Suara 'Orang Indonesia' di Layar Lebar (Bagian 2)

16 Apr 2016 20:23 5215 Hits 2 Comments
Menyuarakan kembali suara-suara Orang Indonesia (Bagian Kedua)

Kebangkitan Perfilman Indonesia di awal Millenium ketiga tidak hanya sebatas kebangkitan kuantitas atau produksi saja. Kesungguhan Orang Indonesia untuk bersuara melalui layar lebar ditunjukkan dengan peningkatan kualitas yang berbanding lurus terhadap bertambahnya animo masyarakat terhadap Film hasil karya negeri sendiri.

Baca Juga : Suara 'Orang Indonesia di Layar Lebar (Bagian 1)

Tak ayal, Festival Film Indonesia (FFI) sebagai ajang penghargaan tertinggi bagi perfilman Indonesia kembali diadakan pada tahun 2004 setelah membisu lebih dari satu dasawarsa.

Film "Arisan!" (Nia DiNata) dan "Ada Apa dengan Cinta" (Rudi Soedjarwo) adalah dua judul yang mendominasi ajang penghargaan di tahun 2004 ini.

Suara 'Orang Indonesia' di Layar Lebar (Bagian 2)

Pemenangan Film "Ekskul" (Nayato Fio Nuala) oleh FFI sempat menuai kontroversi di tahun 2006 yang berbuntut kekecewaan dan penolakan terhadap hasil penjurian FFI, akhirnya keputusan pemenangan atas film inipun dibatalkan.

Dekade ini bisa jadi adalah dekade pencarian jati diri bagi Perfilman Indonesia.

Produksi perfilman Indonesia terus menunjukkan grafik pertumbuhan dari tahun ke tahun, terutama sejak tahun 2007. Sedikitnya ada 450 film yang dirilis ke layar lebar pada dasawarsa ini (2001-2010).

 

Tidak hanya jago kandang, era kebangkitan perfilman Indonesia untuk yang kedua kalinya ini pun tidak luput dari perhatian dunia internasional. Tercatat beberapa film Indonesia yang mendapat nilai positif hingga berbagai penghargaan di luar negeri.

"Daun di Atas Bantal" misalnya.

(Diunggah ke Youtube oleh J3A106068)

Meski tidak begitu mendapat apresiasi dari masyarakat Indonesia, mungkin karena peluncuran film yang bertepatan dengan keadaan ekonomi Orang Indonesia yang sedang mengalami krisis, film ini terpilih sebagai film terbaik pada ajang Asia Facific Film Fest berikut sang pemeran utama film ini, Christine Hakim, yang juga dinobatkan sebagai aktris terbaik pada ajang ini.

Selain itu, Film yang disutradarai Garin Nugroho (meraih penghargaan Special Jury Prize pada Tokyo International Film Fest 1998 untuk film ini) juga menjadi nominator unggulan dalam kategori Silver Screen Award Best Asian Feature Film pada Singapore International Film Fest di tahun 1999.

 

Beberapa tahun kemudian, suara Orang Indonesia melalui "Pasir Berbisik" kembali memikat Orang Lain.

Film ini menyabet tiga penghargaan pada Asia Pacific Film Fest 2001 untuk kategori Best Cinematography Award dan Best Sound Award, serta Jury’s Special Award for Most Promising Director yang dianugerahkan kepada sang sutradara, Nan Achnas.

Akting Dian Sastro dalam film ini meraih penghargaan sebagai Artis Wanita Terbaik pada dua festival sekaligus, yaitu Festival Film Asiatique Deauville 2002 dan Festival Film Antar Bangsa Singapura ke-15.

 

Film Indonesia lainnya yang mencuri perhatian dunia Internasional pada akhir dekade kebangkitan perfilman Indonesia ini adalah "Laskar Pelangi" dan "Sang Pemimpi" yang keduanya diadopsi dari novel dengan judul yang sama karya Andrea Hirata.

Dibawah arahan Riri Riza, kedua film yang menceritakan tentang mimpi anak-anak di pulau Belitong ini sukses melanglang buana ke negeri Orang Lain.

(Diunggah ke Youtube oleh konglomerat80)

"Laskar Pelangi" diputar pada Festival Film International Fukuoka 2009 di Jepang, Barcelona Asian Film Fest 2009 di Spanyol, Singapore International Film Fest 2009 di Singapura, 11th Udine Far East Film Fest di Italia, hingga Los Angeles Asia Pacific Film Fest 2009 di Amerika Serikat.

Tak mau ketinggalan, studio-studio film di negara-negara seperti Namibia, Spanyol, Italia, Hongkong, Singapura, Jerman, Amerika, Australia, dan Portugal juga beramai-ramai menayangkan film ini sebagai bentuk apresiasi mereka.

"Laskar Pelangi" kemudian meraih penghargaan The Golden Butterfly Award untuk kategori film terbaik pada International Festival of Film For Children dan Young Adults di Hamedan, Iran.

Mengekori ketenaran "Laskar Pelangi", sekuel selanjutnya, "Sang Pemimpi" seakan tidak mau kalah.

Selain dibanjiri apresiasi positif dan penghargaan di dalam negeri, film ini memenangkan banyak penghargaan International, seperti:

  • Golden Butterfly untuk kategori Special Jury Award of Children's Film World Organization
  • Castello D'Oro untuk kategori Film Anak-anak pada Castellinaria International Youth Film Fest Bellinzona, Switzerland
  • Juara Runner Up ke-3 untuk kategori pilihan penonton pada Udine Far East Film Festival, Italia.
  • Naptac Critics Award untuk kategori Asian Feature Film pada Singapore International Film Festival, Singapura
  • Tambores de Hojalata untuk kategori Best Film by the Spanish Youth Jury pada Festival Internacional de Cine para la Infancia y la Juventus, Spanyol
(Diunggah ke Youtube oleh Indonesia Trailler Movie)

 

Anda sadari atau tidak, Andalah Orang Indonesia yang saya suarakan dengan penuh kebanggaan pada artikel ini!

Saya adalah Orang Indonesia dan saya telah mencoba untuk bersuara.

Sekarang giliran Anda.

Tak perlu terlalu jauh memperdengarkan suara Anda hingga ke luar negeri, cukup tuliskan ulasan Film Indonesia di Plimbi, atau tulisan yang lebih sederhana di komentar.

AYO, PERDENGARKAN SUARAMU!

Bersambung ke "Suara Orang Indonesia di Layar Lebar (Bagian 3)"

About The Author

Jimi Laila 25
Novice

Jimi Laila

Write about writing is sounds fun, isn't?
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel