Ajakan Ngopi Sambil Nonton Foto

17 Feb 2016 19:15 4787 Hits 4 Comments
"Dipikir karo udud (Dipikir sambil merokok)" nasihat pak tua

Lini masa teman-teman cukup ramai share foto-foto yang tidak jelas sumbernya darimana. Foto yang mengundang pro dan kontra membuat sebagian anak muda agak sinis terhadap sekelompok anak-anak yang dianggap “anak acara”.  Ini seperti gelombang protes kenaikan BBM dua tahun silam, dimana foto orang demo yang meninggal di share di media sosial, agar orang lain tergugah hatinya untuk menyebarkan ke dinding temannya.

Sebut saja CD, anak yang share foto-foto yang mereka anggap kurang pas, jika terjadi di suatu daerah.. Tapi kok mereka begitu ngoyo untuk men-judge bahwa mereka berbuat yang tidak-tidak ? Apa nda tanya dulu dengan anak-anak yang pernah atau sedang ikut di acara tersebut ?  Kalau nda tanya tempat kejadian foto itu dimana ?  “Jangan-jangan editan ?” komen akun Kil di salah satu lini massa temannya.

Sebagai jomblo akut dan merindukan kasih sayang mertua, perilaku tersebut memang diluar norma-norma adat daerah tersebut. Kebiasaan untuk tidak menuju hal-hal yang berbau seksual, menjalani hidup secara normal, serta berperan sebagai anak muda yang giat belajar dan membantu orang tua matun di sawah.  Bukan begitu ?

Dulu saya sering melihat muda-mudi lebih dari itu kok ? Mulai dari warnet yang memiliki bilik tinggi, pantai dengan semak belukar yang lebat serta rumah kosong.  Mereka melakukan free style kalau dalam bahasa cinta orang ngapak  sekarepe wudele dewek. Toh, itu sudah dilakukan sejak belum tenar “anak acara”. Saya tentu tidak hanyut dalam keadaan nonton saja. Teman-teman saya coba mengabadikan moment tersebut untuk sekedar koleksi pribadi.

Kebumen dengan kota seribu tempat wisata memang sebuah anugerah tiada tara  dari Tuhan yang maha kuasa.  Puluhan pantai mengantri di promosikan di akun masing-masing, belasan tempat wisata dataran tinggi di beri hastag supaya yang lain datang kemudian selfie bareng mantan. Tidak lupa para tukang parkir, penjual mendoan, para muda-mudi karang taruna serta birokrasi menjadi lebih tanggap serta menyulap kebersihan agar tempat wisata menjadi destinasi saat liburan.

Mari kita ngopi agar tidak mudah main hakim sendiri tentang foto ini. Melihat keadaan muda-mudi kini yang pengen kece pada maqom rendah. Tentu perlu kita pahami bersama tanpa harus bermain okol semata. Budaya “impor” yang demikian gencar bukan berarti kita kecolongan persoalan moral.  Melainkan perlu adanya kongkow bareng serta memasukkan isi-isi budaya jawa yang sering kita anggap anak-anak sekarang kurang ber-tata krama.

Lha, wong foto kok menjadi ajang debat satu sama lain. Kalau cuek terhadap  isu tersebut apakah salah ? Jangan-jangan itu hanya pengalihan isu saja. Melihat di daerah Kebumen yang sedang diguncang penolakan pendirian pabrik Semen Indonesia di daerah Buayan. Cus, foto tersebut meluncur ke dunia maya. Kemudian di lahap mentah-mentah oleh muda-mudi jago share.  “Kalau nda tolak, berarti mendukung mereka” komen akun BKOL saat me-share foto-foto itu.  “Jangan, men-judge kami dong. Kalian juga “anak acara”. Itu pelakunya bukan kami. Itu hanya oknum” komen akun ITL dalam perdebatan panjang dengan akun-akun lainnya.

Ajakan Ngopi Sambil Nonton Foto

Saya cuma membayangkan kalau muda-mudi yang jago share itu membanjiri lini masa dengan berita Penolakan Semen Gombong Semakin Kencang. Apa tidak menggemparkan para aktivis ham, aktivis lingkungan hidup, serta aktivis anti-valentine. Skenario pengalihan isu melalui lini massa sudah sering dilakukan oleh para pemangku kepentingan.  Lihat saja kasus #PapaMintaSaham tiba-tiba kalah saing dengan #PapahMintaPaha. Bagaiman ceritanya saham bisa dikalahkan dengan paha ? Masa saya harus menyanyi “Malaikat juga tahu, siapa yang jadi sutradaranya” sambil ngambil sebatang rokok untuk dihisap.

Kekuatan muda-mudi Kebumen soal share di lini masa tidak bisa dipandang sebelah mata. Lha, wong soal foto anak acara yang amoral saja banyak menanggapi apalagi kalau soal perjuangan warga Nogoroaji, Buayan melawan perusahan sebesar Semen Indonesia. Mulai dari Facebook, Twitter, Tumblir, Linkedn, blogspot, serta lini massa lainnya. Hastag #PatutBeOra akan berganti #SaveGombong atau #Save lainnya. Kekuatan lini massa telah dibuktikan oleh para pengguna lini massa di Cirebon soal penamaan Kota Tilang. Begitu kencang share persoaalan tilang semena-mena para petinggi Polda Jawa Barat jemput bola untuk menyelesaikan kasus tersebut.

Kalau lini masa muda-mudi Kebumen mau seperti itu, masihkah kita peduli dengan foto anak acara yang tidak berpengaruh sama sekali terhadap kegiatan sekolah, jual beli, serta perjalanan anak-anak TK ke sekolahan ? Itu sudah terjadi 4 atau 5 tahun kebelakang kok.  Hari ini kok baru kita ributkann ? Dalam pepatah popular “Ada udang dibalik batu”

Jelasnya saya ingin ngopi dengan seluruh muda-mudi agar tidak spaneng serta sepet melihat foto “anak acara” yang sekarang tenar.

Salam Pelem R.Lesen

Tags Ulasan

About The Author

Fadli rais 42
Ordinary

Fadli rais

Pecinta mamah muda made in Indonesia
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel