(gambar via: www.counterpointresearch.com)
Rasanya baru kemarin sekitar satu tahun yang lalu, gegap gempita jaringan seluler generasi keempat 4G LTE kita rasakan di Indonesia, namun dalam pameran teknologi beberapa waktu lalu (tepatnya di Mobile World Congress Barcelona Spanyol), para inovator teknologi sudah mulai membicarakan teknologi seluler generasi kelima, 5G. Menarik untuk mengikuti arah perkembangan teknologi seluler hingga sekarang ini, pemerintah juga memacu pertumbuhan dan pemerataan jaringan 4G di tanah air. Apakah dengan 4G saja belum cukup, ataukah kebutuhan manusia dimasa depan akan akses internet seluler akan semakin membludak?
Mari kita sedikit melihat kebelakang, sekitar 10 tahun yang lalu. Era komunikasi seluler, dimana sebagian besar teknologi komunikasi hanya untuk menelpon dan berkirim pesan teks sederhana alias SMS. Peran perangkat telpon genggam dan operator seluler begitu dominan di era panggilan telpon konvensional dan era pesan teks ini, ini mungkin era 2G. Kebutuhan akan akses internet tentunya tidak sebesar saat ini, mungkin kita hanya bisa berkirim pesan instan sederhana dan pengiriman email yang menjadi kebutuhan akses internet. Operator seluler adalah raja kala itu.
Memasuki era 3G, kemampuan koneksi data atau internet semakin tinggi dan dapat mengakomodasi kebutuhan komunikasi yang semakin tinggi. Dengan kemampuan seluler generasi ketiga ini, orang tidak hanya bisa berkomunikasi suara saja, namun sudah bisa berkomunikasi dengan video call. Kala itu, komunikasi video call booming. Bisnis operator seluler untuk koneksi internet semakin naik, pengguna berlomba-lomba ingin menikmati layanan video call. Namun tampaknya, adopsi dari 2G ke 3G tidak terlalu masif, hal ini mungkin dikarenakan ketersediaan handset ataupun perangkat smartphone yang masih dibanderol dengan harga tinggi.
Kemampuan 3G semakin ditingkatkan dan dimeratakan. HSDPA mungkin adalah peningkatan kemampuan koneksi jaringan 3G dimasa kini. Harga handset yang semakin murah, dan harga paket internet semakin terjangkau oleh sebagian besar masyarakat. Di era 3G, mulai ada pergeseran pemain yang turut ambil bagian didalam bisnis seluler internet. Jika era 2G dan 3G awal operator seluler adalah pemain inti dalam bisnis internet seluler mobile, sekarang banyak pemain dari luar negeri yang turut bisa menikmati gurihnya bisnis seluler internet. Adalah Google, Facebook, Twitter, Instagram, dan lainnya yang juga turut meraup keuntungan dari boomingnya industri seluler 3G. Para raksasa internet tersebut kita sebut OTT alias Over The Top. Pemain OTT semakin mengambil keuntungan dengan koneksi internet yang semakin baik di era 3G atau HSDPA yang semakin merata. Kehadiran OTT asing sempat membuat kontroversi di negara kita, perusahaan asing tersebut meraup keuntungan yang tidak sedikit dari layanannya, namun belum terikat untuk pembayaran pajak dan kewajiban lain ke pemerintah setempat.
Saat ini kita sedang dalam tahap awal era 4G, kemampuan koneksi internet menjadi semakin cepat dan stabil. Harga handset berkemampuan 4G juga semakin murah, saat ini handset berkemampuan 4G sudah dikirasan 1 jutaan. Era 4G bisa jadi adalah eranya OTT. Beberapa waktu yang lalu, kita dihebohkan dengan hadirnya layanan Netflix, sebuah OTT yang menghadirkan konten video on demand. Beberapa tahun kedepan mungkin akan ada semakin banyak OTT yang bisa dinikmati via jaringan seluler generasi keempat 4G. Di era 4G, yang akan booming adalah layanan video. Meskipun era 3G kemampuan video via seluler sudah bisa kita nikmati, namun dengan keunggulan yang dimiliki, kemampuan menonton video di jaringan 4G tidak akan terkendala buffering seperti di generasi 3G.
(ilustrasi OTT, gambar via: outsource.com)
Tahun 2000 an akhir, para perusahaan teknologi berhasil menyuntikkan perangkat lunak canggih kedalam perangkat telpon, lazimnya kita sebut smartphone dewasa ini. Kecanggihan perangkat lunak sistem operasi yang sebelumnya hanya bisa kita gunakan di komputer, kemudian bisa kita nikmati di perangkat smartphone. Apple dengan Iphonenya dan Google dengan sistem operasi Androidnya mungkin adalah para jawara di era perangkat telpon pintar dewasa ini.
Jika ditahun 2000 an akhir para raksasa teknologi bisa menyuntikkan perangkat lunak ke smartphone, dan dengan dukungan operator seluler yang sudah mampu menggelar koneksi seluler hingga generasi 4G, kemana lagi kita akan menuju? Saat ini, para raksasa teknologi tidak hanya membuat telpon yang semakin smart, tapi juga peratalan lain, seperti mobil, rumah, hingga kota yang akan dibuat semakin pintar. Di masa depan, tampaknya lazim kita temui istilah smartcar, smarthome, hingga smartcity. Inilah era yang kita sebut era Internet of Things.
(ilustrasi smarthome, gambar via: www.digitaltrends.com)
4G mungkin sudah bagus untuk memenuhi kebutuhan seluler smartphone, dimana video bisa jadi yang akan membludak di era ini. Namun untuk memenuhi kebutuhan era Internet of Things, 5G adalah jawabannya, setidaknya menurut para ahli. Jika mobil pintar yang bisa berkemudi otomatis dengan jaringan 4G bisa masuk jurang karena masalah jaringan, maka 5G semakin menjamin kehandalan koneksi internetnya.
Selain masalah kecepatan koneksi, 5G juga bisa dimanfaatkan di bidang medis, pendidikan dan bidang-bidang lainnya yang membutuhkan data besar dan kestabilan kecepatan. 5G bukan hanya masalah kecepatan, namun semakin meluasnya adopsi terhadap kemampuan jaringan ini di berbagai bidang kehidupan.
(ilustrasi smarthospital, gambar via: www.activeindiatv.com)
Jika di era 2G dan 3G pemain didominasi oleh penyedia handset dan operator seluler, kemudian memasuki era 4G pemain didominasi oleh para OTT, siapa yang akan menjadi pemain di era 5G? Yang jelas, era 5G akan menghadirkan para pemain bisnis baru didalamnya.
Dan yang menjadi pertanyaan besar adalah, dimana kita? Kita harus bisa memanfaatkan perubahan teknologi komunikasi seluler ini. Semoga di masa depan, kita bisa memanfaatkan kemajuan teknologi ini, bukan hanya sebagai pengguna, namun juga semakin produktif dalam memanfaatkannya.Â