seorang gadis berambut hitam panjang bergelombang, duduk di ayunan sebuah taman. paras cantik tanpa ekspresi memang itulah Kang Eun Byung, Eun Byung mendorong sedikit tubuhnya agar ayunan itu berfungsi sebagaimana mestinya.
"Sudah berapakali ku katakan. jangan ganggu manusia-manusia itu!"
Mata bulat Eun Byung menatap pria yang datang entah dari mana, penampilannya tak berbeda jauh dengannya. mereka sama-sama masih duduk di bangku SMA, dengan seragam musim dingin berwarna abu pas di tubuh masing-masing. Pandangan Eun Byung beralih memandang lurus kedepan, masih tanpa ekspresi.
"mereka pantas mendapatkan balasan, Eun Jo-ah"
Pemuda bernama Eun Jo mengacak-acak rambutnya gusar mendengar jawaban gadis es di hadapannya.
"Lihat tanda ini ! kita ini darah campuran. setengah manusia dan setengah malaikat, kita ini kaum Nephilim!" tegas Eun Jo.
"apa kau sudah selesai memarahiku Eun Jo? sekarang aku ingin pergi" lagi-lagi perkataan Eun Jo tak digubris oleh Eun Byung. Eun Jo mengepalkan tangannya ketika Eun Byung melengos pergi meninggalkannya, pemuda itu tak tahu bagaimana jalan fikir adiknya itu.
Keesokan harinya Eun Byung berjalan mengelilingi sekolah. dia bosan hanya bisa diam di kelas, harus bertemu dengan kakaknya Kang Eun Jo yang sudah pasti akan meneruskan acara ceramahnya.
Tepat di depan gedung aula Eun Byung mendengar suara tawa dan tangis secara bersamaan. hatinya mengatakan ada yang tak beres, tangannya terulur untuk sedikit membuka celah di pintu agar dia dapat melihat apa yang sedang terjadi.
seorang gadis sudah terduduk di lantai dengan tepung, air dan telur begitu mirip adonan kue. matanya beralih melihat 4 orang gadis lainnya berdiri tepat di depan gadis beradonan itu, mereka tertawa puas dan lepas. seakan sedang nenonton acara komedi. tanpa sadar Eun Byung mengepalkan tangannya, bola mata coklatnya berubah menjadi biru. dia tak suka melihat kejadian ini, dia tak suka melihat manusia diperlakukan tak sepantasnya oleh manusia lainnya, sungguh tak berperasaan !
Eun Byung menerobos masuk, tawa yang tadi terdengar menggelegar di aula yang besar itu kini berhenti berganti dengan keheningan ketika gadis bernama Kang Eun Byung masuk. ke 4 gadis itu memandang bingung kearahnya.
"gadis es? oh, sedang apa kau disini?" salah seorang dari 4 gadis itu bertanya dengan santai pada Eun Byung.
"apa yang sedang kalian lakukan?" masih tanpa ekspresi, Eun Byung melangkah mendekati 4 gadis itu. Eun Byung berhenti tepat di samping gadis adonan yang masih tertunduk dan masih terdengar tangis pilunya.
sekilas Eun Byung melihat gadis adonan itu.
"kenapa dia seperti ini?"
sreett bulu kuduk ke 4 gadis itu berdiri. entah kenapa tatapan Eun Byung sekarang sangat terlihat mengintimidasi.
"ahh ka..kami sedang latihan untuk pentas drama nanti" Jawab kembali salah satu dari 4 gadis itu.
"benarkah? cerita tentang apa itu?"
"itu cerita tentang,,tentang,,,,bulliying di sekolah haha" gadis itu tertawa kaku, sementara Eun Byung masih dengan ekspresi datarnya. Eun Byung tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan diapun tahu jika ke 4 gadis di hadapannya sedang mengumpat dan mengatai dirinya dalam hati. karena Eun Byung bisa membaca fikiran mereka.
"ohh" Eun Byung sedikit mengangguk mengerti.
"baiklah, lanjutkan latihan kalian" Eun Byung berbalik berjalan menuju pintu keluar, ke4 gadis itu menghembuskan nafas lega.
'tap' langkah Eun Byung terhenti, raut wajah ke 4 gadis yang sudah mulai relaxe kembali menegang ketika tatapan tajam seperti elang Eun Byung kembali menatap mereka kembali.
"emhh, aku tak mempunyai tujuan dan akupun sedang bosan, mungkin aku bisa melihat kalian berlatih." Eun Byung Kembali menghampiri mereka, dia duduk di kursi kayu yang kebetulan ada di aula itu. layaknya sutradara.
Suasana herubah canggung, sigadis adonan yang masih terduduk dan menundukan kepalanya, ke 4 gadis itu memandang Eun Byung bingung dan kaku.
"kenapa kalian, tidak melanjutkannya? "
"ahh kami gugup, mungkin sebaiknya. kau pergi saja, agar kami bisa berlatih leluasa" Eun Byung menghembuakan nafas beratnya, dia sudah geram tapi Eun Byung berusaha sabar.
"kalian mengusirku?" ke 4 gadis itu masih terdiam.
"ahh bagaimana jika aku ikut serta dengan kalian, agar kalian tak canggung"
Eun Byung Berjalan lebih dekat ke arah 4 gadis itu. gadis itu terdiam matanya menatap satu persatu wajah 4 gadis di hadapannya.
"baiklah aku ikut serta" tangannya mengambil botol plastik yang di pegang salah satu dari mereka, cairan agak kental berwarna kecoklatan itu kini menjadi pusat perhatian Eun Byung, gadis itu sedikit menyunggingkan bibirnya.
"aku akan bermain sebagai pembela gadis yang kalian bully" 'CUURR' dengan sengaja Eun Byung mengguyurkan Cairan dalam botol itu ke badan salah satu gadis yang ada di hadapannya.
Begitu terkejutnya mereka, terlebih gadis yang disiram oleh Eun Byung.
bau anyir tercium mebyeruak di aula itu.
"Kang Eun Byung!" teriak gadis yang disiram oleh Eun Byung.
"upss mianhae" ucapnya datar.
"kau benar-benar sudah keterlaluan!" gadis yang sudah basah disiram minyak belut oleh Eun Byung langsung menjambak rambut panjang gadis itu.
"kau rasakan ini, kau benar-benar keterlaluan!"
Eun Byung masih dengan ekspresi datarnya berusaha melepaskan jambakan gadis gengster itu.
"Lepaskan" si gadis adonan langsung berdiri dari tempatnya dan langsung ikut berusaha melepaskan jambakan ketua gengster.
"kumohon lepaskan dia Jae In-ah" jambakan dirambut Eun Byung semakin keras, gadis itu sedikit meringis.
Kedua gadis gengster itu menyeret gadis adonan menjauh, mereka memegangi gadis adonan agar tak mencampuri urusan ketua gengnya yang masih asyik menjambak rambut indah Eun Byung, sementara gadis gengster satunya membantu ketuanya memegangi Eun Byung agar tak berontak.
"kubilang sekali lagi, lepaskan!" Eun Byung meronta-ronta berusaha melepaskan jambakan dan cekalan dari gadis gengster.
"hah kau, ingin menjadi pahlawan hah? haha sayang sekali kau tak akan bisa melakukannya"
Cukup sudah habis kesabaran Eun Byung, bola mata yang semula berwarna coklat kini kembali berubah menjadi biru, tangannya mengepal.
"LEPASKAN!!!"
Kedua gadis gengster itu terpental cukup jauh, karena tak sengaja Eun Byung mengeluarkan kekuatan aslinya. sementara kedua teman gengster dan sigadis adonan melongo tak percaya melihat apa tang terjadi.
"Jae In-ah ! Ma Ri-ah!" teriak mereka.
"KANG EUN BYUNG!" Eun Byung langsung berbalik ke arah sumber suara, bola matanya berwarna sama dengan bolamatanya, dia tahu pemuda dihadapannya sedang marah. terlihat dari bola matanya yang berubah menjadi biru .
"kau!" Kang Eun Jo melengos, langsung menghampiri gadis gengster yang terlental.
Jam 01:00 pm Eun Byung masih asik duduk di bangku taman sekolah. sejak kejadian tadi gadis itu langsung dipanggil keruang guru dan dia di hukum skorsing selama 2hari dan akan di adakan rapat komite pendidikan dengan orang tua terkait.
"kau sudah puas sekarang?" padangannya beralih kesumbersuara, kini kedua mata Eun Byung sudah kembali menkaji Coklat begitu juga Eun Jo.
"apa ini yang kau inginkan? apa kau tak bisa tak ikut campur urusan manusia?" kini nada bicara Eun Jo meninggi.
"yah ini yang aku inginkan, aku sudah puas Eun Jo-ah" ucapnya datar.
"hah wae? Kenapa kau sampai mengeluarkan kekuatanmu. apa kau ingin identitasmu terbongkar? atau kau ingin pamer kekuatan?" tatapan Eun Byung menajam seakan mengandung kilatan api, gadis itu tak suka dengan kata-kata yang dilontarkan kakaknya.
"kau begini karena aku menyakiti gadis yang kau suka?" Eun Jo memandang balik sang adik.
"aku melakukan ini karena aku tak suka Eun Jo-ah, aku tak suka melihat manusia di perlakukan tak selayaknya oleh manusia lain. aku tak bisa hanya duduk diam melihat itu semua. walaupun aku terlihat dinginseperti es. aku masih mempunyai hati. yah kita ini menpunyai darah manusia dalam diri kita, apa kau pernah berfikir jika orang yang diperlakukan tak pantas itu adalah Jae In ?" Eun Jo tertunduk berusaha mencerna perkataan adiknya.
"apa kau pernah mengerti aku?" lagi-lagi Eun Jo hanya diam.
"Jawab aku Eun Jo-ah! hiks hiks " Eun Jo langsung menatap adiknya tak kala dia mendengar suara tangis keluar dari mulut gadis itu.
"apa kau pernah perduli bagaimana perasaanku? kau hanya sibuk dengan peraturan ayah karena kita Nephilim. kau bahkan lebih perduli dengan gadis jahat itu dibandingkan aku, adikmu"