Tertawalah, sebelum tertawa dilarang oleh Undang-Undang. Tertawa saja terlebih dahulu sebelum siapa saja melarang anda untuk melakukan aktivitas yang tak memiliki bentuk yang konsisten alias absurd. Â Temukan sesuatu yang menurut anda lucu, lalu tertawalah sepuas mungkin. Â Hilangkan sesuatu yang mengganjal pada diri anda sebelum semuanya terlambat. Bisa-bisa seperti kasus Gojek yang tadinya haram terus halal terus haram terus halal terus tak ada hentinya.
Era demokrasi seperti ini, anda jangan takut untuk tertawa sepuas-puasnya. Ingat tertawa itu bagian dari “Hak†bagi kaum papa dan “Wajib†bagi para pelawak.  Era reformasi yang penuh dengan informasi tapi banyak yang menentang demokrasi. Saya jadi tertawa kekeh melihat kaum-kaum agamis berjubah tak bercelana mendebatkan duduk persoalan  Opera Hukum Mengucapkan Selamat Natal. Era reformasi yang baru saja berumur 17 tahun, hidup saya kok  disajikan omelan-omelan kaum yang mengaku paling agamis di mata  Hitler dan Napoleon Bonaparte yang tidak pernah mengharamkan ucapan selamat idul fitri. Â
Pagi tadi, membuka lini massa setelah 5 jam tidur lelap. Melihat tautan kawan semasa SMA men-share tulisan ulama yang paling agamis berfatwa soal boleh/tidaknya mengucapkan selamat natal.  Cah angon, Cah angon.  Senyum lebar menjadi pilihan yang paling utama.  Sebab, akun yang (mungkin) masih dipegang kawan semasa SMA dulu. Selalu men-share berita-berita musiman. Mulai dari wanita ngehek macam Nikita Mirzani, Presiden yang pintar main catur Jokowi, hingga orator agamis macam Syaikh Siauw, Felix.  Musim natal pun berubah menjadi fatwa haram natal, musim tahun baru haram membeli terompet, dan musim pilkada halal coblos janda tetangga sebelah. Hayoo
Selamat Natal,  tetap Selamat Natal.  Sampai agama macam islam dan yahudi tetap biasa saja.  Tidak mungkin merubah Selamat Natal menjadi Selamat Chrismas. Karena itu wagu, tidak patut ditiru,  serta menyebabkan agama candu.  Wong mengucapkan selamat natal dilarang. Memang anda, Mbah-nya Selamat.  Orang tetangga saya bernama Slamet, rutin mengucapkan selamat natal kepada tetangganya yang beragama Kristen. “Biarkan kicauan-kicauan kaum agamis tulen macam Jonru men-share haram ucapan natal. Toh, natal tetap saja menjadi perayaan yang khidmat dalam ibadah natal serta perayaan natal,†pesan Slamet.
Terus, kaum agamis macam “Ustad Felix Siauw, S.Sos.Med (Sarjana Sosial Media) biarkan berkokok soal selamat natal yang hari ini berlangsung secara khidmat.  Natal adalah natal untuk menjadikan pribadi-pribadi umat Kristen saling mengasihi sesama umat manusia. Berjalan dalam peradaban bersama dengan umat manusia demi tercapainya perdamaian dalam keragaman.  Tetap tertawa, jangan spaneng menyalahkan satu sama lain.  “Karena sesungguhya spaneng membuat halal-haram tidak masuk dalam maqashid as-syariah,†tulis Harian tak beriwayat.
Selama Natal, Semoga Tuhan Memberkati.
sumber gambar : beritabulukumba.com
Â