Part Sebelumnya ~>
Â
Cinta itu sederhana, sampai kau membuat harapan, sampai harapan itu menjadi tak terbatas.
Ironisnya, para pecinta adalah mereka yang menciptakan cinta, mereka harus melalui tahap-tahap melahirkannya, merawatnya, membesarkannya, melihatnya menua dan mati, atau membunuhnya. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau.
Aku kemudian berkesimpulan, bahwa cinta itu sederhana, sesederhana kebutuhannya, kehidupan.
Kehidupan itu sederhana, sampai mereka berkeinginan, sampai keinginan itu menjadi tak terbatas. Mungkin banyak dari mereka yang ingin menjadi Tuhan, ingin hidup selamanya, ingin abadi.
Hidup itu sederhana, sesederhana kebutuhannya, ruang dan waktu. Mereka hanya perlu menempatinya dan menjalaninya.
Cinta itu sederhana, sampai kau memiliki keinginan, sampai keinginan itu menjadi tak terbatas.
Awalnya aku hanya berharap dengan menuliskan ribuan kata dapat merubah sudut pandang dan cara berpikirmu tentang kita, cinta kita.
Sesederhana itu, namun manusia membuat cinta terasa rumit.
Aku mengajakmu melihat alam semesta, bahwa galaksi yang manusia tempati hanyalah butiran debu, apalagi matahari, apalagi bumi, apalagi kerikil di tepi sungai.
Sesederhana itu, namun kepercayaan membuat cinta terasa rumit.
Ku harap kau adalah sungai itu, sehingga kau tetap mengalir, tidak perduli apa pandangan kerikil-kerikil di tepianmu, tak perduli sebanyak apapun kerikil yang telah membuat gelombang di aliranmu.
Sehingga kau menemukan muara, sehingga kau menemukan pantai, sehingga kau menemukan laut. Sehingga kau mengerti bahwa ada sesuatu yang jauh lebih besar daripada sungai.
Sesederhana itu, namun kehidupan membuat cinta terasa rumit.
Ketika kau memilih untuk hidup bersamaku, maka kau harus ikut mengalir bersamaku, tanpa perduli gonggong anjing, kokok ayam, atau suara-suara kerikil yang berjatuhan di atas kita.
Ketika aku memilih untuk hidup bersamamu, maka aku adalah kerikil yang berkeinginan, maka aku adalah kerikil yang sedang mewujudkannya, maka biarkan aku membangun jembatan ini dengan ataupun tanpa bantuanmu.
Cinta itu sederhana, sampai ada yang menjalaninya.
Aku menawarkan hal sederhana yang akan menjadi tidak sederhana saat kau menyetujuinya.
Aku menawarkan cinta, ku harap kau mau menjalani kerumitannya bersamaku.
Beberapa tahun yang lalu aku mencarimu kemana-mana, setelah aku temukan kaupun ku tinggalkan, aku tahu kau menangis, kau harus tahu aku juga menangis.
Â
⇒ Epilog