Manakah yang Sholehah ?

27 Dec 2015 10:47 2404 Hits 0 Comments
Penasaran dengan berpakaian wanita. Inilah gambarannya.

 

Apa menurut kalian sholehah itu, mungkin presepsi orang berbeda-beda. Ketika saya melihat wanita sedang berjalan dan dia memakai hijab. Dengan berbagai model hijab; syar’i, modis, dan juga ada yang biasa.  Tepatnya wanita itu memakai hijab yang besar panjangnya sampai menutupi semua tubuh. wanita yang sedang berjalan dan bisa dikatakan memakai hijab syar’i. Disana terjadi kontra-dengan apa yang sedang dilakukannya. Yaitu dia berjalan sambil minum es sambil. Sering orang berpandangan bahwa yang tertutup rapat, hijabnya besar dikatagorikan wanita sholehah. Itu tergantung pemahaman sesorang. Jika orang melihat dari segi penampilan saja, dengan serba tertutup mungkin orang tersebut berpendapat bahwa wanita tersebut sholehah.

Berbeda dengan saya, disana terdapat dua kejadian yang sangat tidak sesuai. Dengan pakaian syar’i kemudian minum sambil jalan. Ketika Rasulullah mengajarkan etika dalam makan, saya rasa itu tidak termasuk ajaran beliau dalam etika makan ataupun minum. Islam yang dibawa oleh rasulullah sangat ketat dalam hukum. Segala perbuatan ada aturannya. Agar sesuai dengan nila-nilai etika manusia dalam menjalankan kehidupanny di dunia. Endingnya di akhirat kelak.

Maka kita tidak bisa menyimpulkan kepada orang yang penampilannya serba syar’i itu dianggap baik. Padahal terjadi ketimapangan dalam perlakukan manusia. Karena sudah tidak bisa dipungkiri bahwa dunia ini penuh simbol-simbol. Jika simbol hijab atau krudung menandakan itulah orang Muslim maka hijab lah yang menjadi tameng dalam perilaku manusia. Tutur kata, perilaku, dan cara berintraksi dengan sesama yaitu sesuai dengan cerminan yang di ajarakan oleh etika Islam sebagai agama. Dalam Islam ketika mengenal Nabi Muhammad adalah seorang utusan yang ditugaslan untuk menyempuranakan akhlak manusia.

Memang tak mudah semua apa yang diatur oleh agama kita laksanakan. Karena sifat dari manusia sendiri mempunyai hasrat yang besenang-senang. Namun dalam agama manusia dibatasi dalam sifatnya menyengkan diri yang madlharatnya lebih besar daripada manfaatnya. Agam sangat mempertimbangkan antara kedua itu. Dengan kehati-hatian manusia dalam bertindak selalu dicerminkan kepada Nabi sebagai pemimpin terbesar dalam Islam. Dengan melihat fenomena diatas apa yang ada di benak kalian? I don’t khow what you do. Wallahu A’lamu Bishwab.

Sumber foto: Steteshiday.com

Tags opini

About The Author

Jaedin el-Barbazy 26
Novice

Jaedin el-Barbazy

Jaed, penikmat lagu dewa. Mahasiswa UIN Walisongo Semarang.
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel