Ketakutan yang bermanfaat pada film Indonesia

9 Apr 2016 01:19 3541 Hits 0 Comments
Artikel open minded tentang pengalaman penulis saat berusia 14 tahun yang akan pergi ke bioskop untuk pertama kalinya.

“Ketakutan itu membangun, jika anda bergerak ke arah yang lebih baik. Tapi ketakutan adalah musuh, jika melemahkan anda.” - Anonim

 

Waktu itu sore hari, setelah sholat Ashyar. Saya bersiap-siap untuk pergi jalan-jalan. Karena memang sebentar lagi saya akan meneruskan pendidikan di pesantren, ayah saya bilang: “Sebelum kamu mondok, kamu mau apa ayo kita jalan-jalan.” Kalau disuruh balik ke momen itu, pasti segala macam keinginan akan mucul. Tapi toh saya (dan sebagaian besar anak-anak lainnya) pasti bingung ketika dihadapkan dengan pertanyaan seperti itu. Ujung-ujungnya akan hanya menginginkan sesuatu yang membuatnya penasaran, begitu pun saya.

Tahun 2010 saya masih ingat, beberapa saat setelah lulus SMP dan akan melanjutkan ke jenjang  SMA. Sampai pada hari di mana pertanyaan itu muncul, dan ya benar saja keiinginan saya waktu itu bisa dibilang tak terlalu neko-neko, aneh atau berat untuk dipenuhi: Saya ingin merasakan sensasi melihat film di bioskop.

Malang memang, di usia yang hampir 14 tahun pada saat itu saya belum pernah pergi ke bioskop untuk menonton sebuah film, beda jauh dengan generasi sekarang yang menjadikan nonton adalah budaya urban, khas kekinian.

***

Dalam film The Aviator, Leonardo DiCaprio berperan sebagai Howard Hughes, seorang pengusaha minyak kaya raya, memiliki perusahaan penerbangan (angkatan udara swasta) sekaligus producer film yang memiliki kepribadian Obsesif-compulsif. Sebuah gangguan psikologis di mana pengidapnya memiliki sebuah kecemasan atau ketakutan yang berlebihan akan suatu hal.

Hughes adalah seorang pria pekerja keras, memiliki sifat keras kepala dan bersedia mengambil resiko. Dengan keinginiannya yang keras, Hughes kecil berjanji pada suatu saat nanti dia ingin menjadi seorang yang sukses, yang kaya raya, memiliki segalanya.

(sumber gambar : http://craigerscinemacorner.com/Images/600full-the-aviator-poster.jpg)

***

Setelah bersiap diri, mandi, memakai pakaian yang layak, kami menuju tempat bisokop menggunakan motor. Pada saat itu saya benar-benar menikmati perjalanan menuju bioskop, mungkin karena ini adalah pertama kalinya atau hanya rasa penasaran saja entahlah. Setelah sampai kami pun memarkirkan motor, dengan sedikit merapikan baju, kita memasuki gedung di mana bioskop itu berada. Semakin melangkahkan kaki, semakin hati ini merasa gugup, senang dan penasaran bercampur aduk.

Pada saat itu saya ingin sekali melihat film Indonesia, dengan bayangan mungkin akan terlihat seru film-film ala FTV jika ditonton rame-rame dan dengan layar yang lebar. Sekali lagi, ini adalah pengalaman pertama menonton sebuah film di layar lebar, sebelumnya, sejauh itu, hanya melihat bola yang pernah saya tonton melalui layar lebar. Iya, memang kasihan saya ini.

***

Suatu hari Hughes berada diambang kebangkrutan. Dia diahadapkan oleh sesuatu yang mengharuskan dia mengambil keputusan secara hati-hati. Dia dituduh oleh pihak pemerintah menggelapkan dana perang, yang mengharuskan dia untuk menjual perusahaan penerbangan miliknya atau menghadapi sidang secara terbuka dengan pemerintah. Karena Sifat cemas dan takut yang dialaminya efeknya pun berimbas kemana-mana: ditinggal wanita-wanitanya sampai menyebabkan dia mengurung diri pada waktu yang lama.

Kehidupan awal yang glamor dan penuh wanita, terkenal, memiliki segalanya pun berubah total dengan anti sosial. Yang salah satunya disebabkan oleh sifat kecemasan dan rasa takutnya yang berlebihan. Walaupun dengan rasa takut itu dia tetap berangkat menghadiri persidangan, dalam persidangan dia mengutarakan segalanya dan ada 1 tujuan yaitu keinginannya untuk menerbangkan pesawat terbesar miliknya pada saat itu. Bagaimana akhirnya?

***

Dan apa yang terjadi? Sesampainya di bioskop saya melihat begitu banyak poster,  poster film luar dan poster film Indonesia. Pikiran saya waktu itu masih ke mana-mana, saya mencoba tenang dan mulai melihat satu-persatu poster film Indonesia. Mana FTV yang saya bayangkan? Semua poster memiliki kesamaan tema, tema tentang: HOROR. Saya takut, bukan karena hantunya, tapi saya melihat raut muka yang tak enak dari ayah saya. Seolah-olah dia tak menginginkan kita berada di sini.

Saya juga takut akan bayangan fantasi liar saya, ini film horor tapi kok artisnya cantik-cantik. Aneh, pasti ada hal buruk dalam bentuk moral di dalamnya. Malang, memang pada saat itu periode film Indonesia memang sedang buruk-buruknya. Jauh di luar ekspektasi saya.

***

Hughes takut akan kekalahannya di persidangan, akan asetnya yang akan bangkrut, pesawat besarnya yang tak bisa terbang dan banyak ketakutan lainnya. Di luar ketakutan atau gejala obsesif-compulsif  yang memang dari kecil ia alami.

Tapi memang kadang semua ketakutan itu lah yang menimbulkan rasa perlawanan muncul, hitam-putih akan baik-buruk semakin abu-abu, takut di sini bisa diartikan baik juga bisa diartikan buruk. Toh kalau tidak ada rasa takut tersebut mana mungkin dia bisa merasakan rasanya kemenangan? Pada akhirnya dia menang dalam persidangan, pesawat besarnya bisa terbang dan dia akan menetap di Amerika untuk waktu yang lama. Semakin kaya dari sebelumnya.

***

Ketakutan itu yang sampai sekarang yang menyadarkan saya betapa berpengaruhnya sebuah film yang kita tonton dalam kehidupan kita. Ayah saya merasa senang, saya pun juga merasa senang. Pada akhirnya kami pergi dan perasaan perjalanan menuju rumah sama senangnya dengan perasaan perjalanan berangkat. Rasa penasaran itu semakin pudar, dengan semakin dewasanya usia. Dengan mengingat senyum di antara kita, saya ingin menikmati momen itu lagi, setidaknaya satu kali lagi.

Kalau hanya ego yang membuat kita malu untuk jalan-jalan bersama orang tua, atau waktu sibuk masing-masing, atau jarak dan hal-hal penghalang lain yang masih masuk akal untuk dilakukan pasti saya lakukan. Tak banyak, sekali saja dan saya akan meninggalkan semua hingar-bingar kegiatan saya untuk sehari itu.

.

.

.

Ah, sayang. Kita sekarang berada di dunia yang berbeda. Mau gimana lagi?

Ketakutan yang bermanfaat pada film Indonesia

Keterangan :

(sumber cover : http://4.bp.blogspot.com/_WqziIucQ6-U/TFJ1xSi2BKI/AAAAAAAAADA/lAe8-uUVHH8/s1600/Logo+Ketiga+-+Film+Indonesia.jpg )

(gambar seorang laki-laki berkopyah : adalah ayah penulis)

About The Author

Kafi Kh 13
Novice

Kafi Kh

I'am just 20 years old.
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel

From Kafi Kh