tapi ternyata Tuhan masih merestui mereka semua, jalanan yang penuh dengan keramaian, membuat sopir taksi haru "membanting" setir kekanan dan kekiri menerobos segala kebuntuan yang menghadangnya.
Juragan masak, Ceprudin dan teman lainnya yang berangkat di kloter kedua, sesaat sampai di stasiun langsung saja berlari menuju ke kereta yang tinggal menekan tombol gas... Dan , tut,tut,tut (bukan bunyi kentut loh ya) keretapun meluncur ke araha ibu kota yang membawa ratusan penumpang dengan tujuan masing-masing.
Menurut ceritanya Ceprudin sewaktu berada di kereta, taksi yang membawanya sudah sangat "liar" dalam berkendara, para penumpangnyapun dibuat senam jantung. Tak peduli lampu merah menyala, diterjang saja. "Kalau tidak kehendak Tuhan, telatlah kita menuju Jakarta", ucap Ceprudin sambil menghela nafas panjang.
Setelah jam kereta berangkat, mulai bergeraklah kereta yang kita tumpangi dari Stasiun Poncol, Semarang menuju Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Di dalam kereta tidak terjadi canda gurau yang heboh, karena masing sedang memposisikan untuk tidur, sebagai bekal tenaga ketika sampai di Jakarta.
Sesampainya di Stasiun Pasar Senen, masing-masing bingung mencari tempat untuk istirahat, karena waktu resepsi pernikahan masih pukul dua siang, sedang waktu sampai di Jakarta baru jam dua dini hari. Usul demi usul dengan modal yakin, akhirnya sepakat langsung menuju lokasi yang akan dijadikan resepsi, yaitu Masjid ... Kelapa Gading, Jakarta.
Setelah bingung mau kemana, sekarang giliran bingung mau naik apa, akhirnya naiklah angkot. Sopir angkotnyapun mulai bingung lokasi masjidnya, karena sudah muter-muter tidak ketemu, sopirpun tanya sama ke sembilan penumpangnya dan menakjubkan kesmuanya juga tidak ada yang tahu, tahunya hanya alamat yang tertera pada undangan. Sang sopirpun mulai bertanya-tanya sama orang yang kebetulan dijumpainya. Dengan sabar dan muter-muter akhirnya ketemu juga masjid yang dicari-cari.
Turunlah kesembilang penumpang itu, terkejut dan jengkel. Karena setelah sampai di masjid ternyata masjidnya belum dibuka pintunya, meskipun suara qiroah dari toa berbunyi keras. Mau tidak mau, akhirnya harus menunggu di pinggir jalan sambil ngopi dan membuka bekal yang kebetulan masih ada sisa.
Sekitar pukul setengah empat subuh, pintu gerbang masjid mulai dibuka. Bergegaslah semuanya memasuki halaman masjid, selain untuk mau sholat subuh, tapi tujuan lain yang layak dipertimbangkan, yaitu bersih-bersih dan numpang istirahat.
Namun rupanya untuk istirahat tidak bisa langsung begitu saja, seperti pesan kamar hotel yang begitu masuk bisa langsung berbaring dan tidur nyenyak. Kalau ini rupanya harus sholat subuh dulu, karena memang bertepatan dengan waktu sholat subuh. Dengan menahan kantuk tibalah waktu sholat subuh, adzan, puji-pujian dan akhirnya iqomah berkumandang.
Ini yang ditunggu-tunggu, sholat subuh. Begitu sholat selesai bisa berbaring dan melanjutkan tidur yang tertunda di dalam kereta tadi.
Ketika sholat subuh sedang dilaksanakan, mata saya menyorot ke arah seseorang yang merasa kenal dan pernah melihat. Namun hati saya kurang yakin, saya coba tanya ke teman-teman yang lain, semunya tidak ada jawaban yang meyakinkan.
Seusai sholat subuh, sosok laki-laki yang menganggu pandangan saya itu masih terlihat, bahkan satu demi satu jamaah mulai hilang, namun laki-laki itu masih berada di dalam masjid dan sedang mengaji.
Akhirnya, keganjalan yang menganggu pandangan mata saya terjawab sudah. Ya, ternyata dia seorang artis yang sering nongol di televisi. Saiful Jamil lah, ternyata sosok laki-laki itu. Waoo ternyalah sholat subuh waktu itu saya bareng artis. Keren, saya salut dengan Bang Ipul (panggilan akrabnya) di tengah kesibukannya di dunia artis ternyata masih ada waktu untuk sholat subuh berjamaah di masjid, terlebih sehabis sholat masih mengaji quran sampai langit mulai terang. Disaat Bang Ipul mengaji, manajer atau yang ikut dengannya dengan setia menunggunya, meskipun duduk sambil tidur. Dan saat mau pulang kesemuanya di bangunin Bang Ipul.
"Bangun-bangun, ayo kita balik, molor aja," teriaknya saat saya lihat dari kejahuan.
Hati saya ingin menghampiri untuk sekadar foto bareng, namun mata kantuk dan capek yang melekat di tubuh tidak bisa di kompromi. Menurut cerita pengurus masjid tersebut, mantan sumi Dewi Persik itu memang sering berjamaah di masjid itu. Keren Bang Ipul..