Untuk Mbak DWP, Berpikirlah

15 Jan 2016 16:36 2233 Hits 1 Comments

“Penguasa ingin komponen pendukungnya bersih dari kotoran-kotoran”

“Anggota DPR Berinisial DWP Dicokok Oleh KPK”  kira-kira berita itu mulai bertebaran di lini massa sebelum kalah rating oleh #savejakarta #kamitidaktakut.  Tidak salah lagi, kalau KPK operasi tangkap tangan tilang.  Indikasi korupsi adalah barang yang melekat pada si DWP.  Para nitizen sudah buru-buru searching inisial tersebut di laman dpr.go.id atau wiki.dpr atau jariungu.com.

Saya mengira operasi cokok tangan itu sebuah lelucon khas negeri penyamun.  DWP hamper sama seperti artis dengan ribuan talenta.  Goyangnya sudah terdaftar di pemegang hak kekayaan intelektual, supaya tidak di jiplak oleh pendatang baru dangdut jagat nusantara.  Eh, malah cokok tangan sungguhan.

Mbak DWP kok bias-bisa nya ketangkap oleh Agus Rahardjo CS ?. Padahal Mbak belajar cukup lama di Universitas Parahyangan, kemudian melanjutkan Strata dua di Universitas Prof Hamka dan Universitas Sultan Agung Semarang. Kok,  bisa yah mbak. Pendidikan mbak yang sudah relatif tinggi kok masih sempat main kucing-kucingan dengan Agus Rahardjo CS, yang kini menghuni Kantor Penangkap Tikus (KPT).  

Mbak Damayanti koe wani-wanine mangan duit rakyat Nyong nang kene urip be angele ora patut koh.  Koe wes tek pilih malah ditangkap Komisi Penangkap Tikus. Lha, primen si ? Apa kown ora mikir

(Mbak Damayanti berani-beraninya makan uang rakyat. Saya disini hidup begitu susah. Kamu (Damayanti) sudah dipilih malah ditangkap oleh Komisi Penagkap Tikus. Bagaimana si ? Apa tidak berpikir)

Mungkin ekspresi mbok-mbok yang ada di daerah pemilihan (Slawi, Tegal, Brebes) akan ngomeh seperti itu.  Coblosan mereka pada 9 April yang lalu, seolah sia-sia. Apalagi Damayanti Wisnu Putranti nama asli DWP kader Banteng Merah.  “Jawa Tengah itu Bantengnya kuat lho” tutur penjual es krim di Alun-alun Pekalongan.  Memang begitulah adanya, tampuk kekuasaan di Jawa Tengah hari ini memang di kuasai Banteng Merah. Mbak Damayanti memulai mencorengnya.  “Ketika kepercayaan sudah mulai luntur, tunggulah elektabilitas menurun serta pamor Banteng Merah tergantikan,” bukan begitu kalau masih dipelihara kader-kader yang mangani uang rakyat.

Mbak Damayanti yang aduhai anggunya.  Jangan-jangan Mbak ini terobsesi saingan dengan wanita-wanita aduhai lainnya yang terkena kasus KPK. Mulai dari Anggelina Sondakh yang kini berjilbab, Miranda Gultom yang kasusnya morat-marit, atau terinspirasi wanita hebat macam Kanjeng Ibu Ratu Ratu Atut Chosiyah.  Mbak, kami (rakyat) sakit hati karena kelingking yang sudah tercelup wadah tinta ungu dan menyempatkan memilih daripada kesawah. Kok, malah wakil kami main kucing-kucingan dengan Komisi Penankap Tikus (KPT)

Saya berdoa, semoga Mbak Damayanti tidak lagi menjadi kader partai. Dengar-dengar Rakornas kemarin, kader yang tersandung kasus kucing-kucingan bakal jadi mantan. Perlu di ingat pepatah Aristoteles Mbak Damayanti

“Penguasa ingin komponen pendukungnya bersih dari kotoran-kotoran”

 

 

Tags opini

About The Author

Fadli rais 42
Ordinary

Fadli rais

Pecinta mamah muda made in Indonesia
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel