Saya adalah termasuk salah satu orang dari sekian banyak orang yang beberapa waktu lalu tak sabar dengan 28 April 2016. Ya, sejak diumumkan ke publik bahwa AADC2 akan dirilis di tanggal tersebut, saya sudah merencanakan tepat di jadwal itu, saya harus menonton film itu. Disebut penggemar fanatik film itu, tidak juga sih, saya hanya penasaran dengan kelanjutan film itu. Ada Apa Dengan Cinta bisa disebut salah satu film fenomenal dalam dunia perfilman tanah air. Sempat mati suri beberapa tahun, kehadiran AADC 1 tahun 2002, membangkitkan semangat insan perfilman Indonesia untuk memproduksi film berkualitas lainnya.
Awalnya melihat trailer saya agak kecewa, menurut saya seperti digarap secara biasa saja, tak memunculkan rasa penasaran yang sangat tinggi. Selain itu, ketidakhadiran karakter Alya dalam film itu cukup mengganggu saya. Kenapa? Karena menurut saya pribadi, pemeran Alya, si manis Ladya Cherryl adalah perempuan paling cantik di gank Cinta, bahkan melampaui Dian Sastro. Hehehe, Tentunya, ini sangat subjektif sekali. Alasan lainnya adalah bahwa sosok Alya merupakan sosok cukup sentral, karena ia adalah sahabat Cinta yang paling dekat. Mengingat AADC 1, peran Alya dalam film sangat penting dalam menambah bumbu film. Konon Ladya Cherryl sedang focus mengenyam pendidikan di luar negeri sehingga tidak bisa bergabung dalam proses produksi film AADC2.
28 April 2016 pun tiba. Saya berencana menonton di Cinemax FX Sudirman dan ternyata saya datang jam 11 siang masih kebagian kursi yang cukup enak, tidak terlalu depan. Awalnya ragu dapat duduk di tempat yang enak karena diprediksi hari pertama ini bakal dibanjiri penonton yang membludak. Nampak penonton kebanyakan yang berdatangan adalah sekelompokn sahabat atau sepasang kekasih yang sepertinya penasaran dengan akhir kisah cinta Cinta â Rangga.
Sepanjang 2 jam film berlangsung tawa dan teriakan penonton di beberapa adegan membuktikan bahwa film tersebut mampu memainkan emosi mereka. Saya sendiri jadi banyak teringat masa-masa sekolah dulu sebab AADC1 dulu hadir saat saya mengenyam pendidikan sekolah menengah. Secara umum setelah saya menonton film ini, menurut saya film ini sederhana tapi sungguh manis.
Sang sutradara Riri Riza berhasil menghidupkan kembali karakter-karakter pemainnya. Dian Sastro tampil apik sebagai tokoh utama di film ini. Nicholas Saputra masih mampu membuat para penonton gemas dengan ekspresi-ekspresinya. Adinia Wirasti mampu memainkan tokoh Carmen dengan sangat baik, dan Sissy Priscillia alias Milly tampil memesona dan segar di film AADC2.
Pemilihan lokasi syuting di Jogja juga sangat tepat. Saya salut dengan tim produksi dan tim kreatif  AADC2 yang mampu menghadirkan beberapa spot tak terdua di Jogja. Pameran seni rupa oleh Eko Nugroho dihadirkan di film ini. Saya juga memuji dihadirkannya kelompok teater boneka Papermoon Puppet Theatre ke dalam sebuah film. Terus terang saya jadi penasaran dengan teater ini dan ingin menontonnya jika nanti ada kesempatan ke Jogja. Salah satu kedai kopi juga dipromosikan melalui film ini dengan berbagi ilmunya yang juga cukup informatif. Film ini berhasil membuat saya semakin ingin segera ke Jogja. Tentunya saya tak ingin membocorkan lebih detail apalagi bagian endingnya.
Film ini tidak memiliki konflik yang âtajamâ, konflik sederhana dan tertebak tapi dengan kemasan dan kejutan yang menarik, film ini terasa manis. Ya, seperti saya sampaikan sebelumnya, AADC2 film sederhana tapi sungguh manis. Senang rasanya mengetahui bahwa di hari pertama film ini berhasil mencapai 200.000 penonton. Artinya salah satu karya anak bangsa mampu dihargai oleh masyarakatnya sendiri terlebih saat ini film ini diâserangâ film Hollywood Civil War yang juga sangat booming. Besar harapan saya perfilman Indonesia semakin berkembang pesat dan melahirkan film-film yang lebih berkualitas dan bahkan diakui internasional.