Bermimpi setinggi langit, saat kau jatuh masih berada di awan
Pantang menyerah memang tidak di miliki oleh setiap orang. Ada orang â orang yang memiliki semangat seperti sejak kecil, dikarenakan hidupnya sering di tempa oleh keadaan lingkungan ataupun keluarga. Semisal seorang anak yang terlahirkan dari keluarga ekonomi menengah kebawah dan semenjak kecil sudah di tempa ribuan kali kesusahan, tentu berbeda dengan anak yang terlahir dari keluarga dengan ekonomi berada dan semenjak itu ia sudah di berikan hal hal yang enak tanpa adanya tetes mengeluarkan tetes keringat.
Teori yang kini di anut oleh para wirausaha adalah memberikan pembelajaran dan pelatihan. Dimana tenaga pendidik mengajarkan pada peserta didik .Dalam pembelajaran sangat membutuhkan semangat yang tinggi dan pantang menyerah. Pembelajaran tersebut akan di dapatkan di sekolah sekolah. Baik itu tingkat SLTA sederajat/ SMP sederajat. Para tenaga pendidik men-demo-kan keberhasilan yang sudah ia capai, guna memotivasi para pelajar agar tertarik untuk berwirausaha.
Terkadang timbul pertanyaan, peran apa saja yang di mainkan oleh tenaga pengajar dalam menumbuhkan wirausaha di sekolah ?. Jawaban tersebut memang tak terlalu teoritis sekali. Teori dan praktet hanya akan selalu beradu argument jika terjadi perbedaan. Pertama, tenaga pengajar memberikan contoh terlebih dahulu. Ada pepatah jawa guru bermakana digugu lan ditiru[1]. Pepatah tersebut ada korelasi dengan psikolgi sosial, dimana hubungan guru dengan murid (individu kelompok) dapat menimbulkan sebuah kesadaran â kesadaran yang luar biasa. Tenaga pendidik mengjarkan kebiaasan disiplin, melakukan usaha, dan konsiten. Tiga kebiasaan tersebut di transfer oleh pendidik agar apa yang ia lakukan, di lakukann oleh peserta didik. Korelasi nya dengan wirausaha, tenaga pendidik memberikan sebuah imajinasi tentang usaha bertaraf kecil. Dari hal itu dapat di jadikan sebagai plan (rencana) kemudian pendidik mengajarkan atau mendatangkan praktisi usaha yang di minati oleh peserta didik. Semisal mendatangkan pengusaha cincau capucino agar siswa dapat ATM (Awasi, Tiru, dan Modifikasi) dalam menciptakan sesuatu yang baru. Kedua, tenaga pendidik menyisipkan nilai nilai kewirausahaan pada mata pelajaran yang ada. Hal yang paling cocok yaitu ekonomi. Dimana pelajaran ini mengajarkan dua bidang sekaligus, yaitu eksakta dan sosial. Sosial terdiri dari pendekatan ekonomi mikro, sementara eksakta pada bagian matematika. Ketiga, menghargai karya karya peserta didik. Baik itu dalam pembelajaran internal maupun eksternal. Berangkat dari sini murid akan lebih bersemangat untuk terus berkarya, dari situ guru masuk untuk mengarahkan bukan mendikte. Agar arah yang dituju sesuai dengan spesifikasi karya. Misalnya ada anak sekolah yang pintar menggambar di buku. Memarahi dan memberikan sindiran bukan sesuatu yang ia inginka. Hargai dengan cara memuji karya siswa tersebut. Arahkan menuju hal yang lebih baik, yaitu untuk di berikan fasilitas untuk melukis dari sekolah. Guru mengarahkan agar lukisan lukisan tersebut di pajang di tempat tempat ramai agar ada orang tertarik.