Andai FPI Dinasehati MBah Turino, Maka ......

20 Dec 2015 18:07 1839 Hits 0 Comments

FPI Batman atau Bad-Man

( majalah detik edisi 86)

 

Ketika aku masih kecil seorang kyai yang sudah berumur kepala delapan masih saja sregep pergi ke masjid. Langkahnya yang terbata-bata karena sudah dimakan usia, tapi semangatnya membara untuk solat di saf pertama. Setiap kali sholat berjama’ah di rumah tuhan, pakainya serba putih. Sorban itu melingkar di atas kepala. Khas sekali, sampai-sampai orang satu desa tahu, kalau dia Mbah Turino.

Pakaian serba putih itu, katanya melambangkan kesucian hati. “Ketika saya menghadap kepada Tuhan, mulai dari batin hingga dhahir-nya harus bersih. Sama seperti Bendera Indonesia, terdapat komposisi warna putih, yang berarti suci.  Kira-kira begitu nak,” sambil mengelus kepala anak kecil nan ingusan.  Beliau juga mengingatkan kepada saya, baju putih suci jika pemakainya juga memiliki perilaku sosial yang suci tanpa di buat-buat. “Suatu saat, baju putih akan terkotori oleh perilaku pemakainya” tukasnya kakek bercucu 10 itu.

Mbah Turino yang baru saja wafat setelah ba’da lebaran (al-fatihah)  menyisakan kesedihan yang mendalam kepadaku.  Kegigihannya melawan penjajah masa lampau, selalu diceritakan kepada anak-anak sekolah dasar. Semangatnya membara jika berbicara soal nasionalisme, hatinya merendah jika berkata soal agama. Tak pernah berkata semena-mena terhadap yang berbeda agama.  

Hari ini saya terngiang perkataan beliau padaku soal baju putih yang terkotori oleh perilaku pemakainya. Melihat gerombolan “preman berjubah putih” yang hendak bersyiar dengan cara-cara tak ber-prikemanusiaan. Entah, muncul dari planet mana. Kok ndadak ke daerah Sunda terus berbuat ulah seperti itu ?.

 FPI banyak dikenal sebagai garda terdepan penyelamat (islam di nusantara). Kalau Islam Nusantara ndak ilok.  Singkatanya beken juga, Front Pembela Islam.Wuidih, ngeri-ngeri sedep pokok men.  Islam “kok” di bela ? Emang perlu ?.  Kalau perlu berarti yang punya islam gak bisa apa-apa ?. Coba, ngopi dulu biar tidak salah paham.  Islam dalam kebanyakan literature adalah agama yang diturunkan oleh Tuhan kepada juru selamat bernama Muhammad.  Kemudian diangkat menjadi rasul untuk menjadi penyebar agama secara toleran. Kalau islam adalah kelompok agama semit yang berasal dari yang esa.  Apakah yang esa perlu dibela juga ? Ingat kalau jawab soal “keagamaan” dan “ketuhanan” sambil ngopi supaya tidak cepat-cepat memperoleh kebenaran. Tambah rokok biar tidak spaneng dan menyalahkan yang berbeda pandangan. Mbah Turino, saja yang umurnya sudah tua, masih saja ngopi dan merokok agar tidak mudah salah paham dan gagal paham. Masa, kamu enggak !

Lha, wong FPI pemimpine keturunane Nabi Mukhammad, ya mesti bener, mboke !” ucap pemuda tinggal di Kebumen pelosok makanya hanya gaplek. Memang  Asy-Syeikh Al-Imam Al-Ustadz Al-Habaib  (Dr) Habib Rizieq adalah cucu, -cucunya-cucunya,  cucu-cucunya dari Nabi Muhammad. Semangatnya menggelora seperti Soekarno yang anti-Amerika untuk menerapkan nilai-nilai islam yang kaffah.  Dus, kalau lagi berkhotbah macam Hitler lagi ceramah di tempat-tempat mall. Semua orang tertuju padanya, karena beliau adalah orang yang paling kaffah. Yang jelas, Mbah Turino tidak se-kaffah beliau.  Karena ia hanya kakek tua mantan veteran yang tidak dapat pesangon.

FPI seperti “Batman” di film-film Holywood.  Selalu berusaha menyelamatkan moral bangsa yang bobrok.  Bangsa yang kini di hegemoni oleh kebudayaan yang anti islam, Bangsa yang selalu melaksanakan Takayyul, Bid’ngah, Kurafat. Ma’lum tulisan disesuaikan dengan pengucapan disesuaikan dengan kondisi penulis yang lama tinggal di daerah ngapak nan pelosok. Lho, pengikut FPI yang terkenal dengan jubbah putihnya selalu melaksanakan jihad fi sabilillah. Wuidih, keren tenan. Pokok men swangar tenan.  Tapi, Batman selalu menolong kebaikan dengan toleransi yang sangat tinggi.  Sedangkan FPI masih saja menjaga tradisi sebagai Bad Man.  Walah Ndes, Mbah Turino menyelamatkan moral bangsa dengan mencontohkan nilai-nilai Pancasila yang tidak ada dalilnya di Al-Qur’an dan Hadis, kata Asy-Syeikh Al-Ustad Felix Siaw.  Mulai dari ber-Tuhan sama rata-sama rendah, berkemanusiaan secara proporsional tanpa memandang harta, tahta, dan janda. Indonesia yang disatukan dalam harmoni keragaman. Musyawarah yang mengedepankan adem ayem tur ati tentrem.  Masyarakat yang bersatu padu mengharmoniskan perbedaan dalam memperoleh keadilan. Begitulah cara Mbah Turino.

Andai saja, Habib wa akhwatu bertemu dengan Mbah Turino. Maka, serobot sana-sini soal urusan agama dan Negara pasti tak semerawut yang dijalankan hingga detik ini.

Terus, berhubung mau tahun baru.  Mending beli terompet buat anak-anak kecil kaum dhuafa dan yatim piatu. Kasihan mereka tidak pernah merasakan indahnya tahun baru.

sekian

Tags opini

About The Author

Fadli rais 42
Ordinary

Fadli rais

Pecinta mamah muda made in Indonesia
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel