Ibnu Taimiyah: Ulama Besar, Penulis, Jomblo

5 Feb 2016 14:14 4035 Hits 0 Comments
Jomblo dan penjara bukan alasan untuk berhenti menulis

Ibnu Taimiyah: Ulama Besar, Penulis, Jomblo

Abul Abbas Taqiyuddin Ahmad bin Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani atau yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Taimiyah adalah seorang pemikir dan ulama Islam dari Harran, Turki.

Beliau lahir di Harran, salah satu kota induk di Jazirah Arabia yang terletak antara sungai Tigris dan Efrat, pada hari Senin, 10 Rabiu’ul Awal 661 Hijriah (22 Januari 1263 Masehi). Beliau berhijrah ke Damasyq (Damsyik) bersama orang tua dan keluarga ketika beliau masih kecil, disebabkan serbuan tentara Tartar.

 

Masa Kecil dan Gairah Terhadap Ilmu

Ibnu Taimiyah: Ulama Besar, Penulis, Jomblo

Ilustrasi: Giat Belajar (sumber: bossyonline.com)

Beliau berasal dari keluarga religius. Ayah beliau, Syihabuddin bin Taimiyah, adalah seorang syaikh, hakim, dan khatib. Kakek beliau, Majduddin Abul Birkan Abdussalam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani, adalah seorang ulama yang menguasai fiqih, hadits, tafsir, ilmu ushul, dan penghafal Al Qur'an (hafidz).

Semenjak kecil sudah terlihat tanda-tanda kecerdasan beliau. Begitu tiba di Damaskus, beliau segera menghafalkan Al-Qur’an dan mencari berbagai cabang ilmu pada para ulama, hafizh dan ahli hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otak beliau membuat para tokoh ulama tersebut tercengang.

Ketika umur beliau belum mencapai belasan tahun, beliau sudah menguasai ilmu ushuluddin dan mendalami bidang-bidang tafsir, hadits, dan bahasa Arab. Beliau telah mengkaji Musnad Imam Ahmad sampai beberapa kali, kemudian Kutubu Sittah dan Mu’jam At-Thabarani Al-Kabir.

Suatu kali ketika beliau masih kanak-kanak, pernah ada seorang ulama besar dari Aleppo, Suriah yang sengaja datang ke Damaskus khusus untuk melihat Ibnu Taimiyah yang kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia memberikan tes dengan cara menyampaikan belasan matan hadits sekaligus. Ternyata Ibnu Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula ketika disampaikan kepadanya beberapa sanad, beliaupun dengan tepat pula mampu mengucapkan ulang dan menghafalnya, sehingga ulama tersebut berkata: "Jika anak ini hidup, niscaya ia kelak mempunyai kedudukan besar, sebab belum pernah ada seorang bocah sepertinya".

Sejak kecil beliau hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulama sehingga mempunyai kesempatan untuk membaca sepuas-puasnya kitab-kitab yang bermanfaat. Beliau menggunakan seluruh waktu untuk belajar dan belajar dan menggali ilmu, terutama tentang Al-Qur'an dan Sunnah Nabi.

 

Kepribadian

Ilustrasi: Takwa (sumber: mobavatar.com)

Beliau adalah orang yang keras pendirian dan teguh berpijak pada garis-garis yang telah ditentukan Allah, mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Beliau pernah berkata: ”Jika dibenakku sedang berfikir suatu masalah, sedangkan hal itu merupakan masalah yang muskil bagiku, maka aku akan beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di pasar, di masjid atau di madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar hingga terpenuhi cita-citaku.”

Begitulah seterusnya Ibnu Taimiyah, selalu sungguh-sungguh dan tiada putus-putusnya mencari ilmu, sekalipun beliau sudah menjadi tokoh fuqaha’ dan ilmu serta dinnya telah mencapai tataran tertinggi.

Beliau bahkan pernah memimpin sebuah pasukan untuk melawan pasukan Mongol di Syakhab, dekat kota Damaskus, pada tahun 1299 Masehi dan mendapat kemenangan yang gemilang. Pada Februari 1313, beliau juga bertempur di kota Jerussalem dan mendapat kemenangan. Setelah itu, beliau tetap mengajar sebagai profesor yang ulung.

Sejarah telah mencatat bahwa bukan saja Ibnu Taimiyah sebagai da’i yang tabah, liat, wara’, zuhud dan ahli ibadah, tetapi beliau juga seorang pemberani yang ahli berkuda. Beliau adalah pembela tiap jengkal tanah umat Islam dari kedzaliman musuh dengan pedangnya, seperti halnya beliau adalah pembela aqidah umat dengan lidah dan penanya.

Dengan berani Ibnu Taimiyah berteriak memberikan komando kepada umat Islam untuk bangkit melawan serbuan tentara Tartar ketika menyerang Syam dan sekitarnya. Beliau sendiri bergabung dengan mereka dalam kancah pertempuran. Sampai ada salah seorang Amir (penguasa) yang mempunyai diin yang baik dan benar, memberikan kesaksiannya: “…… tiba-tiba (di tengah kancah pertempuran) terlihat dia bersama saudaranya berteriak keras memberikan komando untuk menyerbu dan memberikan peringatan keras supaya tidak lari …” Akhirnya dengan izin Allah Ta’ala, pasukan Tartar berhasil dihancurkan, maka selamatlah negeri Syam, Palestina, Mesir dan Hijaz.

Tetapi karena ketegaran, keberanian dan kelantangan beliau dalam mengajak kepada al-haq, akhirnya justru membakar kedengkian serta kebencian para penguasa, para ulama dan orang-orang yang tidak senang kepada beliau. Kaum munafiqun dan kaum lacut kemudian meniupkan racun-racun fitnah hingga karenanya beliau harus mengalami berbagai tekanan di pejara, dibuang, diasingkan dan disiksa.

 

Pujian dari Para Ulama

Ilustrasi: Taat dalam Beribadah (sumber: deviantart.net)

Beliau dikenal banyak sekali mendapat pujian dan celaan. Banyak kalangan ulama yang memuji dan sebagian ahli fiqih mencela karena ketidaktahuan mereka. Adapun ajaran beliau yang benar-benar memurnikan tauhid dari kesyirikan, khurafat, dan bid'ah, telah mengena dan diikuti oleh pengikut Salafi yang anti-kesyirikan.

Al-Allamah As-Syaikh Al-Karamy Al-Hambali dalam Kitabnya Al-Kawakib Ad-Darary yang disusun kasus mengenai manaqib (pujian terhadap jasa-jasa) Ibnu Taimiyah, berkata: “Banyak sekali imam-imam Islam yang memberikan pujian kepada (Ibnu Taimiyah) ini. Diantaranya: Al-Hafizh Al-Mizzy, Ibnu Daqiq Al-Ied, Abu Hayyan An-Nahwy, Al-Hafizh Ibnu Sayyid An-Nas, Al-Hafizh Az-Zamlakany, Al-Hafidh Adz-Dzahabi dan para imam ulama lain"

Al-Hafizh Al-Mizzy mengatakan: “Aku belum pernah melihat orang seperti Ibnu Taimiyah … dan belum pernah kulihat ada orang yang lebih berilmu terhadap kitabullah dan sunnah Rasulullahshallahu’alaihi wa sallam serta lebih ittiba’ dibandingkan beliau”

Al-Qadhi Abu Al-Fath bin Daqiq Al-Ied mengatakan: “Setelah aku berkumpul dengannya, kulihat beliau adalah seseorang yang semua ilmu ada di depan matanya, kapan saja beliau menginginkannya, beliau tinggal mengambilnya, terserah beliau. Dan aku pernah berkata kepadanya: “Aku tidak pernah menyangka akan tercipta manasia seperti Anda”

Al-‘Allamah Kamaluddin bin Az-Zamlakany (wafat th. 727 H) pernah berkata: “Apakah ia ditanya tentang suatu bidang ilmu, maka siapa pun yang mendengar atau melihat (jawabannya) akan menyangka bahwa dia seolah-olah hanya membidangi ilmu itu, orang pun akan yakin bahwa tidak ada seorangpun yang bisa menandinginya”.

Para Fuqaha dari berbagai kalangan, jika duduk bersamanya pasti mereka akan mengambil pelajaran bermanfaat bagi kelengkapan madzhab-madzhab mereka yang sebelumnya belum pernah diketahui. Belum pernah terjadi, ia bisa dipatahkan hujahnya. Beliau tidak pernah berkata tentang suatu cabang ilmu, baik ilmu syariat atau ilmu lain, melainkan dari masing-masing ahli ilmu itu pasti terhenyak. Beliau mempunyai goresan tinta indah, ungkapan-ungkapan, susunan, pembagian kata dan penjelasannya sangat bagus dalam penyusunan buku-buku.”

Imam Adz-Dzahabi rahimahullah (wafat th. 748 H) juga berkata: “Dia adalah lambang kecerdasan dan kecepatan memahami, paling hebat pemahamannya terhadap Al-Kitab was-Sunnah serta perbedaan pendapat, dan lautan dalil naqli"

Adz-Dzahabi mengatakan: “Dia mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai rijal (mata rantai sanad), Al-Jarhu wat Ta’dil, Thabaqah-Thabaqah sanad, pengetahuan ilmu-ilmu hadits antara shahih dan dhaif, hafal matan-matan hadits yang menyendiri padanya ….. Maka tidak seorangpun pada waktu itu yang bisa menyamai atau mendekati tingkatannya ….." Adz-Dzahabi kemudian melanjutkan, “Setiap hadits yang tidak diketahui oleh Ibnu Taimiyah, maka itu bukanlah hadist"

 

Penulis yang Menjomblo

Ilustrasi: Jomblo? Masbulloh! (sumber: myshittypost.blogspot.com)

Di Damaskus beliau belajar pada banyak guru, dan memperoleh berbagai macam ilmu di antaranya adalah ilmu hitung (matematika), khat (ilmu tulis menulis Arab), nahwu, dan ushul fiqih.

Beliau dikaruniai kemampuan mudah hafal dan sukar lupa. Hingga dalam usia muda, beliau telah hafal Al-Qur'an. dan pada usia 19, beliau telah memberi fatwa dalam masalah masalah keagamaan.

Ibnu Taymiyyah amat menguasai ilmu rijalul hadits (perawi hadits) yang berguna dalam menelusuri Hadits dari periwayat atau pembawanya dan Fununul hadits (macam-macam hadits) baik yang lemah, cacat atau shahih. Beliau memahami semua hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah dan Al-Musnad. Dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai hujjah (dalil), ia memiliki kehebatan yang luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir atau ahli tafsir.

Tiap malam beliau menulis tafsir, fiqh, ilmu 'ushul sambil mengomentari para filusuf, dalam sehari semalam beliau mampu menulis empat buah kurrosah (buku kecil) yang memuat berbagai pendapat beliau dalam bidang syari'ah. Ibnul Wardi menuturkan dalam Tarikh Ibnul Wardi bahwa karangannya mencapai lima ratus judul. Karya-karyanya yang terkenal adalah Majmu' Fatawa yang berisi masalah fatwa fatwa dalam agama Islam

Adapun, pada diri-pribadi Syaikh Ibnu Taimiyyah rahimahullahu 'alaih, telah banyak kitab tentang studi pada biografi hidup beliau; seperti kitab, risalah ilmiah, maupun yang bukan ilmiah, itu baik dari bahasa Arab, ataupun yang bukan bahasa Arab. Studi tentang kehidupan beliau bukan hanya tentang kehidupan beliau saja.

Banyak orang bertanya mengapa Syeikh al-Islam Ibnu Taimiyah tidak menikah. Bukankah beliau seorang ulama besar, hafal ribuan hadits, ahli fiqh, pemikir Islam, hebat, dan pujian-pujian lainnya. Bukankah hadits tentang kesunahan menikah begitu jelas dan sangat populer?

Ibnu Taimiyah sendiri tampaknya tidak memberikan penjelasan soal ini. Akan tetapi para pengagum beliau memberikan jawaban pembelaan. Salah satunya berkata, “Ibnu Taimiyah tidak menikah bukan karena beliau tidak menyukainya, menghindari atau melawat fitrah manusia, apalagi mengharamkannya. Itu hanya karena pilihan yang disadari beliau karena lebih mengutamakan ilmu pengetahuan, dakwah, jihad, kerja transformasi sosial, dan mendidik masyarakat. Di samping itu beliau juga sering berada di penjara, diasingkan. Beliau bukan tidak mengerti hadits-hadits Nabi, karena beliau seorang ulama besar. Seluruh hidup beliau dihabiskan untuk membela agama dan mewujudkan cita-cita agama”

 

Menulis di Penjara

Ibnu Taimiyah: Ulama Besar, Penulis, Jomblo

Ilustrasi: Kebebasan Menulis (sumber: kangandre.web.id)

Berbagai fitnah yang dituduhkan kaum munafiqin mengakibatkan beliau harus menjalani kehidupan dari penjara ke penjara, Namun semua itu beliau hadapi dengan tabah, tenang, dan gembira. Terakhir beliau harus masuk ke penjara Qal’ah di Dimasyq. Dan beliau berkata: “Sesungguhnya aku menunggu saat seperti ini, karena di dalamnya terdapat kebaikan besar.”

Dalam syair yang terkenal, beliau juga berkata: “Apakah yang diperbuat musuh padaku! Aku, taman, dan di kebunku ada dalam dadaku. Kemanapun aku pergi, ia selalu bersamaku dan tiada pernah tinggalkan aku. Aku, terpenjaraku adalah khalwat. Kematianku adalah mati syahid. Terusirku dari negeriku adalah rekreasi"

Beliau pernah berkata dalam penjara, “Orang dipenjara ialah orang yang terpenjara hatinya dari Rabbnya, orang yang tertawan ialah orang yang ditawan orang oleh hawa nafsunya.”

Ternyata penjara tidak menghalangi kejernihan fitrah islahiyah beliau, tidak menghalangi beliau untuk berdakwah, dan menulis buku-buku tentang Aqidah, Tafsir, dan kitab-kitab bantahan terhadap ahli-ahli bid’ah.

Pengagum-pengagum beliau di luar penjara pun menjadi semakin banyak. Sementara di dalam penjara, banyak penghuninya yang menjadi murid beliau, diajarkannya oleh beliau agar mereka iltizam kepada syari’at Allah, selalu beristighfar, tasbih, berdoa dan melakukan amalan-amalan shahih. Sehingga suasana penjara menjadi ramai dengan suasana beribadah kepada Allah. Bahkan dikisahkan banyak penghuni penjara yang sudah mendapat hak bebas, ingin tetap tinggal di penjara. Akhirnya penjara menjadi penuh dengan orang-orang yang mengaji.

Tetapi kenyataan ini menjadikan musuh-musuh beliau dari kalangan munafiqin serta ahlul bid’ah semakin dengki dan marah. Maka mereka terus berupaya agar penguasa memindahkan beliau dari satu penjara ke penjara yang lain. Tetapi inipun menjadikan beliau semakin terkenal. Pada akhirnya mereka menuntut kepada pemerintah agar beliau dibunuh, tetapi pemerintah tidak mendengar tuntutan mereka. Pemerintah hanya mengeluarkan surat keputusan untuk merampas semua peralatan tulis, tinta dan kertas-kertas dari tangan Ibnu Taimiyah.

Namun beliau tetap berusaha menulis di tempat-tempat yang memungkinkan dengan arang. Beliau menulis surat-surat dan buku-buku dengan arang kepada sahabat dan murid-murid beliau. Semua itu menunjukkan betapa hebatnya tantangan yang dihadapi, sampai kebebasan berfikir dan menulis pun dibatasi. Ini sekaligus menunjukkan betapa sabar dan tabahnya beliau. Semoga Allah merahmati, meridhai dan memasukkan Ibnu Taimiyah dan kita sekalian ke dalam surga.

 

Wafat

Ibnu Taimiyah: Ulama Besar, Penulis, Jomblo

Ilustrasi: Fi Sabilillah (sumber: baitulmal.acehprov.go.id)

Ibnu Taimiyah Rahimahullah wafat di dalam penjara Qal’ah Dimasyq disaksikan oleh salah seorang muridnya yang menonjol, Al-‘Allamah al-Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah.

Beliau berada di penjara ini selama dua tahun tiga bulan dan beberapa hari, mengalami sakit dua puluh hari lebih. Selama dalam penjara beliau selalu beribadah, berdzikir, tahajjud dan membaca Al-Qur’an. Dikisahkan, dalam tiap harinya membaca tiga juz. Selama itu pula beliau sempat mengkhatamkan Al-Qur’an delapan puluh atau delapan puluh satu kali.

Perlu dicatat bahwa selama beliau dalam penjara, tidak pernah mau menerima pemberian apa pun dari penguasa.

Jenazah beliau disalatkan di masjid Jami’ Bani Umayah sesudah shalat Zhuhur. Semua penduduk Dimasyq (yang mampu) hadir untuk mensalatkan jenazahnya, termasuk para Umara’, Ulama, tentara, dan sebagainya, hingga kota Dimasyq menjadi libur total hari itu. Bahkan semua penduduk Dimasyq (Damaskus) tua, muda, laki, perempuan, anak-anak keluar untuk menghormati kepergian beliau.

Seorang saksi mata pernah berkata, “Menurut yang aku ketahui tidak ada seorang pun yang ketinggalan, kecuali tiga orang musuh utamanya. Ketiga orang ini pergi menyembunyikan diri karena takut dikeroyok masa“

Bahkan menurut ahli sejarah, belum pernah terjadi jenazah yang disalatkan serta dihormati oleh orang sebanyak itu melainkan Ibnu Taimiyah dan Imam Ahmad bin Hambal.

Beliau wafat pada tanggal 20 Dzul Hijjah 728 H (1328 Masehi) dan dikuburkan pada waktu Ashar di samping kuburan saudaranya Syaikh Jamal Al-Islam Syarafuddin. Semoga Allah merahmati Ibnu Taimiyah, tokoh Salaf, da’i, mujahid, pembasmi bid’ah, dan pemusnah musuh. Wallahu a’lam.

Jangan batasi kebebasanmu untuk menulis, bahkan penjara hanya membelenggu tubuhmu, bukan akal dan hatimu.

 

Sumber Data: Wikipedia.co.id, Pesantrenpedia.org

Sumber Gambar Cover Artikel: cukuptau.com

 

Baca Juga : Penyebab Kuliah Lama Lulus

Tags

About The Author

Tuhuk Ma'arit 53
Expert

Tuhuk Ma'arit

Bodoh, miskin, dan pemalas. Lahir di Kotabaru (Kalimantan Selatan) pada tanggal 30 Januari 1988. Menulis adalah hal yang biasa bagi saya, saya sudah melakukannya sejak Sekolah Dasar. Saya sudah terbiasa menyalin contekan PR, dihukum menulis di papan tulis, menulis absen dari jarak jauh ketika bolos (mungkin bisa disebut mengisi absen secara online), menulis cerpe'an sebelum ulangan, dan menulis surat cinta di tahun 90-an. Tetapi, menulis ide orisinil adalah hal baru yang akan saya kembangkan. Semoga, amin. Sekarang saya bekerja tetap sebagai pengangguran. Hobi saya yang bercita-cita memberi pekerjaan kepada sejuta rakyat Indonesia adalah bermalas-malasan. Jika istri saya tidak mengetahui akun ini, berarti status saya adalah masih single dan available. Eh?
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel