Hujan yang terus menerus, langit menangis tak henti-hentinya.  Banyak orang yang menghujat. Tuhan tidak tahu saya, kalau saya banyak cucian. Beberapa bakul  jas hujang terus mendulang emas di tengah cipratan air hujan. Orang-orang berdatangan mencari barang yang bernama jas hujan.  Iklim Indonesia selalu menjadikan manusianya untuk kreatif.  Ketika musim kemarau menjual hal-hal yang bersifat pendingin, seperti es teh, es kopi, kipas angina serta es buah giliran musim hujan ribuan bakul payung, jas hujan, serta kopi pangkon mendarat di pinggiran jalan.
Tentu kita harus lapang dada menerimanya serta ribuah kali mengucap hamdalah dan sesekali menghujat-Nya. Bersyukur ketika kita eling Pangeran. Menggerutu ketika kita sudo Pangeran Itulah manusia yang dikata bak gading tak retak. Mau sok sempurna dalam hal apapun, masih selalu ada yang mengalahkan. Â Ketika merasa paling sempurna kalah sama Kuasa Tuhan. Yah, merenunglah.
BMKG sudah jauh-jauh hari memprediksi bulan Februari adalah puncaknya musim hujan. Mulai dari televisi, koran, media online, radio, serta infotaiment. Sehingga, BMKG yang punya perhatian khusus terhadap daerah rawan bencana longsor, banjir, angin ribut, hingga kegundahan hati. Â Supaya tetap waspada, karena kejahatan alam bukan disebabkan oleh pencipta. Melainkan oleh kita sendiri, sebagai penjaga bumi.
Wajah langit Kota Semarang yang selalu murung, tidak pernah saya hiraukan. Kesibukan setiap hari menghadapi laptop untuk mengumpulkan huruf demi huruf untuk sebuah karya agung bernama mba Skripsweet. Tangisan langit yang selalu runtuh di malam, ketika tetangga sedang menikmati cumbu pertama di perkawinan kelima. Mahasiswa akhir zaman yang tegar melawan kegundahan hati karena tak ada yang mengisi. Benak kepalanya hanya di isi sebuah banner online bertuliskan Coming Soon Wisuda. Sedangkan Coming Soon ! Pacar, gebetan, serta mantan apalagi jodoh  Tidak akan pernah menandinggi Top one list. Â
Sebenarnya prediksii BMKG mengenai puncak curah hujan di Bulan Februari memang benar. Melihat di bulan ini ada hari yang dijuluki hari kasih sayang, tepatnya di tanggal 14 Februari. Gubrak, siapa yang menyayangi saya ? Tuhan. Siapa yang memberi coklat saya ? Tuhan. Siapa yang meloloskan judul saya ? Pembimbing atas wahyu Tuhan. Lha, kalau begitu kenapa Engkau tidak menghentikan laju jet Bapak Pembimbing yang sedang menuju Negeri Tirai Bambu. Memang, sejak zaman OPAK tahun 2014 hingga (hampir) Valentine 2016. Judul belum di setujui juga. Marai lesu, jajan ciki seharga seribu. Tidak pernah terlupakan karena kenangan bersama mantan yang hanya dalam bayangan.
Valentine yang dianggap sebagian besar orang hari kasih sayang. Menjadikan saya ingat kembali betapa indanya Tuhan memberikan kasih sayang terhadap bakul jas hujan. Tuhan pun memberikan referensi agar saya segera membeli tisu saat perayaan hari kasih sayang. Agar tidak ngiri kepada teman-teman yang mbonceng calon jodoh. Â
Sediakan Ribuan Tisu. Kalau jomblo jangan hanya omdo jika ditanya jodo. Â Skak Mat. Lha, bagaiman kalian tahu kalau jomblo selalu berkoar-koar mengenai kesedihannya melihat pasangan lain/sesama jenis suap-suapan coklat. Â Sedangkan kalian hanya menghisap satu batang rokok teklek 76 seharga tiga belas ribu rupiah. Sendirian pula. Tiba-tiba datang suara halus dari belakang
“Mau ditemeni De ?†suara yang lembut
Hati yang berdebar. Mata pun menoleh per mili. Tidak berani langsung menatap wajah sang pemanggil dengan suara halusnya. Wangi parfum yang semerbak terus menjajah hidungku. Kepulan asap semakin mengencang, sedotan terhadap rokok teklek semakin lama hampir habis.
“Wow, wedus gimbal†dalam hati saya mengira dia adalah mantan bayangan. Ternyata teman-teman pemuas hasrat pemakai wik. Untung saja membawa rokok mild. Tak kasih tiga batang lalu kusuruh cari pelanggang yang lebih tampan dari aku.
Malam itu benar-benar hari Valentine hari seperti biasa. Dimana saya masih bisa “mengasih†rokok tiga batang kepada pemilik suara halus itu. Meski hati ini belum ada yang “mengasihani†tidak salah kalau memberi kasih terhadap yang lain.  Mulai dari kaum yang dianggap beda, seperti Gafatar, Ahmadiyah, LGBT, serta Ibu-Ibu pejuang dari Rembang.
Memahami “Valentine†secara parsial memang membuat kita terpaku dengan Ideologi yang tertanam sejak kecil. Walau sok bijak. Hembusan gerakan Indonesia Tanpa Pacaran (ITP) sebagai antitesa dari “Palentineâ€Â terkesan sok ngurusi urusan percintaan. Penulis yang tidak pernah tahu apa arti “Palentine†karena itu culture impor hanya melihat sebatas pada heboh-heboh. Mending¸ akhi wa ukhti ikut gerakan saya Indonesia Sedekah Kaum Duafa (ISKD), Indonesia Bukan 24 Jam (IB24J), atau Indonesia Lawak Klub (ILK) stasiun telivisi biar bisa kita ngakak sambil ngacay bareng.
Kok, ndandak gawe ITP mbarangan. Melampaui kreatif tahu !
Selaku jomblo yang tidak mendukung “Valentine†karena kasih sayang bisa dilakukan kapan saja. Serta tidak mendukung “ITP†karena membatasi akhi wa ukhti untuk berpacaran secara syariah. Lha, kalau begitu saya berjalan ditengah gempuran kasih sayang dan anti pacaran.
Â
Salam Pelem