Kerikil di Tepi Sungai (IV)

4 Dec 2015 20:49 2393 Hits 2 Comments
Manusia dan Cinta

Part Sebelumnya ~>

Kerikil di Tepi Sungai

Kerikil di Tepi Sungai II

Kerikil di Tepi Sungai III

 

Cinta itu sederhana, sampai kau membuat harapan, sampai harapan itu menjadi tak terbatas.

Ironisnya, para pecinta adalah mereka yang menciptakan cinta, mereka harus melalui tahap-tahap melahirkannya, merawatnya, membesarkannya, melihatnya menua dan mati, atau membunuhnya. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau.

Aku kemudian berkesimpulan, bahwa cinta itu sederhana, sesederhana kebutuhannya, kehidupan.

Kehidupan itu sederhana, sampai mereka berkeinginan, sampai keinginan itu menjadi tak terbatas. Mungkin banyak dari mereka yang ingin menjadi Tuhan, ingin hidup selamanya, ingin abadi.

Hidup itu sederhana, sesederhana kebutuhannya, ruang dan waktu. Mereka hanya perlu menempatinya dan menjalaninya.

Cinta itu sederhana, sampai kau memiliki keinginan, sampai keinginan itu menjadi tak terbatas.

Awalnya aku hanya berharap dengan menuliskan ribuan kata dapat merubah sudut pandang dan cara berpikirmu tentang kita, cinta kita.

Sesederhana itu, namun manusia membuat cinta terasa rumit.

Aku mengajakmu melihat alam semesta, bahwa galaksi yang manusia tempati hanyalah butiran debu, apalagi matahari, apalagi bumi, apalagi kerikil di tepi sungai.

Sesederhana itu, namun kepercayaan membuat cinta terasa rumit.

Ku harap kau adalah sungai itu, sehingga kau tetap mengalir, tidak perduli apa pandangan kerikil-kerikil di tepianmu, tak perduli sebanyak apapun kerikil yang telah membuat gelombang di aliranmu.

Sehingga kau menemukan muara, sehingga kau menemukan pantai, sehingga kau menemukan laut. Sehingga kau mengerti bahwa ada sesuatu yang jauh lebih besar daripada sungai.

Sesederhana itu, namun kehidupan membuat cinta terasa rumit.

Ketika kau memilih untuk hidup bersamaku, maka kau harus ikut mengalir bersamaku, tanpa perduli gonggong anjing, kokok ayam, atau suara-suara kerikil yang berjatuhan di atas kita.

Ketika aku memilih untuk hidup bersamamu, maka aku adalah kerikil yang berkeinginan, maka aku adalah kerikil yang sedang mewujudkannya, maka biarkan aku membangun jembatan ini dengan ataupun tanpa bantuanmu.

Cinta itu sederhana, sampai ada yang menjalaninya.

Aku menawarkan hal sederhana yang akan menjadi tidak sederhana saat kau menyetujuinya.

Aku menawarkan cinta, ku harap kau mau menjalani kerumitannya bersamaku.

Beberapa tahun yang lalu aku mencarimu kemana-mana, setelah aku temukan kaupun ku tinggalkan, aku tahu kau menangis, kau harus tahu aku juga menangis.

 

⇒ Epilog

About The Author

Tuhuk Ma'arit 53
Expert

Tuhuk Ma'arit

Bodoh, miskin, dan pemalas. Lahir di Kotabaru (Kalimantan Selatan) pada tanggal 30 Januari 1988. Menulis adalah hal yang biasa bagi saya, saya sudah melakukannya sejak Sekolah Dasar. Saya sudah terbiasa menyalin contekan PR, dihukum menulis di papan tulis, menulis absen dari jarak jauh ketika bolos (mungkin bisa disebut mengisi absen secara online), menulis cerpe'an sebelum ulangan, dan menulis surat cinta di tahun 90-an. Tetapi, menulis ide orisinil adalah hal baru yang akan saya kembangkan. Semoga, amin. Sekarang saya bekerja tetap sebagai pengangguran. Hobi saya yang bercita-cita memberi pekerjaan kepada sejuta rakyat Indonesia adalah bermalas-malasan. Jika istri saya tidak mengetahui akun ini, berarti status saya adalah masih single dan available. Eh?
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel