MUI & Zoya, Hijab Nenekku Halal-kah ?

6 Feb 2016 13:16 2493 Hits 2 Comments
MUI & Zoya berenang di "lahan basah"

Dear ngeM ngU ngI (MUI)

Semoga kita dan bangsa tanah air serta hijabers diberikan kesehatan oleh Tuhan.

Hari-hari terakhir ini. Isu-isu nasional yang strategis dan taktis serta bikin meringis kaum kismin. Proyek luar binasa kereta cepat Jakarta Bandung harganya mahal bingit, ucap anak alay. Kontraktor yang sama, negara penyelenggara yang sama tapi harga berbeda. Itu kontrak Cina dengan Iran. Sedangkan dengan Indonesia, harganya melebihi itu. Tapi yasudahlah, itu urusan Mentri sekaliber Rini Soemarmo, Mentri sekeren Ignasius Jonan, serta Presiden sebijak Jokowi. Rakyat nonton saja, daripada kena tegur menteri. “Rakyat Tidak Jelas”.

Isu-isu nasional tersebut terus beriringan. Selalu saling menutupi satu sama lainnya.  Ditengah kesibukkan menyusun mba skripsweet sehingga muncul kata Wisuda, Coming Soon. Menggarapnya pun menjadi super extra, pagi ngetik malam ngetik dan siang makan pagi.  Pengorbanannya seperti lagu Nazriel Noah, kaki di kepala, kepala di kaki. Pokok men semua usaha dilakukan demi menghapus label Wisudawan Tertinggal.

Kesibukan tersebut tidak lantas saya menutup diri dari pergulatan informasi lokal, nasional, serta internasional. Berita-berita seheboh MKD hingga Hijab halal ala Zoya. Melalui tangan-tangan MUI sertifikasi tersebut digunakan untuk menjaga kualitas sebuah produk. Dimana hijab-hijab luar biasa, kainnya terbuat bukan dari kulit babi dan anjing serta tidak hasil korupsi. Buruh-buruh pembuat kain hijab semoga terpenuhi hak-hak nya. Di tengah gelombang PHK (jangan kagetan) kita masih tetap bangsa yang bisa berpikir kreatif. Di PHK bukan berarti kita tidak bekerja.

Reklame besar yang tersebar di dunia maya. Membuat saya ingin tertawa terpingkal-pingkal, Ndes. Keramaian jalan raya yang dilalui, tulisannya sangat kreatif. Yakin Hijab Yang Kita Gunakan Halal  . Orang yang melihat dengan saksama dan husnuzhan tingkat tinggi, Semoga Punya Kita Juga.

Soal hijab yang kita gunakan sudah berserttifikat MUI apa belum. Jadi teringat hijab-hijab saringan serta taplak meja milik nenek saya. Hijab seperti saringan yang harganya hanya 10 ribu waktu tahun 2012 dibeli di pasar pagi. Rambut-rambut nenek yang sudah ubanan alias rambut warna akhirat.  Tentu berpikir ribuan kali untuk menampakkan di depan umum.  Masa mau bersaing dengan dedek gemes yang mendadak jomblo saat mau UN. Kan, nda mungkin. Jelas kalah saing dari estetika rambutnya.

“Nganggo hijab koh sing mlengkuer-mlengkuer. Larang ya regane ?”[1]  tanya Si Mbah Cewe. Dia berpikir bahwa hijab-hijab sekarang itu mahal-mahal. Lha, melihat modelnya saja sekelas wanita aduhai Laudya Cintya Bella dan Zaskiya Mecca serta junjungan hijaber Mba Oky.  Jelasnya lebih dari sepuluh ribu. Yang disertifikasi MUI. Tentu lebih mahal, kan yang halal itu tidak berarti mahal.

Begini, kalau hijab itu disertifikasi MUI.  Mbok, yo transparansi dana sertifikasi hijab berapa. Biar penjual hijab saringan itu tahu. Mungkin, ingin mengajukan sertifikasi juga. Asal harga cocok, hijab nenek saya akan menjadi jajaran hijab halal, walau hanya mimpi. Lha selain hijab juga MUI tentu dengan LP-POM sebagai “lahan basah”. Belum melihat fenomena ndeso lainnya.

Begini, kalau taplak meja yang ada dirumah kita. Kok berupa kain yang besar yang hampir menutupi seluruh permukaan meja. Taplak itu bisa disulap oleh nenek. Waktu itu ada tamu yang datang ke rumah, nenek yang jauh dari jangkauan jilbab.  Langsung mengambil taplak meja dan dijadikan hijab seketika itu juga.  Jauh dari kata hebat seperti Zoya yang mensertifikasikan hijabnya di lahan basah. Lha, kalau begitu nenek saya yang kuno bin parno itu ingin  di anterin hijab zoya.  Kalau nda buat ke sawah atau taplak meja. Kenapa ? Nenek saya tidak pernah sekolah, tapi nasihat dia kepada saya

Kalau halal dan haram, baik dan buruk masih menjadi acuan kita untuk membeli barang. Kita tentu belum bijak,  Sesungguhnya kedua sifat itu selalu saling berbarengan.

Walhasil, nenek saya masih ber-istiqomah dengan hijab taplak meja dan saringan. Selain fleksibel saat untuk kesawah hijab ini pun multi fungsi.  Kalau perlu, nenek saya tasyakuran taplak meja supaya disertifikasi oleh MUI. Hasilnya tidak halal, karena taplak habis di jilat oleh kawanan anjing. Gubrak.

 sumber gambar : www.voa-islam.com


[1] Memakai jilbab yang mengitari tubuh. Mahal yah harganya ?

Tags Ulasan

About The Author

Fadli rais 42
Ordinary

Fadli rais

Pecinta mamah muda made in Indonesia
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel