CAGUB (alternatif) DKI-1 : Untuk Jakarta Berwarna

18 Mar 2016 18:58 2100 Hits 1 Comments
ditengah kesibukkan calon DKI-1 saling lempar isu.

Keberadaan Ahok menjadi calon Gubernur JKT-1 dianggap begitu penting, tenimbang memikirkan nasib ibu-ibu Rembang yang lagi gontok-gontokan sama aparat negara. Deretan  nama calon muncul untuk “melawan Ahok”.  Sandiaga Uno, wirausahawan berbakat. Ahmad Dhani, musisi paling top markotop. Hinga Pak Yusril yang saya tunggu-tunggu  konfrensi persnya di setiap saluran televise.  “Melawan Ahok” yang superior dihadapan warga serta tak pernah berpikir diksi apa yang akan dilontarkan ketika bertemu dengan awak wartawan. Ya, begitulah Ahok yang “dipaksa” menjadi suksesor Jokowi yang melenggang ke istana.

Permasalahan tersebut tidak serta merta membuat keadaan hati saya berkecemak untuk menghadapi Pilkada 2017 sebagai pemilih.  Tugas akhir yang sudah selesai membuat keadaanya plong-plong-plong.  Kalau lah ada salah-salah sedikit,  cukup direvisi dengan hati membuat hasil semakin ciamik.

Perebutan kursi DKI-1 layaknya di pertontonkan hingga daerah pedalaman Sadang, Kebumen, Jawa Tengah.  Dimana sebagian warga hanya bisa melihat calon wakilnya melalui brosur-brosur yang dibagikan atau stiker yang dalam amplop yang berisi gambar I Gusti Ngurah Rai.  Keadaan tersebut tidak membuat warganya terjangkit virus politik pragmatis yang sangat bejad moral.  Sana-sini lawan, kawan ketika ada kepentingan.  

Memilih Nabila berpasangan dengan Melody untuk maju di JKT-1 adalah pilihan yang terbaik.  Suasana Jakarta yang sedang panas meskipun  Ciliwung belum siaga satu karena bendungan katulampa masih mampu menampung hujan di daerah Bogor.  Percayalah kedua dedek gemes dipastikan mendapatkan sokongan full dari wotta setempat. Pengumpulan KTP bisa diganti dengan member yang ada.  Karena fungsi sebagian kartu member adalah kartu warga yang taat dan sering nonton konser.

Gerakan “melawan Ahok” beragam cara untuk meruntuhkan niatnya untuk mecalonkan secara Independen.  Teman Ahok yang kekeuh dengan idealisme untuk maju tanpa parpol  Tanpa “restu” partai politik.  Lha, kok ngeri begitu ?  Silat Ahok begitu cat, cit, cut. Kalaupun, berada dalam keadaan diam tapi Teman Ahok berada di garda belakang untuk mencari jutaan KTP.

Kalau calon yang saya usung tidak mungkin begitu drengki dengan usul “melawan Ahok”. Tidak perlu membuat konvensi agama, konvensi budaya, konvensi bahasa, atau konvensi dedek gemes.  Kalaupun itu harus di adakan konvensi di internal calon independen JKT-1, saya rasa Nabila dan Melody tidak terlalu keberatan.  Beliau masih bisa menyisihkan jadwal padat, ditengah kesibukkan calon DKI-1 saling lempar isu.

Calon ini tidak begitu menyukai  hatespech apalagi sampai ngomongin sampai ke SARA.  Iuh bingit, mending mengadakan konser amal untuk ibu, bapak, dan anak yang masih kekurangan makan.  Selain itu bagi-bagi mie gratis sebagai sponsorship akan lebih berharga bagi anak-anak kos yang menahan lapar dari pertengahan bulan hingga akhir bulan karena bantuan sosial belum turun.

Alternatif gerakan “melawan Ahok” dengan selow tapi tenanan.  Menjadi pesaing Ahok tidak membutuhkan berdebat dilayar kaca melainkan aksi di depan mata membaca realita dan membuat keadaan menjadi sejahtera.  “Melawan Ahok” bukan soal muda kalau masih memakai jalan mainstream. Melalui calon alternatif, warga Jakarta dapat memilih Nabila featuring Melody untuk Jakarta lebih berwarna.

Tags Ulasan

About The Author

Fadli rais 42
Ordinary

Fadli rais

Pecinta mamah muda made in Indonesia
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel