Cepot Pergi ke Tasikmalaya

25 Nov 2015 23:48 3178 Hits 0 Comments
Pada suatu hari Cepot bermimpi tentang sahabatnya yang tinggal di Tasikmalaya, membuatnya rindu dan ingin bertemu. Karena dia sedang berada di Makassar bersama Dawala dan ayahnya, Semar, maka dari sana dia naik pesawat terbang menuju Tasikmalaya. Tapi ternyata perjalanan tersebut tidak seperti yang dibayangkan.

Trak! Sebuah anak panah menancap tepat di lingkaran merah yang terletak di tengah lingkaran-lingkaran merah dan putih.

 

"Giliranmu." Kata Ajang.

 

Cepot membidik panahnya, dan...

 

Stak! Anak panah mengenai lingkaran merah yang paling luar.

 

"Ha... meleset, coba lagi Pot!"

 

"Ah kampret euy!"

 

Cepot membidik panahnya lagi, kali ini tangannya sedikit gemetaran, dan...

 

Wusss! Tiba-tiba bertiup angin kencang disertai debu dan dedaunan. Setelah reda, anak panah tersebut tidak terlihat. Kemudian mereka mencarinya cukup lama; hingga akhirnya ditemukan menancap pada seekor kambing yang tergeletak sekarat.

 

"Waduh celaka!" Kata Cepot.

 

"Pot kabur Pot!"

 

Ketika baru melangkahkan kakinya, seorang bapak-bapak berbadan gendut datang dan langsung melihat kambing tersebut. Sialnya, Ajang dan Cepot menggendong panah mereka di punggung.

 

"Kalian membunuh kambing saya!? Kurangajar!"

 

Tidak dapat menyangkal, mereka berdua segera mengambil langkah seribu.

 

"Wah euy... si bapak larinya kenceng!" Kata Cepot setelah meliuk ke belakang.

 

Tanpa disadari, mereka berdua menuju sebuah tebing tinggi yang terdapat sungai di bawahnya. Pepohonan yang rimbun menghalangi pandangan.

 

Krasss! Mereka berdua langsung menghentikan larinya, tapi sayangnya sudah terlambat. Mereka langsung terjun bebas ke bawah. Ajang jatuh terlebih dahulu membentur sebuah batu, sedangkan Cepot masih sempat melihatnya sebelum dia tercebur ke dalam air.

 

"Jaaang!"

 

Brusss!

 

"Ja... a... aa... a... ng!"

 

"Jaaang!"

 

"Jaaang!"

 

"Jaaa... jang?"

 

Cepot memperhatikan sekelilingnya, terlihat jam dinding, jendela, tirai, dan meja.

 

"Mimpi tadi bisa jadi pertanda, aku harus bertemu dengannya!"

 

***

 

Cepot dan Dawala sedang berada di Makassar ikut ayahnya, Semar yang dinas disana. Khawatir terjadi sesuatu pada Ajang, sahabat lamanya tersebut yang tinggal di Tasikmalaya, Cepot mengajak Dawala untuk kesana, dan sekalian pulang ke Bandung.

 

Karena perjalanan menggunakan kapal laut akan memakan waktu yang lama, maka Semar menyuruh mereka untuk naik pesawat terbang.

 

Mendengarnya, Cepot senang bukan main karena dari dulu dia ingin sekali naik pesawat terbang. Sayangnya, dia tidak tahu bagaimana caranya bepergian menggunakan pesawat terbang; sehingga Dawala lah yang mengurusi semuanya, karena dia pernah sekali naik pesawat.

 

Tiga hari kemudian, setelah melalui berbagai proses, mereka berdua telah berada di dalam pesawat. Suasana pesawat yang nyaman, membuat mereka tertidur selama di perjalanan.

 

***

 

"Tuan, tuan," seorang pramugari membangunkan, "pesawat telah sampai di tujuan, silahkan keluar melalui pintu belakang."

 

"Aaah, akhirnya sampai juga, sudah lama aku tidak makan kupat tahu Singaparna." Kata Cepot.

 

"Heeuh, sama, ayo kita kesana."

 

"Ngomong-ngomong, kenapa ya udaranya terasa panas begini?" Kata Cepot sambil mengepak-ngepak bajunya. "Perasaan Tasik tidak sepanas ini."

 

"Mungkin inilah yang dinamakan pemanasan global, terasa kan?" Kata Dawala.

 

***

 

Di dalam gedung bandara, Cepot merasa aneh karena tulisan-tulisan yang ada tidak menggunakan bahasa Indonesia, meski ada bahasa Inggrisnya. Seragam para petugas bandara, pakaian orang-orang, dan pembicaraan yang terdengar serasa asing baginya, walaupun wajah-wajah mereka sama dengan di Indonesia.

 

Dawala yang juga menyadari keanehan tersebut, menelan ludahnya dalam-dalam.

 

"Permisi pak, saya mau tanya, kalau pintu keluar disebelah mana ya?" Tanya Cepot pada seorang petugas keamanan yang melewat.

 

Petugas tersebut diam dan memperhatikan Cepot dengan saksama.

 

"Pak, pintu keluar disebelah mana ya?"

 

"Aaah, awak mesti datang dari Indonesia?"

 

Cepot terdiam sejenak.

 

"Iya saya Indonesia, terus kenapa?"

 

"Selamat datang di lapangan terbang antarabangsa Kuala Lumpur kerajaan Malaya."

 

Cepot pun menyadari dimana dia berada sekarang. Dia tahu Kuala Lumpur.

 

"Dawala... kéhéd! Ini bukan Tasikmalaya, tapi Malaya! Salah beli tiket!"

 

Selesai bertengkar, mereka segera memesan tiket tujuan Tasikmalaya. Beruntung mereka diberi uang lebih oleh Semar, tapi sesampainya di Tasikmalaya, mereka tidak bisa jajan, serta terpaksa jalan kaki dan menumpang truk bak terbuka untuk sampai ke rumah Ajang.

 

Akhirnya Cepot dapat bertemu sahabatnya itu dalam keadaan sehat.

Tags

About The Author

Fajar Sany 25
Novice

Fajar Sany

Saya adalah Fajar, manusia biasa, bukan manusia super atau yang aneh-aneh lainnya.
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel