Gus Dur Mah Apah Atuh

27 Dec 2015 09:25 2173 Hits 0 Comments
Dan lagi, Gus Dur

“Kabut duka menyelimut jalanan sepanjang Jakarta hingga Tebu Ireng. Langit murung tak karuan, ingin sekali menumpahkan air setumpah-tumpahnya. Melihat Guru Bangsa terbalut dalam kain putih pengantar ke tempat tersunyi. Kenapa harus saat itu ? Kenapa harus dia ? Kenapa tidak aku ? Kenapa,” tutur jomblo kos sebelah yang tergabung dalam komunitas antitesa. Ba’da Magrib, tiba-tiba ia membacakan saja seperti itu. Sontak tetangga tidak mau nonton, karena takut dijadikan bahan sajak-an olehnya. Cuma aku seorang yang menghampiri dan memeluk erat sembari beruraian air mata.

Hari, tepat enam tahun yang lalu Bapak Gitu Aja Kok, Repot menghembuskan nafas terakhirnya. Tidak ada yang tahu, karena itu rahasia yang paling rahasia, berupa kematian. Kyai Haji Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur.  Selalu tersenyum melihat matahari dan tak pernah murung ketika ia terbenam.  Wajahnya kalah saing dengan kaum keren-keren Gayung-Gayung Serigala yang baru saja lelah menghipnotis kaum awan pertelevisian seperti saya.  GGS bisa menghipnotis anak berumur lima tahun mencakar-cakar temanya agar dikatakan mirip. Lha, Gus Dur mengajarkan anak-anak bangsa untuk berjabat tangan tanpa membedakan suku,agamar, ras dan antar golongan.

Ketika saya duduk dibangku SD. Gus Dur terkenal dikalangan guru-guru killer macam Bu Elda (Guru SD saya) bisa tersenyum lebar.  Pasalnya, satu bulan penuh ramadhan dia bisa istirahat dirumah untuk tidak bertemu dengan siswa ingusan seperti saya. Tanyakan saja kepada teman-teman yang sudah bersekolah di zaman beliau jadi Presiden.  Momen yang tak terlupakan adalah full holiday because ramadhan. Ini jelas pantas untuk dijadikan meme Piye ijih enak jamanku tho le ? yang nyasar ke foto Jendral MangkuBondo, MangkuBumi, MangkuNegeri, MangkuTahta, lali ora MangkuRONDO. Wes, ewes bablas nyawane.

Selain holiday yang teramat sangat menyenangkan.Gus Dur bukanlah orang yang buta mata terus buta hati kata ahli ushul fiqh macam Syaikhona Habib Rizieq S.Fe, M.Ng (Sarjana Fentung dan Magister Ngafirke). Welah dalah, untung ente hidup di zaman Gus Dur. Kalau di zaman Jendral MangkuBondo, ngalamat palsu. Ente dicari jama’ah, eh malah sedang diskusi bareng sama Pramodya di Pulau Buru. Apa mau sama Mbah Pram, yang katanya Kuminis ?

Piye leh,  Gus Dur kok mbok omongke wuto mata lan ati. Apa Syekh Habib Rizieq tidak sedang diguna-guna oleh Arya Wiguna korban Mbah Syukur. Atau sedang kena dampak prostitusi-phobia karena wanita ngehek macam NA dan PA tertangkap telanjang dada oleh intel. Dus,  Habib Riziq adalah Habib yang kehabibanya belum tertandingi oleh Gus Dur. Gus Dur mah apah atuh. Dia mah kyai liberal yang suka kuminis dan tak pernah absen ngaji kitab. Gus Dur mah apah atuh.  Dia mah bukan kyai seleb twit macam Syaikh Felix Siauw S.Sos  Med. Med. Gus mah apah atuh. Dia hanya ngajarin beragama yang ramah, bukan marah-marah. Berbeda dengan Jonru-isme yang follower fan page-nya menyaingi Bapak Es Be Ye. Gus Dur mah apah atuh. Orang keluar istana pakai celana pendek. Tidak seperti para kakak Rohis yang alim “belum ‘ulama” yang selalu memakai celana sunnah-arab.

Tibalah, Gus Dur hanyalah Gus Dur. Bukan Seleb Twit yang jadi kyai apalagi ponpes yang dibangun bukan hasil sedekah para priyayi. “Gus, Gus.”

Selamat Haul yang ke- enam.  Jasa-jasamu selalu terkenang dan menjadi pedoman gerakan.

sumbert gambar : www.antarafoto.com

Tags opini

About The Author

Fadli rais 42
Ordinary

Fadli rais

Pecinta mamah muda made in Indonesia
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel