Namaku Doni, siswa kelas XI SMA 99 Kotabaru. Aku tidak bisa berenang, dan tidak ada alasan khusus mengapa demikian, alasan umumnya juga tidak ada.
Setahuku, aku akan baik-baik saja selama menjauhi air yang berskala besar, hanya saja kadang orang begitu mudah menyalah artikan tidak bisa berenang menjadi takut air, lalu takut air menjadi tidak mandi. Teman-teman biasa memanggilku si Meong.
Kemudian ada seorang gadis idola di kelasku, sebut saja Mawar.
Dia itu… saat pertama melihat… err… bentuk tubuhnya… dan cara dia berjalan, aku segera tahu, bahwa inilah contoh gadis ideal menurut versi pria normal, sepertiku. Bruakak.
Kemudian, saat pertama dekat dengannya lalu menatap wajahnya, sampai di sini kita kesampingkan dulu pipinya, maksudku secara keseluruhan, dari matanya, alisnya, hidungnya, bibirnya, dagunya, lalu tercium wangi parfumnya, aku segera yakin, bahwa gadis yang seperti ini idealnya pacaran dengan pria tampan, sepertiku. Bruakak.
Selanjutnya, dari cara dia berbicara, tersenyum, mengibaskan rambutnya, mengedipkan matanya, makan mie instan yang diremukin, minum cendol, bahkan sampai cara dia ngupil pun…
Oke, sebenarnya belum pernah lihat Mawar ngupil, sih… Semua itu membuatku tergila-gila, apa yang ku rasakan terhadapnya, tanpa membuka kamus dan ensiklopedia ataupun browsing di internet dan curhat di Paseban, aku tahu bahwa inilah yang mereka sebut sebagai… yup, betul sekali.
Kemudian, mari ku perkenalkan pada sahabatku, sebut saja Mario DJ.
Bukan, DJ itu bukan akronim Di Jalan apalagi Di Jamban, tetapi singkatan dari De Janeiro, keren kan?
Nah, dari namanya tentu kalian bisa menebak kalau Mario ini lahir di…
Bukan, bukan di jamban! Rio De Janeiro adalah nama sebuah kota yang terletak di Negara…? Yup, betul sekali, Mario DJ lahir di Ambon.
Bersahabat dengan Mario adalah anugerah, mungkin karena aku dapat dengan bangga membanding-bandingkan aku dengan dia, misalnya, bandingkan yang terawat dan yang tidak, bandingkan yang terang dan yang gelap, bandingkan yang mana orang yang mana piaraan.
Baiklah, itu terdengar jahat, sumpah, aku tidak pernah melakukannya, walaupun aku tampan dan dia jelek, walaupun aku putih dan dia hitam, walaupun… err…
Oke, stop sampai di sini saja, aku tahu menjelek-jelekkan orang itu adalah perilaku yang tidak terpuji, kasihan Mario, sudah jelek, dijelek-jelekkan pula. Malang nasibnya. Ckckck.
Kami berdua sangat kompak, seia dan sekata, meski tidak senasib dan sepenanggungan, bukan rahasia kalau wajah jelek itu harus ditanggung sendiri, masak aku harus menanggungnya juga? Kelihatannya kami takkan terpisahkan, hingga suatu hari…
Bagai petir di siang bolong, aku terpana sesaat setelah mendengar kabar itu.
Aku tak menyangka ternyata Mario dan sebut saja Mawar (iya, Mawar yang itu, yang pipinya jerawatan, kali ini aku tidak mau lagi mengesampingkan pipinya) telah resmi berpacaran.
Aku mulai membenci dan menjauhi Mario, tapi tidak sampai menyantetnya, tidak tega, sungguh, yang aku tidak habis pikir, apa gerangan yang dilihat Mawar yang-jerawatan-itu dari Mario?
Apanya??
Yang membuatku lebih gila adalah, ternyata mereka jadian sehari setelah aku ditolak Mawar yang jerawatan itu… err… orang tampan ditolak itu kan hal yang biasa… alasan penolakannya pun klise… kamu terlalu tampan untuk jadi pacarku… tapi, kenapa harus Mario?? Sahabat aku??
Bersambung.
Cinta ditolak, Meong bertindak! Ikuti kelanjutannya kisah Doni Si Meong ;)
Next issue ~> Si Meong (2) Release on Dec 8th, 2015