RA Kartini, oleh sebagian orang dianggap kontroversial lantaran dijadikannya beliau sebagai pahlawan Nasional. Padahal, secara historis, ada banyak perempuan yang lebih pantas menyandang gelar pahlawan dan simbol dari perjuangan kaum hawa. Sebut saja Laksamana Malahayati, perempuan dari Kesulatanan Aceh, memiki nama asli Keumalahayati, beliau memimpin ribuan pasukan yang semuanya perempuan, beliau pun diakui sebagai Laksamana Laut perempuan pertama di dunia, Malahayati adalah salah satu perempuan hebat dalam sejarah Indonesia. Pun dengan Cut Nyak Dien, nama yang tak kalah melegenda, bahkan namanya pun membuat gentar Belanda di masa itu.
Lantas, bagaimana dengan Kartini? Sebagian besar orang menganggap bahwa ada yang lebih pantas menyandang gelar pahlawan nasional. Benar, ada banyak perempuan yang lebih heroik dibandingkan Kartini, tapi mungkin dari sudut yang berbeda, kita bisa mengambil hikmahnya. Bahwa spirit dari peringatan ini, mampu mendongkrak semangat juang para wanita, dan sekali lagi, tanpa harus ada peringatan sekalipun, wanita akan memiliki tempat istimewa, di mana pun berada.
Perjalanan kali ini seperti putaran roda beberapa tahun silam, ketika tapak-tapak kaki mulai berdebam menapak ke tanah, tetesan keringat mengucur dari pori-pori cepat meresap ke tanah, dengusan napas teratur menderu dari paru-paru. Ya, perjalanan mendaki gunung kembali dilakoni setelah sekian tahun nyaris tak pernah menyapa langit dari ketinggian. Perjalanan ini, lebih dari sekedar menuntaskan destinasi, perjalanan ini menuntaskan dahaga dua tahun lalu, ketika hanya bisa menyaksikan keelokan puncak Gede dari puncak Pangrango, dengan romantisme Lembah Mandalawangi-nya.
Penulis mendapatkan kesempatan langka, ketika diminta meliput perjalanan tim Women Series EIGER Hiking Community untuk memperingati Hari Kartini, gabungan dari dua perusahaan, yaitu PT. Eigerindo MPI dan PT. Eksonindo MPI.
Persiapannya dilakukan lebih dari dua bulan sebelum Hari -H, tim ini dipandu oleh orang-orang berkopenten, sebut saja Galih Donikara menjadi pelatih tim. Beliau merupakan personil tim EAST (EIGER Adventure Service Team), dalam perjalanannya telah berhasil menapaki beberapa gunung di belahan dunia, termasuk Everest dan Vinson Masiv.
Dalam beberapa kesempatan Seven Summiter Indonesia, Iwan 'Kweceng' Irawan juga kerap memberikan suntikan moril dan berbagi pengalaman kepada tim, termasuk beberapa orang yang termasuk ke dalam tim Black Borneo Expedition Eiger 2015.
Dengan masuknya beberapa tim ahli ke dalam tim, seleksi ketat dan tidak mudah harus dilakoni tim, mulai dari latihan rutin di sela-sela hari kerja, belajar mengenai kemampuan bertahan hidup dan pengetahuan di alam terbuka hingga beberapa kali simulasi menjadi menu wajib yang harus di hadapi oleh tim.
Setelah melakukan seleksi yang cukup ketat, tim penyeleksi beserta instruktur diputuskan 12 personil tim yang akan melakukan perjalanan ini. Selidik punya selidik, perjalanan ke Gunung Gede hanyalah awal dari rangkaian perjalanan ekspedisi yang akan dilakukan oleh Eiger Hiking Community dalam beberapa tahun mendatang, wajar saja jika persiapan pendakian kali ini begitu serius, hampir menyerupai ekspedisi besar untuk penjelajahan atau pendakian yang telah dilakukan oleh Eiger dan tim EAST.
Foto by tim EHC -Â Pelepasan tim pendakian oleh owner Eiger, Ronny Lukito
Personil yang terpilih adalah Dewi Anggraeni (Leader Tim), Rika Karlina, Niken Wilyawati, Ira Sri Mulya Ratih, Nia Kurniasih, Eulis Hartati, Dian Mustika Rini, Sri Suci Mulyani, Indri Triani, Cici Lestari, Heity Kumala Dewi, dan terakhir adalah Agustina Ella Vianney. Menariknya, meskipun mereka bekerja di perusahaan manufaktur dan retail peralatan petualangan di alam terbuka terbesar di Indonesia, tapi hanya segelintir dari mereka yang memiliki pengalaman mendaki gunung, sisanya masih hijau, alias belum berpengalaman. Ini akan menjadi hal yang sangat menantang, baik bagi instruktur atau tim pendukung lainnya untuk mensukseskan kegiatan ini juga bagi penulis yang kemudian terlibat dari awal hingga akhir kegiatan, lantaran beberapa produk yang dikenakan oleh tim, nyaris sebagian besar belum beredar di pasar. Jadi, perjalanan ini juga menjadi ajang penelitan dan uji produk sebelum diluncurkan ke pasar.
Meskipun persiapan telah dilakukan beberapa bulan sebelumnya, namun kendala masih tetap ada, wajar saja karena ini menjadi kegiatan pertama tim EHC yang dilakukan secara besar-besaran, dan juga melibatkan dua perusahaan. Namun meski demikian, perjalanan tetap dilanjutkan setelah persiapan matang dilakukan.
Foto by tim EHC -Â Suasana pagi: kabut masih memeluk punggungan di jalur Gunung Putri
Perjalanan dimulai pada tanggal 22-24 April 2016, perjalanan ini mengambil rute dari Gunung Putri, kemudian menunju Fly Camp I di Alun-alun Surya Kencana, kemudian ke Puncak Gede lantas turun melalui jalur Cibodas. 12 Srikandi ini kemudian akan mengenakan kebaya ketika berada di Alun-alun Surya Kencana dan ketika berada di Puncak Gede.
Gunung Gede lazimnya saat ini sudah menjadi gunung wisata, sejak dibukanya pendakian pada tanggal 1 April 2016 lalu, tidak butuh waktu lama, kuota 600 pendaki per hari yang diberlakukan Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pun langsung penuh alias full booked. Namun, meski demikian, Gunung Gede Pangrango juga kerap menelan korban, baik karena kesalahan dari pendaki atau memang faktor buruknya cuaca.
Foto by tim EHC -Â Puncak Gunung Gede
Jika kita mengangkat tentang fenomena peringatan Hari Kartini, ada banyak cara yang dilakukan oleh para perempuan di era saat ini dengan engusung semangat Kartini dengan mimpi akan kesetaraan derajat wanita di Indonesia, bahkan dalam beberapa catatan sebelumnya, women series dari Mapala di Bandung berhasil menyelesaikan misinya menggapai tujuh puncak tertinggi di dunia. Begitu juga dengan team Eiger Hiking Community, yang ingin merangsang semangat juang anggotanya agar tidak pernah takut untuk memiliki mimpi, harapan, serta kegigihan dalam menggapai tujuan.
Foto by tim EHC - Bersolek:Alun-alun Surya Kencana
Mendaki gunung adalah implementasi lain dari adopsi semangat Kartini, tidak harus di protes lantaran ada yang lebih layak menjadi Pahlawan Nasional dibandingkan Kartini, tapi setidaknya, ada sisi positif yang bisa diangkat dari peringatan ini.
Foto by tim EHC - Gunung bukan tempat sampah
Perjalanan tim EHC ini dalam rangka untuk mendidik anggotanya, agar memiliki semangat juang yang tak kenal cepat menguap begitu saja. Dan selama perjalanan, terdapat banyak pelajaran yang didapatkan. Mengenai bagaimana caranya untuk bersikap santun terhadap alam atau rekan, saling menjaga satu sama lain, menumbukan tali persaudaraan, semuanya terangkum dalam satu perjalanan yang memiliki tujuan untuk kembali dengan selamat.
Foto by tim EHC - Puncak Gunung Gede
"A journey of a thousand miles begins with a single step", ungkapan dari Lao Tzu ini kemudian terngiang di benak anggota tim, bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai dari titik ini, penggemblengan mental dan fisik mereka mulai dibina, dan begitulah. Harapannya, bahwa para wanita ini bisa mandiri dan berani untuk berekspresi, namun masih dalam tahap kewajaran untuk kemudian mengharumkan kaum dan bangsanya.