[Oneshoot] It's Always Been You

5 May 2016 06:45 3536 Hits 0 Comments

"Bagian tersulit dari sebuah hubungan bukanlah saat memulainya, tetapi saat berusaha untuk tetap mempertahankan hubungan itu."

Wattpad : BelindaMufidah

Terlihat seorang gadis berambut pirang duduk di salah satu bangku VVIP yang telah di sediakan. Matanya terus saja tertuju pada sosok telaki yang tengah memainkan sebuah gitar akustik di atas panggung. Terlihat Mourena -gadis itu- terlalu menikmat lagu yang tengah dinyanyikan. Rena langsung berdiri tegak dan bertepuk tangan dengan semangatnya saat lagu As long as you love me telah selesai dinyanyikan.

Mungkin hal yang sangat mengagumkan bisa melihat idola kalian bernyanyi langsung di atas panggung yang begitu megah. Tapi ini berbeda dengan Rena, karena yang tengah berdiri di sana adalah kekasihnya. Kekasih yang sudah 3 tahun ini terus menemaninya.

Tanpa disadari kedua ujung bibir gadis itu tertarik ke atas membentuk sebuah senyum. Namun bukan sebuah senyum yang terlihat tulus atau dipaksakan. Tetapi sebuah senyum yang sedikit sulit untuk diartikan. Kalian pasti berfikir menjadi kekasih seorang penyanyi yang terkenal sangat menyenangkan. Tapi sebenarnya tidak.

Bayangkan saja, setiap saat kekasihmu selalu berada jauh dari dirimu. Entah itu untuk tour ke luar kota maupun luar negeri, hanya bisa bertatap muka melalui skype. Sebenarnya menjadi kekasih seorang penyanyi sangat membosankan. Selalu menemani saat interview yang juga sama-sama membosankan, selalu melihat konser yang sama. Sekalipun kencan hanya bisa mengurung diri di rumah atau pergi ke sebuah tempat yang sunyi tanpa ada paparazzi yang menguntit.

Rena menompang dagunya dengan sebal. Sekarang dia tengah berada di dalam mobil bersama kekasihnya -Orion- tapi pria itu terus saja sibuk dengan ponselnya, lebih tepat twitter miliknya.

"Cuekin aja terus sampe garing." Ucap Rena memecah keheningan yang telah lama tercipta.

Rion menoleh, menatap kekasihnya yang mengerucutkan bibirnya dengan sebal. "duh duh.. pacarku ngambek." Ucapnya sambil menarik kedua pipi Rena dengan gemas. Sementara gadis itu mencebik pelan.

***

Mourena berlari menyelusuri koridor yang cukup sepi. Beberapa kali dia melirik kearah jam tangah yang melingkar cantik di pergelangan tangannya. "Oh ayolah, come on." Ucapnya yang lebih tepat menyemangati dirinya sendiri. Dia melangkahkan kakinya lebar-lebar, berusaha secepat mungkin untuk bisa sampai ke dalam kelas.

Bruk..

"Oh, I'm really sorry." Ucap Rena sambil berusaha membereskan buku-buku yang berserakan di lantai.

"it's okay. That's all my fault. It's your." Ucapnya sambil tersenyum lalu mengulurkan buku yang baru saja ia rapikan.

"Thanks a lot. Aku duluan ya."

"Eits.. Wait, di mana ruang kepala sekolah ?"

"Ah, murid baru." Rena membalikkan badannya, "Kau hanya perlu jalan terus, lalu belok kiri. Kau bisa menemukan pintu besar berwarna putih. Itu ruang kepala sekolah." Jelas Rena panjang lebar. Pria itu hanya mengangguk pelan lalu mengucapkan terima kasih padanya.

Dengan terburu-buru, Rena langsung melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda menuju kelas. Dia menghembuskan nafas lega saat melihat meja guru masih kosong. Ia langsung duduk di bangkunya yang berada di dekat pintu, "Kau darimana saja ? untung Mr. Joan belum datang." Ucap Bella -teman sebangkunya, sekaligus sahabat dekatnya-.

"Telat bangun, semalem abis nemenin Rion begadang." Jawabnya sambil nyengir, memperlihatkan giginya putihnya yang rapi, sementara Bella hanya memutar matanya dengan bosan.

Tak selang 15 menit Mr. Joan datang. Anak-anak yang semula tampak gaduh sekarang diam dan telah kembali ke tempatnya masing-masing. Rena mendongak, menatap Mr. Joan yang sekarang tak sendiri, melainkan di temani seorang pria bermata biru laut. Pria itu mengenalkan namanya sebagai Luke. Tanpa sengaja tatapan mereka bertemu, dan Luke tersenyum ramah padanya. "Kau mengenalnya ?" Tanya Bella yang langsung mengalihkan pandangannya kearah Rena.

"Tidak. Hanya tadi sebelum masuk aku bertemu dengannya."

Bella mengangkat alisnya, "Baiklah, setidaknya aku masih punya harapan." Ucapnya Bella membuatku tertawa kecil.

***

Rena tidak pernah menyangka, menjadi kekasih seorang penyanyi terkenal begitu membosankannya. Yah, mungkin saja jika hubungan mereka 'dipublikasikan' tidak akan semembosankan ini. Mourena menompang dagunya, sambil terus menatap Orion yang tengah mengadakan interview.

"Hoaam.." Rena menutup mulutnya rapat-rapat. Mungkin ia butuh jalan-jalan sebentar untuk menghilangkan rasa kantuknya. Ia mulai iPhone miliknya yang sedari tadi tergeletak di atas tas kecilnya, dan dengan cepat jari-jarinya mulai mengetik pesan.

To : Orion pie :p

Aku ingin pergi jalan-jalan sebentar.
Sampai jumpa..

Rena melihat ponsel Rion yang menyala diatas meja, tetapi tidak ia hiraukan. Gadis itu hanya tersenyum dan segera keluar dari gedung. Rena mulai melangkahkan kakinya menuju sebuah taman yang tak jauh dari gedung. Jika dilihat dari posisinya yang berada di tengah kota, taman itu cukup terawat. Rumput hijaunya tumbuh dengan sangat subur,membuat taman itu semakin terlihat cantik. Di tangah taman terdapat sebuah danau yang cukup besar. Rena memutuskan untuk menyelusuri tepi danau. Ia mulai merentangkan kedua tangannya dan menghirup udara segar sedalam-dalamnya.

Jepret..

Rena terkejut dan segera menoleh ke belangkang. Ops.. ternyata ia tengah mengganggu aktivitas seseorang. "Maaf, aku minta maaf." Ucap Rena sambil membungkukkan badannya.

"Tidak masalah. Hasil fotonya semakin bagus dengan adanya dirimu." Ucapnya sambil tersenyum tipis. Rena rasa suara itu tidak begitu asing. Dengan cepat ia segera menegakkan tubuhnya dan melihat pria bermata biru itu tengah tersenyum lebar kepadanya.

"Ah, kau rupanya. Aku kira orang asing."

Luke -pria bermata biru itu- mengangkat sebelah alisnya, "Ah, jadi aku bukan orang asing bagimu ?" Tanyanya yang langsng membuat Rena memutar matanya, membuat pria itu terkikik pelan.

"Tentu saja, kita baru berkenalan tadi siang." Ucapnya, "what are you doing here ?" Luke mengangkat mengangkat kamera digitalnya untuk menjawab pertanyaannya, "Ah, I see." Rena terlihat sangat bodoh telah menanyakan hal yang sudah pasti ia tahu jawabannya.

"Kau sendiri ?" Tanya Luke setelah beberapa lama mereka terdiam.

"Huh? ah ya, aku hanya jalan-jalan sebentar untuk menghilangkan kantukku."

"Bagaimana dengan kopi ?"

"Hah ? apanya ?" Tanya Rena dengan tampangnya yang pasti terlihat sangat bodoh.

Luke tertawa pelan melihatnya, "Untuk menghilangkan kantukmu. Aku tadi melihat kedai kopi yang tak jauh dari sini. Mungkin saja kau mau ?"

