Sudah Telat Wisuda, Jomblo Pula

30 Jan 2016 19:29 3693 Hits 0 Comments
Duh, Gusti. Haruskah aku meninggalkan status jomblo untuk berkencan dengan Mba skripsweet ?

Di acara wisuda kemarin, aku menjadi tokoh yang di ibaratkan dua ujung pedang. Kalau dalam film warkop familiar-nya maju kena mundur kena.  Selama menjadi mahasiswa, baru kali ini merasa terjepit pada dua keadaan tersebut.  

Ujung yang pertama, ketika tidak menghadiri resepsi wisuda mereka. Kawan-kawan satu angkatan yang diwisuda menanyakan pada Si Anu. katanya mau hadir di wisudaaku. Memang sebelum hari H acara dilangsungkan, aku sudah mengkhabarkan. Jika kalian wisuda universitas, saya pasti orang pertama yang mengucapkan selamat telah di wisuda.  Cilaka 13, masa mau menelan air liur pribadi.  Air liur mantan aja belum pernah kutelan.

Ujung yang kedua, ketika hadir di acara wisudaan.  Setelah memberikan selamat kepada teman-teman satu angkatan.  Pasti adik tingkat  ada yang bertanya, kapan nyusul. Atau pertanyaan senior yang sedang menghadiri resepsi wisuda, kamu nda lulus-lulus. Terkadang ada mahasiswa baru yang culun setengah hidup bilang ini wisudawan tertinggal.

Dua mata pedang itu memang harus dipilih, walau pun sakit rasanya.  Setidaknya tidak terombang-ambing perasaanya berada di antara kedua mata pedanng. Mengumpulkan kekuatan mental memberanikan berangkat ke kampus. Melewati hiruk pikuk penjual, penjempu, satpam, serta supir-supir yang ngorok dibawah bagasi bus. Sungguh luar biasa,  wisudawan-wisudawan yang menjadi agent of social membawa warganya satu desa. Untuk menyaksikan dia memakai toga. Luar biasa !

Masuk kedalam ruang penjemputan. Dimana  ruangan tersebut digunakan sebagai ajang selfie ria, testimoni wisudawan serta nyanyi bersama bareng wisudawan. Cuma ruang kelas sebenarnya, tetapi disulap menjadi ruangan yang mewah, sehingga para keluarga wisudawan nyaman beristirahat menunggu wisudawan keluar dari aula. Ini semua berkat basah kuyup keringat adik tingkat mempersiapkan upacara adat sehari sebelum wisuda universitas.

Mereka akhirnya keluar dari, aula dijemput oleh cheledears ala kadarnya.  Bermodalkan percaya diri serta membawa foto wisudawan. Antimaistream, soalnya komunitas baca buku. Masa mau disamakan dengan yang silat, mereka memakai baju silat kemudia parade silat ditengah keramaian.  Lha, kalau kami apa ? Baca buku di depan orang ramai ?  Dibilang anak psikopat.

“Halo, Bro datang juga ternyata kamu ?” ucap kawanku

“Selamat ya kalian, telah wisuda” balasku sembari menyalami kawaku satu per satu.

Tiba-tiba dari belakang ada adik tingkat nyeletuk yang membuat pedes kuping.

“Sudah Telat Wisuda, Jomblo Pula” sambil cekikan.

Cah, sampean iki rak reti perasaanku po pie ? Ko ndadak disambungkan ke hal yang privat sekali ? .  Jadi tambah ngenes saya.  

Telat wisuda memang bukan sesuatu yang tabu di mata mahasiswa.  Apalagi mahasiswa yang sering turun ke jalan membela para ibu-ibu menggertak bos semen,  melawan para aparat yang belum sekolah HAM, serta berusaha tidak lupa sejarah 98.  Aktivis yang sudah pintar dalam soal lobi serta mengolah kata-kata agar dilihat enerjik oleh adik-adik maba yang culun setengah hidup. Memang, telat wisuda memiliki konotasi jelek, apalagi sampai menghabiskan jatah kuliah selama 14 semester. Mendem, bisa-bisa diangkat jadi pegawai di kampus.  Itu pun kalau kenal, kalau tidak iya jadi pelindung dedek gemes diskusi soal LGBT.  Perlu diketahui wahai orang tua, telat wisuda bukan jelek dalam akademik, melainkan ingin memperdalam kualitas ilmu yang didapatkan.  Sehingga tidak hanya menjadi sarjana secara kuantitas melainkan kualitas yang dapat di adu. Jebred.

Selaku mahasiswa kritis tingkat akhir serta jomblo dari gendongan hingga sebelum pelaminan. Dikata-katain oleh maba culun setengah hidup memang membuat introspeksi diri. Filsuf sekaligus Psikolog, Abraham Maslow meminjam istilah Karl Muninger salah seorang psikiater USA dalam buku yang berjudul Motivation And Personality

“Makes the very acute statemen that human beings really do want to love each other but just do not know how to go about it”[1]

Abaraham Maslow memberikan sebuah tesis mengenai sifat manusia yang memiliki kebutuhan cinta terhadap satu sama lainnya, akan tetapi mereka (manusia) tidak tahu bagaimana cara mencapainya. Psikolog yang menentang aliran Freudisme serta Behaviorisme ini memang begitu lekat dengan kasih sayang setelah dirinya menikah

Cinta yang dibutuhkan oleh sesama manusia merupakan sifat dasar. Jomblo yang dipilih oleh saya merupakan penderitaan kata Ridwan Kamil memang sangat  tragis. Melebihi kasus Sianida Mirna yang mengalahkan kasus MUNIR PEJUANG HAM. Gebetan yang belum datang serta bidadari yang belum turun dari langit ketujuh, ditambah wahyu Tuhan belum merestui judul  skripsweet disetujui oleh pembimbing.

Duh, Gusti. Haruskah aku meninggalkan status jomblo untuk berkencan dengan Mba skripsweet ?

 

 


[1] Lihat juga Hendro Setiawan, Manusia Utuh : Sebuah Kajiah Atas Pemikiran Abraham Maslow, (Yogyakarta: Kanisius, 2014), hlm. 126.

sumber gambar : notedcupu.com

 

Tags Ulasan

About The Author

Fadli rais 42
Ordinary

Fadli rais

Pecinta mamah muda made in Indonesia
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel