Jepang, adalah sebuah negara yang terkenal dengan penduduknya yang ramah dan taat hukum, walau jika dibandingkan dengan bangsa Indonesia, keramahan penduduk di negara kita masih menang.
Namun, dibalik keramahan dan ketaatannya terhadap hukum, bangsa Jepang juga ternyata sama seperti bangsa-bangsa lainnya dimana mereka akan marah atau kesal ketika seseorang mengucapkan beberapa hal yang mereka anggap menyinggung atau tidak sopan.
Di bawah ini adalah 5Â hal yang tidak boleh Anda katakan kepada orang Jepang, khususnya bagi Anda yang berencana ingin kesana baik untuk berlibur, belajar ataupun bekerja atau mungkin bekerja di bidang pariwisata yang setiap harinya bertemu dengan turis-turis mancanegara.
Â
1. Ni-Hao
Bagi yang mungkin tujuannya bercanda ataupun tidak bisa membedakan antara turis dari jepang dan China, mungkin Anda akan menggunakan bahasa China yaitu “Ni-Hao†dibandingkan “Konnichiwa†ketika Anda berpapasan dengan orang Jepang yang Anda temui.
Tapi, jangan sampai hal tersebut Anda lakukan, karena bagi orang Jepang sekarang ini, ketika mereka disapa dengan kata “Ni haoâ€, mereka akan kesal karena teringat dengan sebuah insiden yang terjadi pada salah seorang penyanyi Jepang bernama Gackt di sebuah hotel di Perancis.
Oleh karena itu, jangan sampai bercanda dengan menggunakan kata terlarang tersebut. Apalagi bagi mereka yang sering bertemu dengan turis berwajah oriental dan tidak bisa membedakannya, sebaiknya menggunakan kata “hello†untuk menyapa turis-turis tersebut demi mencari aman.
Â
2. Menanyakan “Anda orang Jepang ya?†ke orang Okinawa
Warga Okinawa adalah warga yang bangga dengan budaya turun-temurunnya. Seperti halnya orang-orang Hawaii yang tidak mau disebut orang Amerika, orang-orang Okinawa juga tidak suka kalau mereka disebut orang Jepang.
Jadi bagi Anda yang ingin berkunjung ke Okinawa, lebih baik jangan sampai mengucapkan pertanyaan seperti itu. Lebih baik diam atau cari tahu secara diam-diam.
Â
3. Jangan Tanya Kenapa Jepang Masih Punya Kaisar
Banyak orang asing yang mungkin penasaran dengan kerajaan yang masih ada hingga zaman sekarang di jepang. Dan dari situ, mungkin muncul keinginan untuk bertanya pada orang-orang lokal tentang kenapa Kekaisaran masih ada di jepang.
Namun, jika Anda melayangkan pertanyaan soal Kekaisaran Jepang apalagi pertanyaannya di masa-masa sebelum perang dunia II, pertanyaan yang Anda layangkan tersebut memiliki kemungkinan untuk membuat situasi menjadi canggung.
Hal ini dikarenakan pada umumnya orang-orang Jepang disana ingin melupakan apa yang terjadi pada zaman kekaisaran terdahulu dimana banyak hal-hal yang memang tidak ingin diingat.
Daripada bertanya soal kekaisaran pada masa lalu, lebih baik bicarakan soal kekaisaran di masa sekarang dimana para royalty dianggap sebagai selebritis. Contoh topiknya adalah mengenai seberapa putri Kako yang juga adalah cucu dari kaisar Akihito.
Â
4. Jangan Tanya Seberapa Sering Mereka Bermeditasi
Walaupun kebanyakan orang Jepang akan menjawab bahwa mereka beragama Buddha (dan Shinto), tidak berarti mereka melakukan meditasi. Oleh karena itu, ketika mereka ditanya hal seperti itu, mereka umumnya akan merasa terpojokkan dengan pertanyaan tersebut dan tidak tahu harus menjawab apa.
Â
5. Jangan Mengangkat Topik Soal Kuil Yasukuni
Kuil Yasukuni adalah sebuah tempat kontroversial yang bahkan ketika Justin Bieber berkunjung ke kuil ini, hal tersebut dianggap sebagai hal yang menyakitkan.
Kuil Yasukuni adalah sebuah kuil yang digunakan untuk menghormati semua orang yang pernah bertarung demi Jepang (termasuk orang asing dan anak-anak). Namun yang menjadi sebuah dilema adalah kuil ini juga merepresentasikan negara-negara lain.
Hal ini dikarenakan yang diabadikan nama-namanya di kuil ini bukanlah mereka yang sudah bertarung demi Jepang saja, melainkan mereka para kriminal yang pernah mencoba untuk menghancurkan Jepang.
Bagi orang Jepang, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan sosiopolitik adalah sebuah hal yang tidak begitu mereka sukai. Salah satu alasannya adalah mereka tidak begitu nyaman untuk mengungkapkan pendapatnya tentang hal tersebut karena topiknya yang terbilang sensitif bagi orang Jepang.