"Tentu saja. Kurasa aku juga haus, tenggorokanku terasa tercekat." Jawab Rena yang langsung menarik tangan Luke untuk menyeberang jalan. Namun dengan cepat ia segera melepaskan genggamannya saat menyadari jika ia telah menarik Luke dengan paksa. Sehingga membuat pria itu terkekeh pelan.

Tlah banyak cara Tuhan menghadirkan cinta
Mungkin engkau adalah salah satunya
Namun engkau datang disaat yang tidak tepat
Cintaku telah dimiliki..

Mereka berdua -Mourena & Luke- menghabiskan sore itu untuk berbincang bersama tentang segala hal. Mulai dari perkenalan yang sangat umum, membicarakan tentang sekolah, keluarga. Luke orangnya sangat seru, sama sekali tidak membosankan. Sedari tadi, pria itu selalu membuat Rena tertawa lepas. Sampai-sampai ia lupa jika ia harus menghampiri Orion yang masih interview di dalam gedung seberang.

"Aku harus pergi sekarang. Mungkin seseorang sedang menungguku di gedung sana." Pamit Rena saat menyadari jam tangannya telah menunjukkan pukul 19.24

Luke mengerutkan dahinya, "Okay, see you." Pria itu terus menatap punggung Rena yang semakin menjauh dari mejanya, lalu hilang di balik pintu kedai.

Luke mengambil kameranya yang sedari tadi tergeletak di kursi lalu mengamati foto yang tadi sempat ia ambil. Di sana terlihat Rena tengah Merentangkan kedua tangannya dengan wajahnya yang sangat damai. Bibir pria itu terangkat, membentuk sebuah senyuman.

***

Semenjak perbincangan mereka di kedai kopi, mereka semakin dekat. Mereka selalu pergi makan siang bersama, tentu saja bersama Bella. Mereka bertiga selalu menghabiskan waktu bersama selama di sekolah. Bella pernah merasa curiga tentang hubungan mereka yang semakin lama semakin dekat dia bahkan pernah bertanya, "Apa kau mulai lelah menjadi 'pacar rahasia' seorang Orion ? Apa kau memilih berpaling pada Luke yang jauh lebih tampan? Tega teganya dirimu menghianatiku. Ooh.." yang tentu saja hanya mendapat gumaman tidak jelas dari Rena.

Jujur saja, sekarang Rena jauh lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Luke daripada bersama Orion. Luke sering mengajak Rena untuk pergi berkunjung ke studio foto miliknya yang tidak terlalu besar tapi terkesan untuk pribadi, ataupun pergi belajar bersama -mengingat otak Luke itu jauh lebih jenius-. Sementara itu Rena mulai jarang menemani Orion untuk pergi ke acaranya. Tapi mereka masih terus berhubungan melalui telepon ataupun skype. Lagipula Orion juga tidak terlalu menuntut Rena untuk terus bersamanya. Karena ia tahu, ada masa di mana Rena harus pergi bebas tanpa harus mengekorinya.

Seperti sekarang ini, Rena dan Luke tengah berada di halaman belakang sekolah. Mereka hanya berdua, karena Bella harus latihan cheerleader. Mereka tengah mengerjakan tugas bersama.

"Luke, bagaimana caranya mengerjakan nomor 5?" tanya Rena sambil menyondorkan buku Fisika miliknya.

Luke mengambil pensil yang ada di genggaman Rena lalu menarik buku yang tadi disodorkan Rena, " Kau harus mengerjakan ini terlebih dahulu-" Ucapnya lalu segera menjelaskan rumus-rumus Fisika dengan sabar. Rena hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Padahal gadis itu sama sekali tidak mengerti dengan apa yang Luke bicarakan.

"Sekarang kerjalan nomor 6!" perintah Luke sambil menyodorkan buku Rena.

"Aku tidak tahu caranya-" Ucapnya sambil mengaruk tekuk lehernya, "Kau tahu, soalnya berbeda dengan nomor 5. Mana bisa aku mengerjakannya?" Lanjut Rena sebelum Luke menyela untuk mengomelinya.

Luke memukul dahi Rena dengan pensil, sementara gadis itu mengerucutkan bibirnya sebal sambil menggosok dahinya yang sebenarnya sama sekali tidak merah.

"Ini.." Ucap Luke pelan sambil mengulurkan sebuah kado yang berukuran sedang. Rena mengerutkan keningnya bingung, "Today is your birthday. So, this gift for you."

"Ah, I see. You always remember me, right?" Ucap Rena, Luke hanya memutar matanya dengan sebal. Rena membuka kado dari Luke, matanya berbinar saat ia melihat sebuah novel yang selama ini ia inginkan "The Little Prince"yang saat ini tidak banyak di pasarkan.

"Aah.. Thank you so so much, Luke. Bagaimana kau bisa mendapatkannya?" Tanya Rena yang masih memandang novel itu dengan kagum. Luke hanya terdiam sambil menatap lekat-lekat wajah Rena.

"Ada yang ingin aku bicarakan." Ucap Luke mengabaikan pertanyaan Rena.

"Bukankah sejak tadi kau terus bicara?" Tanya Rena yang masih sibuk dengan novelnya. Entah untuk yang keberapa kalinya Luke memutar matanya sebal.

"I'm serious Re."

"Okay.. Okay." Ucap Rena langsung menutup novelnya dan langsung memusatkan perhatiannya pada Luke, "so, what's going on, Luke?" tanyanya.

Luke menggengam tangan Rena yang berada di atas meja, sementara gadia berambut pirang itu menaikkam sebelah alisnya, " I know it's kinda stupid, but I love you, Ren." ucapnya pelan.

Untuk beberapa detik, Rena hanya terdiam. Tapi tak lama setelah itu, dia langsung tertawa lepas. Gadis itu memegangi perutnya yang terasa sakit karena tertawa, "You're joke, Luke." ucapnya disela tawa, "Okay.. Okay, Aku juga mencintaimu. Kau sangat menggemaskan."

Luke mendengus sebal mendengarnya, "It's not joke, okay? Aku benar-benar mencintaimu. Dalam arti lebih dari sahabat." Ucap Luke yang langsung membuat tawa Rena terhenti.

Jujur, Mourena sangat nyaman berada di dekat Luke. Pria itu selalu mampu membuatnya tertawa lepas. Luke selalu ada di samping Rena saat Orion tak ada di sampingnya. Tapi.. Tapi ada satu hal yang belum Rena katakan pada Luke, jika dia dan Orion tidak hanya berteman. Dia kekasihnya.

"Luke, ak-"

Rena ingin menjelaskan semuanya, tapi Luke segera menyela, "Aku tidak ingin mendengar jawabanmu sekarang. Lusa datanglah ke cafe biasa jam 8 dengan jawabanmu." Ucap Luke lalu bangkit dari duduknya, "Aku pergi dulu, aku harus ke perpus meminjam buku." Lanjutnya lalu segera berlalu.

***

Rena membaringkan tubuhnya di kasur, matanya terus memandang langit-langit kamar yang berwarna biru kelam. Tangannya terulur meraih sebuah kotak kado yang berada di nakas. Kado itu dari Orion, tadi pagi dia mengunjungi rumahnya untuk mengucapkan selamat ulang tahun dan memberikan kado ini untuknya. Tapi pria itu harus segera pergi karena ada photoshoot yang tidak bisa ditinggal.

Dibukanya kado itu dengan perlahan, disana terdapat sebuah mp4 keluaran terbaru. Pandangannya terarah pada secarik kertas yang terselip diantara kotak mp4.

Happy Birthday Sweetheart
Wish you all the best
Umm.. Aku tidak tahu ingin menulis apa
Mungkin aku bisa mengatakannya langsung nanti malam
Bagaimana kalau kita dinner dirumahku?
See you later
Love you so much and I miss you so bad babe :*

Dari lelaki tampanmu
Orion pie :p

ps : aku menciptakan beberapa lagu untukmu. Ku harap kau suka ^^ Luangkan waktumu untuk mendengarkannya.

Rena memasangkan earphone-nya di telinga, tak berapa lama suara Orion mulai terdengar.

***

Rena tengah menata makanan yang baru saja selesai ia buat di meja makan. Seperti yang Orion katakan, jika mereka akan makan malam bersama. Rena juga sedikit merasa bersalah, karena akhir-akhir ini ia jarang sekali menemani Orion. Rena memilih untuk duduk sambil menunggu Orion, mungkin pria itu sedikit terlambat.

Rena mengetukkan jarinya pelan, ia merasa bosan. Diliriknya jam tangan yang melingkar di tangannya, pukul 20.45. Itu berarti ia sudah menunggu selama 1 jam lebih. Rena mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Ia ingin sekali menelpon Orion, tapi takut menganggu. Jadi ia memutuskan untuk mengiriminya pesan.

To : Orion pie :p

What are you doing?
Apa kau masih lama? Aku menunggumu di rumah. Bukankah kita ada acara makan malam?

Setelah mengirim pesan singkat itu, Rena meletakkan kepalanya di atas meja. Dan selanjutnya, tanpa sadar dia mulai memejamkan matanya dan terlelap.

*

"Rena.." panggil seseorang dengan perlahan. Rena mengerjapkan matanya perlahan dan mendapati Orion tengah berdiri di hadapannya. "Maafkan aku, pasti kau sudah menunggu lama. Kenapa kau tidak makan terlebih dahulu?" Tanya Orion khawatir.

"Apa kau lupa?" Tanya Rena mengabaikan pertanyaan kekasihnya.

"Aku benar-benar minta maaf. Ponselku dibawa Chris dan aku baru membuka pesanmu setelah acara selesai." Jawabnya dengan nada bersalah.

Rena menghela nafasnya pelan, itu berarti Orion benar-benar lupa, "It's okay. Kita bisa makan malam lain waktu." Ucap Rena lalu melirik pergelangan tangannya, tepat pukul 23.40. "Sudah malam, istirahatlah. Aku akan pulang."

"Aku akan mengantarmu." Ucap Orion sambil mencekal pergelangan tangannya.

"Tidak perlu, ada sopir yang menungguku di luar." Jawab Rena lalu segera membalikkan badannya.

"Besok aku ada acara pukul 8, aku ingin kau datang. Aku akan mengirimimu pesan dimana tempatnya. Ucap pria itu membuat jalan Rena terhenti. Gadis itu hanya mengangguk perlahan tanpa membalikkan badannya lalu segera melangkah pergi. Tanpa terasa air matanya mulai terjatuh. Ini bukan pertama kalinya Orion lupa dengan janjinya.

***

Sekarang, tepat pukul 20.15. Rena tengah berdiri di tepi jalan yang cukup ramai. Di seberang sana, di subuah cafe, Luke tengah terduduk sambil memainkan cangkirnya. Rena meremas tangannya kuat-kuat. Ia tahu sekarang sudah terlambat, tapi ia masih belum tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Berjalan memasuki cafe, itu berarti Rena membalas perasaan Luke dan menghianati cinta Orion.

Gadis pirang itu mulai memejamkan matanya. Ia mulai mengingat-ingat beberapa saat ketika ia bersama Orion lalu tergantikan dengan kenangan bersama Luke. Rena mulai membuka matanya dengan perlahan. Sekarang ia tahu siapa yang sebenarnya ia cintai. Ia menghela nafas dan segera meraih ponselnya.

Inilah akhirnya harus kuakhiri
Sebelum cintamu semakin dalam
Maafkan diriku memilih setia
Walaupun kitahu cintamu lebih besar darinya..

ddrtt..

Luke menghentikan aktivitas memainkan cangkirnya, ia meraih ponselnya yang bergetar di atas meja. Pria itu mengerutkan keningnya saat melihat nama "Mouren" yang ternyata mengiriminya pesan.

From : Mouren

Aku minta maaf, Luke. Aku tidak bisa datang ke cafe. Ada satu hal yang belum aku ungkapkan padamu. Aku sudah mempunyai kekasih. Aku benar-benar minta maaf. Aku menganggapmu seperti kakakku, walaupun pada awalnya aku ragu akan hal itu. I'm really sorry Luke:(

Luke tersenyum membaca pesan singkat dari Rena, yang lebih tepatnya memaksakan sebuah Senyuman. Sejujurnya, pria itu sudah tahu sejak awal jika Rena dan Orion tidak hanya berteman, ia tahu jika mereka mempunyai hubungan spesial. Hanya saja Luke tidak bisa menyimpan perasaannya terlalu lama. Sebenarnya ia juga tahu, jika Rena tidak akan melepas Orion begitu saja untuk memilihnya. Tapi ia hanya ingin untuk mencoba.

Luke mulai mengetikkan balasan untuk Rena,

To : Mouren

It's okay. I know if you can't leave him for me. Bukankah aku sudah bilang, I'm too dumb to fallen love you, Ren :D
Tapi, bisakah kita tetap berteman? Bisakah kau menganggap jika aku tidak pernah menyatakan perasaan padamu?

Tak berapa lama balasan dari Rena datang. Luke tersenyum membacanya. Bukan senyum yang di paksa lagi, melainkan senyum tulus karena ia masih bisa berada di dekat Rena, walaupun hanya sebagai teman.

From : Mouren

Of course, we're still best friend :) You're my best broâ¤ï¸

***

Rena segera turun dari mobilnya dan mulai memasuki gedung yang sangat ramai. Dari tempatnya berdiri, terlihat seorang lelaki yang tak lain adalah Orion tengah membungkukkan badannya lalu segera turun dari atas panggung.

Dengan cepat, Rena segera berlari ke backstage. "Orion.." teriak gadis itu membuat langkah Orion terhenti.

Orion menoleh, "kau terlambat." Ucapnya dengan nada datar. Terdengar sedikit kekecewaan di sana.

"maaf.." Ucap Rena parau, "Maafkan aku karena telah ragu untuk tetap mencintaimu. Aku benar-benar minta maaf untuk itu. Aku baru menyadari satu hal, jika aku benar-benar mencintaimu-" Rena menundukkan kepalanya.

Orion pasti sangat kecewa dengannya. Tapi ini semua bukan hanya ia yang salah kan? ini juga salah Orion yang menjadikannya 'pacar rahasia'. Rena tahu, jika Orion melakuman hal itu karena tidak ingin ia terluka. Tapi ia sudah tidak tahan dengan hanya menjadi 'pacar rahasia' yang hanya bisa jalan ke tempat-tempat sepi dan menghabiskan kencan di apartemen.

Dan satu hal lagi yang membuat Rena berpikir untuk berhenti bertahan karena Orion sering lupa akan janjinya. Rena menundukkan kepalanya semakin dalam. Lagi-lagi Rena menangis.

Orion berjalan mendekati gadis itu, merengkuhnya ke dalam dekapannya, membuat Rena semakin menangis, "jangan lakukan itu lagi." Ucapnya, gadis itu sedikit terkejut lalu mengangguk pelan dalam dekapannya.

Orion melepaskan pelukannya. Diusap ya air mata Rena yang membasahi pipinya, "Kau terlihat semakin jelek." Ucap Orion mencoba mencairkan suasana, Rena mengerucutkan bibirnya sebal lalu menonjok lengan kekasihnya pelan. Orion tersenyum, pria itu mencium bibir Rena dengan lembut.

Untuk sedetik, Rena sedikit terkejut karena bibirnya terasa basah, tapi dia langsung nyaman dengan sentuhan itu.

Jepret.. Jepret..

Terlihat blitz kamera milik paparazzi mulai menyilaukan mata Rena, entah sejak kapan mereka telah berada di sini. Tapi Orion tak peduli, dia hanya ingin menunjukkan pada dunia jika Mourena adalah miliknya. Sementara Mourena, gadis itu juga tak terlalu peduli dengan keberadaan mereka. Gadis itu mulai memejamkan matanya, merasakan sentuhan yang membuat darahnya mengalir begitu cepat lalu membalas kecupan Orion dengan sangat lembut.

Quotes :
"Bagian tersulit dari sebuah hubungan bukanlah saat memulainya, tetapi saat berusaha untuk tetap mempertahankan hubungan itu."

Tags

About The Author

Belinda Mufidah 30
Ordinary

Belinda Mufidah

I love reading and writing. Because with words I can explain my own feelings :)
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel