Sejak bula lalu, pemerintah mengambil kebijakan untuk memberlakukan kantong plastic berbayar di setiap supermarket atau tempat belanja modern. Terjadi prokontra saat kebijakan ini akan diberlakukan. Hingga akhirnya keputusanpun keluar. Dan kini warga yang berbelanja kantong plastic harus rela mengeluarkan sejumlah Rp. 200,- untuk satu kantong plastic besar ataupun kecil.
Sebagian berpendapat, pemerintah mengambil kebijakan yang keliru karena akan menguntungkan para pengusaha, apalagi yang usaha dibidang plastic. Terhadap pendapat ini saya cenderung bingung, karena bagaimana pun walaupun kantong plastic gratis, tetap saja para pengusaha kantong plastic akan untung, justeru lebih besar untungnya dibandingkan bayar, karena pihak supermarket atau toko tetap membeli—tidak gratis.
Ada juga yang mengaitkan dengan kapitalisasi. Bahwa kebijakan pemerintah tersebut terlalu pro pemodal. Sehingga membuat yang kaya bertambah kaya. Nah kalau dengan pendapat ini, rasanya terlalu lebay. Apa-apa dikaitkan dengan kapitalisme, apa-apa dikaitkan dengan kapitalisme. Rasanya terlalu jauh jika hal ini dikaitkan dengan kapitalisme, walaupun bisa jadi kebijakan ini bagian dari kapitalisasi yang dilakukan oleh pemerintah
Yang jelas, dengan kebijakan ini memang benar ada yang diuntungkan. Tetapi bukan pengusaha kantong plastik tetapi tokonya sendiri. Yang tadinya menggratiskan, sekarang jadi berbayar. Untung yang didapat dari penjualan kantong plastic juga relatif besar. Bayangkan jika dalam satu hari ada seribu pembeli. Keuntungan yang tadinya hilang ini jadi keuntungan tambahan bagi toko. 200x1000. Lumayan 200ribu/hari dikali 30 maka sebulan keuntungannya 6 juta. Bisa menutupi gaji 2 orang karyawan.
Kita tunda pendapat lebay di atas, mari beralih ke alasan sesungguhnya kenapa pemerintah memberlakukan pembayaran kantong plastic. Masih ingat kenapa pemerintah memberlakukan kebijakan ini?
Ya…..pemerintah memiliki tujuan untuk mengurangi jumlah sampah plastic yang membahayakan lingkungan. Karena menurut data, jutaan tong sampah plastic setiap harinya dapat memicu kerusakan lingkungan yang parah. Sampai ratusan tahun, plastic tidak akan mudah hancur. Bahkan bisa mengganggu ekosistem dan membunuh yang ada di dalamnya. Misalnya ikan yang memakan plastic bisa mati karena bahannya yang tidak bisa diurai oleh pencernaan. Ikan melihat plastic sebagai bagian dari plankton laut.
Baik, itu sedikit saja contoh dari bahaya yang ditimbulkan oleh plastic. Yang jelas membahayakan hidup dan masa depan lingkungan dunia.
Lalu kenapa kebijakan pemerintah aku sebut banci?
Ya sangat banci karena kebijakan tersebut tidak menghentikan para pembeli untuk tetap menggunakan kantong plastic. Dengan harga 200 perak pembeli dengan mudah mengeluarkan recehannya. Dibanding dengan belanjaan yang berjulah 500ribu tentu saja 200 rupiah itu tidak berarti. Sehingga pembeli dengan sangat mudah membeli kantong plastic walaupun sampai berjumlah 10 bahkan 100 pc.
Oleh karena itu kebancian kebijakan pemerintah ini harus ditinjau ulang, misalnya dengan kebijakan baru agar toko tidak menyediakan kantong plastic sama sekali. Jika ada toko yang ketahuan menyediakan kantong plastic maka denda menjadi hukumannya. Karena dengan menyediakan kantong plastic dengan harga berapapun berpotensi menjadi sampah baru.
Lalu bagaimana solusinya?
Pemerintah baiknya mewajibkan toko untuk mencari alternative dalam menyediakan kantong belanja, misalnya goodybag atau paperbag seperti kita temui dalam film-film barat. Jika belanja selalu diwadahi dengan paperbag.
Dengan goodybag selain sifat kain yang cepat terurai oleh tanah juga bisa lebit awet saat digunakan. Dengan harga kantong 10.000,- atau dengan harga lebih murah bisa digunakan untuk belasan atau puluhan kali berbelanja ke supermarket. Sehingga sama sekali tidak menghasilkan sampah-sampah baru rumah tangga ataupun industry.
Kebijakan ini tentu akan sedikit mengundang pro kontra lagi. Tapi yakin, dengan kebijakan ini bisa meminimalisir kantong plastic yang bisa berpotensi menjadi sampah. Saya melihat kebijakan ini seperti kebijakan minuman keras yang tidak bisa menutup pabriknya tapi melarang peredarannya. Banci kan? Pengen tetap dapat pajak, tapi dengan pembatasan. Pengen tetap dapat pajak berganda tapi tidak berani membatasi/melarang penggunaan kantong plastic di toko.