Â
Inilah suara kami
Anak-anak mungil dari pelosok negeri
Yang puya sejuta mimpi
Â
Pak, dengarkan sejenak celoteh kami
Ini keluar dari hati
Keras di suara sepi direalisasi
Â
Aku hidup sebatang kara
Di jaman cengkraman para buta
Hanya mementingkan ego semata
Demi tujuan untuk berpesta
Â
Di baca, sejenak Pak !
Duduk yang tenang, jangan cepat beranjak
Apakah diri bapak amat congkat ?
Atau pikiran bapak cekak ?
Â
Pak, tingkahmu tidak lebih dari anak SD
Tak tahu mana benar mana salah
Pak otakmu seperti mahasiswa
Menyalahkan yang benar, membenarkan yang salah
Â
Pak, hatiku terperangah
Tingkahmu begitu lincah
Colek sana, colek sini agar bergairah
Fatwa halal untuk tindakan rasuah
Â
Pak, kami anak desa
Yang tak tahu apa-apa
Soal “Gurita Cikeas†hingga “Perpanjangan Kontrak Karyaâ€
Yang menjadi bulan-bulanan media massa
Â
Pak, gerik-gerik mu mirip bayi
Ketimbang jubahmu bermarga politisi
Ataukah cara jalanmu seperti tak punya kaki
Hingga jalanan seperti lika-liku sumarni
Â
Pak, ingat kami yang dikatakan tunas bangsa
Bukan anak alay di dunia massa
Bukan juga penghias negeri arca
Â
Pak, geliatmu seperti kuda liar
Bisamu seperti ular
Hobimu minum win di bar
Sehingga perutmu bertambah besar
Â
Pak, duduklah sejenak
Jangan dulu beranjak
Ini kepentingan rakyat blangsak
Mohon baca sejenak
Â
Kami sudah bayar pajak
Kami sudah bayar pajak
Kami sudah bayar pajak
Â
Rakyat sudah sekarat
Tapi mengapa kau masih memalak
Apakah itu watak aslimu, pak ?
Apakah itu pikiranmu yang cekak ?
Â
Janjimu kau ingkari
Kau bahagia kami gigit jari
Kau bersuka
Kami berduka
Â
Itu tujuanmu
Menari di atas tangisanku
Berhura-hura dengan jabatanmu
Tak peduli kewajibanmu.
Â
Pak, jangan dulu beranjak
Pendengar mu istirahatkan sejenak
Guna mendengar suara rakyat
Bukan suara pemalak
Yang sifatnya menyikat
Â
Ingat janjimu
Janji yang kau gelorakan untuk kekuasaanmu
Janji manismu
Jangan sampai kau mejilat ludahmu
Â
Hingga suatu saat kau menyesal
Karena janji abal-abal
Yang berujung di hotel prodeo
Â
PKM, 10 Desember 2015
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â