Dear Ibu Puan yang terhormat
Hari kemarin perasaan saya sebagai mahasiswa tingkat akhir sedang dirudung kesedihan.  Melihat kawan-kawan seperjuangan sudah mengenakan toga sekaligus kebaya-kebaya mewah. Jalan kesana kemari menyalami satu per sartu serta mengucapkan selamat. Kadang kala ada membalas dengan celetukan “Kapan nyusul ?,â€. Huh, rasanya nano-nano menjadi wisudawan yang tertinggal. Padahal dulu culun bersama ketika OSPEK, tapi gaul-nya ketinggalan sebab yang lain wisuda serta selfie ria bersama. Sedangkan saya, masih sibuk urusan dengan pembimbing yang sedang sibuk keluar-masuk luar negeri.  Rasanya ingin teriak di Samudera Hindia lalu menemukan bangkai pesat MH-370.
Kegalauan yang terus menerus, kemudian saya melihat ponsel.  Membuka google, tidak sengaja menuliskan di search “Berita Terkini Puan Maharaniâ€. Kok, malah keluar berita tentang  Menteri PMK nyuruh diet rakyat.   Saya coba baca berita lainnya.  Masih sama saja, mengenai Ibu mengenai soal beras. Kalau kita mengonsumsi beras terus menerus nanti bisa impor beras.
Welah dalah, Ibu Puan nge-hits nya bersanding dengan dedek gemez semacam  Nabila JKT 46, Annisa eks Chrebyle, mungkin Pamela Duo Serigala. Panjenang, beruntung bisa menjadi Menteri Koordinator PMK.  Ngeri cah, banyak kaum-kaum sakit hati dia adalah menteri TIMAH (Tititpan Mamah).  Ngawur, Ibu Puan bukan hanya timah. Tetapi PANAS (Paling Anti Ama Reshufle). Kalau di-Reshufle siapa yang ganti ?  Masa mamah-nya. Bikin partai lagi nanti, kaya eks jendral 1990.
Mengenai beras, kok sempat-sempat-nya menteri satu ini ngobral pada kaum papa untuk diet. Apakah itu guyonan ? Betul, berita yang beredar memang kata-kata “diet†itu hanya gurauan. Masyarakat saja yang terlalu baper kalau ada menteri yang melontarkan paslon ala Stand Up Comedy. Kalau rakyat bisa baper ? apakah pemerintah bisa menjaga perasaan kaum papa ?.
Beras kita memang sekarang impor dari negeri-negeri tetangga.  Itu bukan bicara soal kegagalan rakyat yang tidak jelas.  Melainkan, ketelingsutan pemerintah mengelola uang yang dihasilkan dari  panen. Kalau zaman Jendral korupsi masih di ibu kota sana.  Jadi untuk swasembada beras di desa masih lancar. Lantaran  pegawai daerah tak punya line group dengan jendral kok korupsi.  Diculik, ditahan, di-dor.  Lah, sekarang korupsi bukan hanya tataran ibukota saja pak. Kelas RT sampai Gubernur sudah dilatih untuk korupsi. Zamannya sudah otonomi korupsi. Ini keberhasilan pemerintah me-swasembadakan korupsi ke daerah-daerah terpencil, terdepan, terpelosok, dan tergelap karena aliran listrik belum ada.
Bu, Puan. Mungkin karena saya sedang gelisah karena ditinggal wisuda, jadi seperti ini. Saya baper dengan keadaan rakyat miskin. Â Ibarat kata, dia hidup untuk lelucon. Â Kaum miskin papa, memang hanya punya satu. Â Harga diri, itupun kalau belum dijual. Kaum miskin papa, menang hanya punya satu. Semangat pantang menyerah, itupun kalau belum dijegal pemerintah. Â Lha, kaum papa miskin mah apa atuh ? Tapi perlu diserukan dan dibuatkan surat edaran diet nasional. Â Kita sudah terbiasa diet serta tidak makan berhari-hari.
Ibu Puan yang saya hormati. Angin reshuffle di istana jangan pernah dihiraukan. Anda tidak mungkin jadi daftar pencopotan oetama (DPO). Mendingan, mulai diet sekarang serta bantu anak-anak jalanan yang kurang gizi fisik dan otak. Revolusi mental anak-anak sama Bapak Anies Baswedan yang sibuk ngurusi UN. Â Serta kerjasama dengan Bapak Saud, BNPT untuk menyalurkan beras raskin yang penuh kutu. Supaya kemiskinan tidak jadi biang kerok BUNUH DIRI DEMI VOUCHER SURGA.
Sekian, semoga sempet tersenyum membaca tulisan ini.
Salam Pelem
sumber gambar : FB : Dewan Kesepian Jakarta