Film Indonesia, Merusak atau Memperbaiki?

8 May 2016 16:02 4797 Hits 0 Comments

Saya mengajak pembaca yang membaca tulisan saya ini agar membuka mata dan mendukung film berkualitas yang memengaruhi otak anak. Saya sendiri masih pemudi yang belum menginjakkan umur 17 tahun. Tapi saya ingin agar perfilman indonesia memperbaiki otak anak daripada merusaknya dengan adegan merusak otak.

Terimakasih telah membaca.

Film Indonesia.

Sekarang ini, Indonesia telah memiliki banyak genre dalam dunia perfilman. Diantaranya ada komedi, horor, cinta, dan aksi. Namun, masyarakat sekarang lebih memilih cinta dan komedi ketimbang genre lain. Mengapa? Karna mungkin jalan ceritanya bagus. Atau para pemain yang notabenenya aktris/aktor favorit penonton. Misalnya film 'Magic Hour' yang mengisahkan tentang kebingungan Raina yang diperankan oleh Michelle Zudith dimana mengharuskan dirinya untuk memilih antara persahabatan atau cinta. Film ini diperankan oleh pemain yang menurut saya cukup bagus dalam memerankan perannya. Atau film 'Youtubers The Movie' yang mengisahkan tentang kehidupan sebagai seorang youtubers dalam dunia nyata. Film yang disutradarai oleh Jovial daLopez dan Kemal Palevi ini cukup memperoleh banyak penonton. Sayangnya, kedua film yang telah saya sebutkan diatas memiliki adegan yang cukup tak pantas untuk dilihat oleh anak-anak dibawah umur. Padahal, waktu saya melihat film ini di bioskop, mayoritas yang menonton adalah anak-anak seusia SD-SMP. 

Sebenarnya, banyak film Indonesia yang lebih berkualitas. Contohnya 'Battle Of Surabaya' yang dibuat animasi. Film ini menyuguhkan latar tempat yang dimana jalanan masih tanah, alam masih rindang. Dan juga film '3' yang bertemakan aksi ini juga film dengan grafik yang cukup sepadan jika dibandingkan film 'The Raid'. Namun sangat disayangkan karena kedua film ini entah mengapa sangat cepat turun dari bioskop. Bahkan film '3' hanya mampu bertahan sekitar 2 mingguan saja. Padahal, kedua film ini mutu ceritanya lebih bagus dan tidak membosankan karena memiliki alur cerita yang berbeda dari film indonesia pada umumnya. 'Battle Of Surabaya' juga pernah mendapat nominasi dan satu penghargaan dari ajang perfilman internasional dan akan dibeli oleh Disney (kalau saya tidak salah). Cukup mengecewakan karena tidak diterima negara sendiri tapi dihargai negara lain.

Yang saya pertanyakan hanyalah mengapa film yang bermutu dalam hal pengetahuan dan sejarah dikesampingkan daripada film yang bertemakan percintaan yang mirisnya ditonton oleh pelajar SD? 

Dan, anggapan masyarakat juga bahwa film indonesia masih kalah dengan film barat. Untuk ini, saya setuju karena memang jalan cerita film luar lebih menarik daripada film Indonesia sendiri. Namun kedua film yang saya sebutkan sebelumnya (Battle Of Surabaya dan Tiga) cukup untuk dibandingkan dengan film luar misalnya Inside Out dan The Raid. Produser Indonesia hanya perlu out of the box dari jalan cerita monoton yang hanya mengisahkan percintaan remaja yang tak masuk akal. Atau ketika mau ditabrak malah teriak dulu bukannya lari. Betul, kan?

 

 

About The Author

Tsaltsa Nakita 17
Novice

Tsaltsa Nakita

Assalamu'alaikum.
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel

From Tsaltsa Nakita