Liburan...!
Kata itu menciptakan ekspresi beragam bagi setiap orang. Liburan yang terbilang cukup panjang bagi saya ini kemudian saya tuangkan dalam beberapa artikel di Plimbi, salah satunya: Positif Plus Plus.
Mengisi waktu liburan di pedalaman Kalimantan kebanyakannya kami habiskan dengan jalan-jalan.
Suatu hari, saat melewati Jembatan Merdeka yang menyeberangi Sungai Barito di Puruk Cahu, istri saya mengajak untuk selfie-selfie di sana.
Saat itu pandangan saya tertuju pada sebuah bukit yang menjulang di kejauhan. Warga sekitar menamakannya Gunung Usung.Meski ketinggiannya lebih tepat disebut sebagai bukit, namun sebutan gununglah yang populer dan menjadi kebiasaan warga Kalimantan Tengah pada umumnya untuk menyebut tonjolan kulit bumi yang lebih tinggi dari sekitarnya, termasuk bukit ini.
Gunung Usung dari Jalan Bhayangkara
Ketika keinginan untuk melakukan pendakian ke sana saya sampaikan, istri saya yang terakhir kali mendaki bukit tersebut empat tahun yang lalu langsung mengiyakan dengan wajah berbinar.
Hari H pun ditentukan, rencananya kami akan pergi berlima ke sana, namun hingga jam H berlalu, peserta yang siap berangkat hanya tiga orang, saya, istri saya, dan Nety, teman kami.
Matahari mulai menanjak, tidak ingin membuang waktu yang mengandung resiko terik atau hujan, kami langsung pergi ke TKP.
Perjalanan Menuju Gunung Usung
Setelah menempuh jarak kurang lebih 20 km dengan sepeda motor, kami sampai di kaki Gunung Usung yang terlihat angkuh berdiri menantang kami.
Kami disambut dengan jalan setapak berbatu yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.
Setelah 15 menit berjalan, Gunung Usung terlihat semakin dekat. Namun jalan setapak itu berakhir dan menyisakan semak belukar yang rimbun.
Kaki Gunung Usung
Menyusuri Jalan Setapak
Kami mulai berdebat tentang jalan yang akan dipilih, namun, karena laki-laki lebih sering berada "di atas", kedua wanita teman seperjalanan saya ini harus pasrah dan tunduk kepada pilihan saya.
Berbekal feeling mantan anggota Pecinta Alam, saya menuntun mereka melewati semak belukar dan padang rumput yang lumayan tinggi. Dari sini kami mulai merasakan jalan semakin menanjak.
Peserta dari kaum hawa mulai terengah-engah dan lebih sering meminta break. Sebenarnya saya juga mulai keringatan, namun, semakin menanjak terasa semakin asik.
Break Sejenak
Setelah setengah jam berlalu, kami akhirnya tiba di checkpoint pertama. Cuaca yang lumayan panas membuat kami berteduh di bawah pepohonan rindang.
Ketika saya menatap puncak Gunung Usung, saya menjadi pesimis. Bukit ini tidak bisa saya taklukkan jika bersama mereka.
Ketika mereka asik kipas-kipas kegerahan, iseng-iseng saya tinggalkan mereka untuk melanjutkan pendakian. Eh, mereka berteriak-teriak memanggil saya kemudian mengejar saya.
Mendaki Gunung Usung
Pendakian pun berlanjut, kemiringan tanah yang kami lalui mencapai 50 derajat. Saya sempat ngos-ngosan, tapi gengsi, bruakak.
Kadang-kadang jalannya terputus dan kami harus melewati semak belukar dan pepohonan.
Jalan Sempit yang Menanjak
Akhirnya kami sampai di checkpoint kedua, sebuah tanah bidang seluas kurang lebih 10 meter persegi. Mereka berdua bersikeras bahwa kami telah sampai di puncak. Maksud mereka, ketinggian yang pernah mereka capai sebelumnya cuma sampai di situ.
Checkpoint Kedua
Pemandangan dari sini memuaskan mata kami, hamparan hijau luas membentang, liukan Sungai Barito yang terlihat seperti seekor ular naga, dan Kota Puruk Cahu serta beberapa desa di sekitar yang terlihat dari kejauhan.
Tuhuk dan Domet
Tuhuk dan Jimi
Ketika mereka tengah asik berfoto-ria, saya tinggalkan mereka untuk melanjutkan pendakian menuju checkpoint ketiga dengan kemiringan sekitar 60 derajat.
Puncak Gunung Usung
Pemandangan dari sini sangat memuaskan, sayangnya mereka berdua sudah menyerah dan tidak mampu melanjutkan perjalanan ataupun menyusul saya di checkpoint ketiga.
Pada ketinggian ini, seluruh tubuh saya gemetar karena takjub. Panorama alam yang begitu indah seakan membilas tuntas semua keringat dan rasa letih ketika mendaki.
Jimi dan Domet
Tak hanya itu, berbagai suara serangga hutan dan kicauan burung-burung semakin melengkapi pesona keindahan landscape Kalimantan Tengah dari ketinggian.
Video Gunung Usung: Uploaded on Youtube
Sayangnya, matahari yang semakin meninggi dan jarangnya pohon rindang di sekitar tebing membuat kami terpapar sinar matahari langsung yang cukup menyengat.
Rekaman Video saya berakhir ketika Jimi dan Domet berteriak-teriak memanggil saya dari bawah mengajak pulang.
Rasa puas dan keindahan panorama yang disuguhkan seakan menjadi hadiah dari alam bagi saya meskipun saat ini belum menaklukkan puncaknya.
FYI, jalan menuju puncak sangat terjal dengan kemiringan mencapai 75 derajat.
Memanjat Gunung Usung (sumber: tribratanews.com)
Perjalanan pulang terasa begitu cepat, namun pengalaman singkat ini akan terus membekas dalam ingatan saya. Terimakasih Gunung Usung, saya akan kembali untuk menaklukkan puncaknya dengan persiapan dan team yang lebih matang.