Â
Jika kau percaya mimpimu, kejarlah Nak!!!
Â
        Di zaman sekarang yang serba digital, anak-anak cenderung bebas melakukan apa saja yang menjadi keinginan dan mimpinya. Sayangnya, sebagian orang tua masih menganut pola pikir bahwa kesukseskan anak itu diukur dari tingkat pendidikan tinggi dan kerja kantoran. Intinya, belajar yang tinggi biar dapat kerja kau.
       Fatin Shiqdia Lubis adalah salah satu contoh nyata. Bertekad untuk menjadi penyanyi, namun ayahnya tetap menginginkan ia menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu. Ayahnya memang tidak jelas-jelas melarang ia sibuk dengan aktivitasnya, namun penting ia memprioritaskan apa yang menjadi keinginan orangtuanya. Bagaimana kelanjutan mimpi Fatin?
        Mimpi Fatin tersebut dihadirkan ke dalam media film oleh sutradara 99 Cahaya Di Langit Eropa dalam DREAMS. Lika-liku Fatin menuju panggung kemenangan sebuah ajang pencarian bakat online diramu apik dalam film ini. Fatin tetap bermimpi bahwa dunia ini akan jadi miliknya dan ia akan menjadi penyanyi yang hebat. Diperankan langsung oleh dirinya sendiri, Fatin berkolaborasi dengan beberapa aktor seperti Mathias Muchus, Fauzi Baadila hingga Morga Oey.
       Cerita film ini memang biasa dan cenderung mudah ditebak. Meski begitu, film ini menyajikan tema musik yang jarang sekali disentuh oleh sineas Indonesia akhir-akhir ini. Tahun lalu, saya cukup puas dengan film Rock N Love yang menceritakan kisah tentang perjuangan dan persahabatan band KOTAK. Tahun ini pun saya puas dengan DREAMS, meski penggarapannya belum sekuat Rock N Love.
       Mimpi Fatin untuk memenangkan kompetisi menyanyi dan mengalahkan saingannya Karina (Ardina Rasti) memang terwujud. Ia menjadi pemenang. Cerita biasa ini, ditautkan rapih dengan konflik lain dari ayahnya Fatin (Mathias Muchus) yang harus mengumpulkan uang untuk pembayaran tanah Mushola. Hal ini dikarenakan pemiliknya akan menjual tanah tersebut dan menggusurnya. Bahkan Mathias rela menggadai rumahnya dan membatalkan perjalanan haji neneknya Fatin. Bagi Mathias, hal ini adalah tiket menuju surgaNya Allah SWT. Ia bermimpi bahwa di surga nanti, ia akan berkumpul bersama Fatin, ucok (adiknya), ibu (istrinya) dan emak (neneknya Fatin). Di sini Mathias pun punya mimpi sendiri.
      DREAMS memang tidak tampil spektakuler, namun alur penceritaannya cukup membuat saya masuk ke dalam konflik para tokohnya. Saya yang semula mengenal Fatin dari sebuah ajang pencarian bakat, adalah bukan fans dia, tapi begitu nonton film ini, saya jadi ngeh kalau suara dia memang unik dan memiliki potensi untuk dikembangkan.
    Satu hal yang paling disayangkan dari film ini, adalah moment tayang yang justru diambil ketika Fatin sudah mulai meredup. JIka saja film ini hadir sesaat setelah kemenangan Fatin di ajang pencarian bakat, tentu ratusan ribu penonton sudah dipastikan berduyun-duyun ke bioskop. Hari ini, untuk mencapai 10rb penonton saja DREAMS belum mampu, padahal album perdana Fatin laku hingga satu juta copy. Yach, timing juga ikut menentukan kesuksesan sebuah karya.
     Anda penasaran bagaimana mimpi dunia Fathin Shiqqia Lubis ditautkan rapih dengan mimpi akhirat Mathias Muchus oleh Syamsul Hadi yang juga menulis Rock N Love? DREAMS akan menjadi jawabannya!