Bahasa Anugerah Tuhan

9 Mar 2016 08:44 4433 Hits 1 Comments
Mensyukuri Nikmat Tuhan

Sejarah telah berlalu, sumpah yang dahulu diikrarkan oleh golongan pemuda pada 78 tahun yang lalu dalam rangka untuk membangkitkan kembali semangat cinta terhadap bangsa, tanah air, dan bahasa Indonesia. Dengan sumpah inilah, yang kemudian menjadi langkah emas yang berujung dengan Kemerdekaan Indonesia. Indonesia berhutang banyak kepada generasi pemuda karena telah berjuang mengusir penjajah dari tanah air tercinta ini. Mereka berkumpul, berikrar dengan nasi yang sama, dan bersatu dengan tujuan yang sama, yakni merebut kembali tanah air, budaya bangsa, dan bahasa persatuan. Mereka tak memandang teman mereka dari suku, ras, agama, maupun budaya yang berbeda. Namun karena kesamaan tujuan sehingga mereka saling bekerja sama dan saling bahu membahu di atas perbedaan.

Akan tetapi, yang menonjol dari ikrar tersebut adalah bahasa persatuan. Yakni, mengenai bahasa mereka sendiri dalam berkomunikasi satu sama lain. Sudah barang tentu, bahwa akan terjadi kesulitan komunikasi jika mereka tidak memahami bahasa satu sama lain. Atas alasan tersebut, mereka sengaja mencantumkan bahasa persatuan dalam ikrar pada kalimat ketiga, yakni “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Bahasa yang kita kenal adalah sebagai alat komunikasi, sebagai media untuk mengemukakan perasaan, dan masih banyak lagi. Namun, karena bahasa juga bisa menjadi pemecah maupun pemicu konflik kedua belah kubu. Sehingga dirasa perlu bagi Indonesia untuk memiliki satu bahasa yang diakui sebagai bahasa persatuan dan juga menjadi identitas negara itu sendiri.

Sebagai mahasiswa baru, ketika pertama kali kita menginjakkan kaki di halaman kampus pasti akan tercengang kepada mahasiswa lainnya. Bagaimana tidak, waktu pertama kita masuk bangku perkuliahan, tidak heran kalau kita mendengar bahasa-bahasa yang tidak pernah kita dengar sebelumnya. Seperti halnya bahasa ngapak yang identik dengan kabupaten Banyumas, bahasa krama yang identik dengan bahasa Jawa yang terkenal dengan panggilan ndeso, dan masih banyak lagi yang mungkin belum pernah penulis ketahui. Namun perlu diingat bahwa, mereka semua tetap menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar ketika berinteraksi dengan mahasiswa yang tidak mengerti bahasanya. Dan inilah yang menjadi keheranan saya, bahwa nilai-nilai dari sumpah pemuda tetap terasa pada pemuda Indonesia yang tetap memegang teguh bahasa persatuan yakni bahasa Indonesia. Di sini kampus juga harus berperan aktif dalam melestarikan keanekaragaman bahasa yang menjadi aset berharga untuk negeri ini akan tidak diplagiasi dan dilupakan generasi pemuda sendiri.

Jika kita menganggap bahwa bahasa daerah yang kita gunakan adalah yang paling baik, adalah sebuah kekeliruan. Karena kita seharusnya menyadari bahwa Tuhan menciptakan perbedaan bukan untuk menjadikan manusia satu bersikap sombong dengan manusia lainnya. Tuhan tidak idealis, jika Tuhan mau pasti akan membuat manusia sama semua di muka bumi ini. Kesamaan dalam tubuh, perilaku, maupun sikapnya. Namun Tuhan ingin memberikan petunjuk-Nya dalam bentuk Anugrah kepada manusia melalui ciptaan-Nya. Supaya Manusia tetap bersyukur dan mengagungkan-Nya sehingga tidak etis jika kita bersikap saling merendahkan perbedaan yang ada di sekitar kita.

Tags Opini

About The Author

Fadli rais 42
Ordinary

Fadli rais

Pecinta mamah muda made in Indonesia
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel