Lautan Kenikmatan Versus Kepala Adat Jomblo (BN vs FR), Lelucon?

26 Feb 2016 19:04 4171 Hits 2 Comments

Dari judulnya terbayang kelezatannya...

Happy Milad bagi yang merayakan. Di keheningan Kamis malam yang...

Happy Milad bagi yang merayakan.

Di keheningan Kamis malam yang Kimochi seusai menunaikan Sunah Rosul dalam tanda kutip (tidak bermaksud mengolok-olok pihak manapun), kami sempat bercengkrama sejenak, ngalor-ngidul dari A sampai M. Kami mengalami kemacetan di huruf N, berbagai prediksi, dari spekulasi yang tidak waras sampai yang tidak-tidak sudah kami lontarkan, namun hasilnya tetap nihil, entah dessert apa yang akan dipakai untuk prefix N nanti setelah Marshmallow, Nano-nano barangkali.

Berharap menemukan jawabannya di Plimbi, saya bangkit dari kasur, meraih laptop zaman kompeni kesayangan, diiringi muka manyun seorang wanita berinisial JL karena meninggalkannya seorang diri di tempat tidur. Setelah muter-muter mencari koneksi liar yang nyasar di sekitar, akhirnya koneksi ke dunia maya saya dapatkan, lalu login.

Duar!! Kaget setengah imut, mata saya terbelalak menatap recent post di beranda, ada Bahrunnaim di Plimbi yang mem-posting opini berjudul "Mas Fadli, Jomblo dan Mujahid itu Berkah"

Lautan Kenikmatan Versus BosÃÃÃÃÃÃÃâe Jomblo (BN vs FR), Lelucon?

Bruakakak, entah setan mana yang menggelitik syaraf tawa saya, tak ayal, saya ngakak guling-guling sambil jedotin kepala ke... kasur, kalo ke tembok mah nyeri atuh!

“Mas, nyebut Mas...” terdengar suara wanita berinisial JL dengan latar belakang awan kelabu, kilat menyambar, dan petir bersahut-sahutan di kejauhan. Efektif, saya mengatupkan kedua geraham erat-erat lalu membuka artikel tersebut sambil sesekali nyengir kuda.

Setelah membaca beberapa paragraf, saya tercenung, benarkah ini hanya lelucon? BN terkesan serius meski santai dalam pemaparannya untuk menjawab surat FR pada artikel "Akhi Bahrun, Belajarlah dari Jomblo Desa". Awalnya saya pikir author BN akan mengeluarkan dalil bahwa laki-laki jomblo yang beriman (baca: muslim tuna-asmara) tidak akan masuk surga. Iya, karena sepengetahuan saya dalil ini memang benar. Eh?

Tapi ternyata tidak sebegitunya isi postingan BN, sebaliknya, dengan ramah BN menangkap umpan FR satu-persatu, kemudian melemparkan kailnya.

Penasaran, saya buka profilnya BN, dan... Bruakakakak, asli khilaf, lagi-lagi terpingkal-pingkal melihat foto profil BN yang sangat mengena, dengan pose dan ekspresi yang perfect dan brillian, saya garuk-garuk kepala, ini foto dapat darimana, ya... Bruakakakak. Senyumnya yang kalem-kalem basah ditambah tatapan mata yang syahdu dan menyejukkan kalbu, saya pikir ini orang becandanya serius amat atau memang tulus mengajak FR berkenalan, Wallahu A’lam.

Lautan Kenikmatan Versus BosÃÃÃÃÃÃÃâe Jomblo (BN vs FR), Lelucon?

Saya cerna lagi postingannya sampa habis, wah, penulisnya secara matematis dan berurutan menjawab surat FR. Saya kasih komentar, lalu membuka profilnya lagi, dan... Bruakakakak, ya Allah ampuni hamba, entah mengapa saya tidak mampu menahan tawa. Author dengan status “aku mah apah atuh” ini dalam halusinasi saya sedang mengedipkan mata sambil berucap, “Ahlan wa sahlan ya akhi FR, kaifa haal...”

Halusinasi dan gelak-tawa saya buyar seiring timpukan bantal dari JL yang mendarat di kepala saya. Setelah ber-istigfar beberapa kali dan menenangkan diri, saya buka lagi artikelnya, siapa tahu ada komen orang, eh, ternyata BN membalas komen saya, format komen Plimbi yang naik ke atas tidak memungkinkan BN untuk nyundul saya, bwahahahaha, terakhir (sore tadi), saya membaca komen dari om Arsha dan om Hilmans.

Lautan Kenikmatan Versus BosÃÃÃÃÃÃÃâe Jomblo (BN vs FR), Lelucon?

Setelah itu sepi, suasana malam Jum’at yang khidmat ditambah energi yang terkuras untuk guling-guling super-ekstra on the floor, mengundang kantuk saya, terbersit pengen mention FR, namun saya urungkan, takutnya yang bersangkutan sedang khusuk-khusuknya bercinta dengan calon mantannya, mbak skripsweet.

Hingga pagi menjelang, tidak ada posting lanjutan, tanggapan, balasan, atau tandingan, dari komunitas Jomblois maupun Surgais. Leluconkah? Mungkin saya saja yang terlalu berlebihan menanggapinya. After all, teringat doktrin keluarga besar saya “buktikan dulu baru ngomong”, yang artinya kafilah tetap berlalu meski ada atau tidak anjing yang menggonggong, err... moga masih nyambung, bruakakak.

Enam belas jam kemudian, FR menampakkan batang hidungnya, secepat kilat saya sambar artikel tersebut tanpa melihat judulnya. Eh, saya pikir isinya “Akhi Bahrun, telah saya terima nikahnya... err... surat balasannya, bla bla bla...” atau yang mirip-mirip gitu, ternyata bukan... Entah kenapa terbersit kekecewaan dalam hati saya, kasian BN dikacangin Jomblo, saya sedikit terharu mengingat senyum foto profilnya yang tulus.

At least, buat BN, jangan berkecil hati, keep spirit on writing! Jangan pernah sekalipun terlintas niat meski sedetikpun untuk berhenti membagi ilmu dan manfaat ke sesama MANUSIA melalui tulisan, mumpung masih dikasih umur. Pilihan Anda untuk menulis di Plimbi sudah sangat tepat sekali, karena di mana lagi Anda bisa mendapatkan wadah menulis yang memanjakan penulisnya selain di sini. Baca juga 6 Alasan Kenapa harus Menulis di Plimbi. Siapa tahu Anda terpilih jadi salah satu pemenang! Jangan lupa, sisain satu cewek bule gemes yang single dan available buat saya, insya Allah saya siap mengimami (dan siap berpoligami).

Wal-akhir... buat FR, tuh kan, jomblo itu bukan wabah atau musibah, tapi anugerah dan berkah! Meski harus saya tekankan lagi bahwa muslim yang mu’min, soleh, dan muhsin yang jomblo dan kemudian wafat dalam kejombloan tidak akan dimasukin Allah ke dalam surga........ sebelum dinikahkan oleh Allah di akhirat kelak....... Eh? Apa dalilnya ini ya? So, semoga ada respon dari FR. Jangan lupa, urus visa ke Suriah, siapa tahu Anda adalah jomblo yang terpilih.

Bruakakakak, kabur dulu ah, wassalam.

Tags

About The Author

Tuhuk Ma'arit 53
Expert

Tuhuk Ma'arit

Bodoh, miskin, dan pemalas. Lahir di Kotabaru (Kalimantan Selatan) pada tanggal 30 Januari 1988. Menulis adalah hal yang biasa bagi saya, saya sudah melakukannya sejak Sekolah Dasar. Saya sudah terbiasa menyalin contekan PR, dihukum menulis di papan tulis, menulis absen dari jarak jauh ketika bolos (mungkin bisa disebut mengisi absen secara online), menulis cerpe'an sebelum ulangan, dan menulis surat cinta di tahun 90-an. Tetapi, menulis ide orisinil adalah hal baru yang akan saya kembangkan. Semoga, amin. Sekarang saya bekerja tetap sebagai pengangguran. Hobi saya yang bercita-cita memberi pekerjaan kepada sejuta rakyat Indonesia adalah bermalas-malasan. Jika istri saya tidak mengetahui akun ini, berarti status saya adalah masih single dan available. Eh?
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel