Pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) hajatan anak-anak SMA/sederajat yang baru lulus. Beragam ekspresi bertebaran di media sosial sebagai bentuk suka cita maupun duka cita. “Alhamdulillah hijau†kurang lebih update yang menggambarkan kegirangan seseorang. “Alhamdulillah merah. Berarti suruh ikut SBMPTN†ekspresi bermotivasi tinggi meraih “bangku kuliahâ€. “Alhamdulillah biru†berusaha tenang meskipun tidak mengikuti SNMPTN.
Masa-masa labil seperti itu, pernah ku rasakan 6 tahun yang lalu. Detik-detik pengumuman SNMPTN seperti pilihan hidup, terdapat dua pilihan terjerembab kejurang penyesalan atau jalan ala anak reggae setelah melihat pengumuman. “Is, besok jangan lupa besok pengumuman SNMPTN & Ulang Tahun Mantan†sms pukul 02.00 malam di iringi nada dering khas nokia.
Sejenak melupakan kesedihan dedek yang kurang beruntung di jalur penjaringan mahasiswa nasional. Sulit dimengerti bagaimana kriteria layak atau tidaknya lulusan SMA/sederajat untuk lulus di SNMPNT. Mulai dari rapot semester 1-5, ke aktifan organisasi se masa SLTA, sertifikat-sertifikat kejuaraan desa sampai nasional, hingga passing grade jurusan yang akan dijadikan dermaga selanjutnya. Terkadang itu semua sekedar data-data pendukung untuk melengkapi e-portofolio yang disediakan oleh panitia pusat. Apalah daya, diriku hanya 1 dari ratusan juta orang yang ingin melihat dunia kampus lewat jalur bejo. Â
Itu semua berbanding terbalik dengan mantan yang ulang tahun di hari itu.  Kriteria untuk mendapatkan seorang gadis semlohay berpangkat mantan Miss Univers tingkat sekolahan. Tak pandang bulu serta mengajarkan kesetaraan dalam berhubungan. Tidak misoginis (“memperkosa†makna untuk mengunggulkan laki-laki) dan patriakis (masyarakat yang membentuk laki-laki lebih unggul dari wanita) dalam menjalankan “ibadah-ibadah cinta†untuk terciptanya jalinan cinta yang egaliter. Walau SNMPTN selalu menyediakan e-portofolio yang terkadang membuat pusing pala barbie. Tak sebanding dengan kesabaran mantan mencari solusi dibalik percikan-percikan destruktif. Mengadopsi slogan SPBU, PASTI PAS. Menjadi, MANTAN PASTI, PAS
Mencari universitas yang sejalur dengan keterampilan dan jurusan saat SLTA. Menjadi idealitas tersendiri yang harus dipertahankan. Ketakutan untuk mencoba hal-hal baru yang statusnya “tidak†sejalan dengan apa yang kita pelajari selama ini. Logika yang terbentuk, Ilmu baru harus mengulang dari awal itu sangat melelahkan.
Penting atau tidak, disadari atau tidak. Kejadian tersebut sering kita dapati dalam ajang percintaan muda-mudi. Kala gebetan-gebetan yang berstatus “bukan mantan pacar†mengharuskan kita membuat strategi baru. Mempelajari sikap, sifat, hingga tingkah laku sama hal nya jurusan baru yang dijadikan dermaga baru di sebuah universitas. Memang tantangan itu jauh lebih berat, ketimbang memilih prodi yang sejalur dengan jurusan ketika SMA. Ibarat mantan yang di ajak jadi lagi. Kita hanya melanjutkan “visi dan misi†yang sudah di paparkan sedari awal.
Percikan-percikan mantan, terkadang menghipnotis keunggulan-keunggulan dalam diri kita sendiri. Inear beauty terkubur dalam-dalam terkalahkan oleh ego untuk merajut kembali kepingan cinta yang hilang. Â Move on dari keadaan sekarang lebih baik daripada tidak sama sekali. Â Alasan-alasan klasik berupa SUMO (Susah Move On) bisa ditampik dengan bersenang-senang sendiri sesuai dengan keinginan.
SNMPTN bukanlah mantan yang superior, sehingga harus disesali begitu dalam. Dia sama halnya SBMTN-SPANPTKIN-UMPTKIN-UJIAN MANDIRI. Menjadi mantan-mantan yang akan menghasilkan cerita-cerita suka maupun duka. Jadi mencoba mencari mantan “tidak†melulu perkara hati melainkan prestasi dan perjalanan mimpi. Â