Ketika gagasan “Smart City†menjadi bahan perbincangan hangat di Indonesia, saya berpikir mengapa sebuah kota memerlukan konsep “cerdasâ€? Apakah ini berarti fasilitas di kota-kota saat ini tidak mampu menghasilkan solusi “cerdas†untuk berbagai aspek?Â
Mengapa konsep ‘cerdas†tidak diterapkan saja pada desa atau wilayah terpencil?Â
Pertanyaan itulah yang terbesit ketika ramai-ramai tiap kota besar di Indonesia ingin menghadirkan konsep “Smart City†bagi keberlangsungan kota mereka sendiri.Â
Yah, di Indonesia ini gaung konsep modern lebih riuh di kota. Padahal sudah saatnya, pedesaan juga merasakan “konsep modernâ€.Â
Bukan soal adanya mall atau tempat keramaian layaknya kota, tetapi sebuah konsep modern yang mencerdaskan para warganya.Â
Kekhawatiran saya itu dijawab oleh salah satu operator berwarna biru di Indonesia. Operator tersebut  telah menghadirkan konsep “desa cerdas†yang dinamakan  Xmart Village 2.0.Â
Â
Apa itu Xmart Village 2.0.?Â
Dan dua desa yang telah jadi percontohan adalah desa Lamajang, Kabupaten Bandung dan desa Cipacing, Kabupaten Sumedang.
Saya pun berkesempatan menghadiri diskusi perkenalan konsep Xmart Village 2.0 ini yang berlangsung pada 27 Oktober 2015 di Graha XL Bandung.Â
Pada acara tersebut hadir Direktur & Chief Digital Officer XL, Ongki Kurniawan. Ada juga Head of United Nations Development Partnership, Ade Swargo Mulyo.Â
Dari kalangan akademik, hadir Ketua LPIK ITB, Prof. Dr. Suhono H. Supangkat. Dan dari pihak pemerintah, hadir  Kepala Diskominfo Provinsi Jawa Barat DR H Dudi Sudajat Abdurachim
Peluncuran program Xmart Village 2.0Â
Â
Dari gelaran tersebut, terungkap bahwa Xmart Village 2.0 adalah sebuah program yang memberdayakan potensi sebuah desa agar lebih maju dibandingkan sebelumnya. Program ini diinisiasi oleh XL sebagai bagian dari program untuk memajukan pedesaan.Â
Tidak hanya potensi desa yang dikembangkan. Konsep desa cerdas ini juga merupakan sebuah konsep menghadirkan program berbasis teknologi digital bagi masyarakat pedesaan.
Sebuah konsep yang memang saya harapkan dan bisa dihadirkan di berbagai desa di Indonesia.Â
Â
Â
Program Xmart Village 2.0
Xmart Village 2.0 jadi program mengangkat berbagai potensi desaÂ
Â
Dalam Xmart Village 2.0, terdapat beberapa program utama sebagai basis program yang harus dilaksanakan di desa.Â
Program-program tersebut meliputi program pembuatan website, program SMS Blast, program Call Centre, serta pembayaran listrik pintar.Â
Program lainnya adalah pelatihan penggunaan teknologi tepat guna, program penyediaan tim ahli, riset lingkungan, Â program digital tour guide, serta pelatihan bisnis online.
Program-program yang dihadirkan tersebut saya pikir sudah cukup bagus. Apalagi program yang terkait dengan masalah teknologi, seperti pembuatan website, serta pelatihan bisnis online.Â
Mengapa bagian ini sangat penting? Karena website dan bisnis online adalah ranah yang sedang trend dan telah membuat banyak orang meningkat kesejateraannya. Bisa dibilang, ranah ini adalah “ranah gurih†karena bisnis saaat ini juga tidak lepas dengan yang dinamakan internet.Â
Program-program lainnya juga tak kalah pentingnya. Program-program tersebut dihadirkan untuk mengedukasi masyarakat dan menumbuhkan potensi desa tersebut sehingga banyak orang dari luar kota datang ke desa tersebut.Â
Sebagai contoh, dua desa yang dijadikan contoh model Xmart Village 2.0. Pertama, adalah Desa Cipacing yang memiliki potensi desa dengan produk senjata rakitannya. Kedua, Desa Lamajang yang terkenal dengan produk pertaniannya.Â
Dengan potensi desa tersebut, serta dukungan konsep Xmart Village 2.0 tentunya akan membuat desa lebih maju. Akan banyak orang tertarik datang ke desa dan tidak hanya mengunjungi wisatanya saja.Â
Tentunya, program Xmart Village 2.0 merupakan sebuah program yang cukup bagus. Saya mendukungnya. Sayangnya, program ini tampaknya baru bisa terlaksana di desa-desa yang sudah “teredukasi’ dengan baik.Â
Artinya, program ini terlaksana karena dukungan masyarakatnya juga yang menginginkan konsep desa cerdas.Â
Hal ini, pernah saya tanyakan saat acara diskusi. Saat itu, saya bertanya, mengapa desa percontohan tidak desa yang ada di luar Pulau Jawa?. Misalnya, di daerah Indonesia Timur.Â
Dan jawaban dari pertanyaan tersebut adalah soal kesiapan. Kesiapan dari masyarakatnya dan kesiapan dari dukungan fasilitas yang ada.Â
Sebagai gambaran, tidak mungkin Xmart Village 2.0 jika pada suatu desa, listrik saja belum masuk.Â
Masuk akal sebenarnya, tapi saya tetap punya keyakinan bahwa konsep desa cerdas, semisal Xmart Village 2.0 bisa lebih banyak menyentuh daerah desa-desa yang lebih terpenci.
Â
Â
Â