Pembunuhan yang Terinspirasasi Karakter Film

4 Nov 2015 17:52 4031 Hits 2 Comments
Pembunuhan yang meniru Darth Vader sampai The Matrix

 

Tragedi penusukan di sekolah yang terjadi 22 Oktober 2015 di T rollhattan, Swedia dilatarbelakangi kebencian seperti dinyatakan kepolisian setempat. Pelaku, Anton Lundin (21 tahun) tewas ditembak saat penangkapan. Ia sebelumnya telah meninggalkan catatan bunuh diri di apartemennya.

 

 

Dua orang menjadi korban yaitu asisten guru, Lavin Eskandar dan siswa bernama Ahmed Hassan (15 tahun). Keduanya tewas dengan luka tusuk. Saksi mengatakan, pelaku datang ke sekolah dengan berpenampilan mirip tokoh Darth Vader dalam saga Star Wars. Kebayakan murid di sekolah yang diserang merupakan imigran dan pelaku memilih korban berdasarkan warna kulit.

 

 

Polisi mendeskripiskan pelaku sebagai orang yang pendiam dan penyendiri. Selain itu, pelaku menyukai musik metal dan membenci hip-hop. Dalam akun Facebooknya, pelaku juga menyukai dan membagikan film yang mengagungkan Nazi Jerman.

 

 

Jika dicermati, kostum Darth Vader yang dikenakan saat penyerangan punya kaitan dengan kecenderungan pelaku terhadap Nazi Jerman. Pencipta Star Wars George Lucas menyatakan, saat sosok Darth Vader masih berupa konsep dalam benaknya, sanng perancang kostum, John Mollo kemudian menerjemahkannya sebagai sosok iblis gelap menyeramkan.

 

 

Sejumlah elemen dari sejarah yang berhubungan dengan perang dan kejahatan pun dicuplik. Mollo mengambil desain helm Darth Vader dari bentuk helm khas Nazi pada Perang Dunia II.

 

 

Elemen lainnya seperti sepatu boot kulit dan pakaian mengambil unsur penampilan geng sepedamotor. Sedangkan topeng menyerupai bentuk bentuk masker gas yang banyak diproduksi selama Perang Dunia II. Kendati tidak bisa dikaitkan secara langsung, pelaku terinspirasi oleh sosok Darth Vader dalam melakukan penyeragan.

 

 

Sementara sebelumya, telah banyak kasus pembunuhan yang dikaitkan langsung dengan karakter dalam film sesuai dengan fakta-fakta di pengadilan. Berikut adalah 4 di antaranya.

 

 

 

Chucky (Child’s Play)

 

Terjadi di Tasmania, Australia, 28 April 1996, pembunuhan yang lebih dikenal dengan sebutan ‘The Port Arthur Massacre’ itu menewaskan 35 orang dan melukai 23 lainnya. Pelaku, Martin Bryant, yang saat tanggal kejadian masih berusia 28 tahun menggunakan sejumlah senjata api seperti pistol Colt dan senapan serbu AR-15 SP1 Carbine, serta senapan antik L1A1 SLR dalam aski gilanya.

 

 

Bryant dilaporkan memiliki IQ 66 dan para tetangga di lingkungannya menilai sikapnya sangat aneh dengan tidur sepanjang hari dan berkeliaran saat malam serta sering menebar ancaman akan menembak siapapun yang memasuki pagar rumahnya tanpa izin.

 

 

Psikiater yang menanganinya setelah penangkapan menerangkan, obsesi Bryant terhadap film “Child’s Play” (1988) menjadi salah satu faktor yang melatarbelakanginya melakukan pembantaian. Ia terobsesi pada karakter Chucky, boneka dengan sifat kekanak-kanakan tetapi punya kemampuan yang sangat destruktif. Belakangan dietahui jika Bryant juga mengidap schizophrenia.

 

 

The Ghostface (Scream)

 

The Ghostface, sosok berjubah hitam bak malaikat kematian yang berlarian membabi buta sambil menghunuskan pisau berlumur darah menjadi ikon horor setelah kemunculan pertamanaya dalam “Scream” (1996). Seorang hakim pernah berkata, film garapan maestro genre slasher movie, Wes Craven itu adalah sumber pengetahuan yang sangat bagus untuk mempelajari bagaimana membunuh seseorang.

 

 

Meniru tampilan The Ghostface dan menggunakan dua pisau dapur, pria 24 tahun, Thierry Jaradin membunuh Alisson Cambier, perempuan 15 tahun yang merupakan tetangganya. Persitiwa terjadi di Gerpinnes, sebuah kota kecil di Belgia pada 9 November 2001

 

 

Pelaku menusuk korban 30 kali hanya karena korban memperkalukannya kurang ramah dan menolak bertukar videotape. Jaradin membawa tubuh korban ke kamarnya dan membaringkannya di tempat tidur bersama setangkai mawar. Ia menghubungi orangtua korban dan polisi lalu mengakui perbuatannya.

 

 

Anehnya, “Scream” justru terinspirasi dari satu kejadian nyata yaitu  pembunuhan lima pelajar pada Agustus 1990 di Florida, Amerika Serikat. Korban ditemukan dengan banyak luka tusuk di apartemennya.

 

 

Neo (The Matrix)

 

Setelah menembak seorang profesor di Miami University pada 27 Juli 2002, wanita bernama Tonda Lynn Ansley yag merupakan warga kota Hamilton, Ohio, Amerika Serikat didakwa tidak bersalah. Ia dinyatakan mengidap semacam gangguan jiwa yang dikenal dengan nama ‘The Matrix defense’, istilah yang merujuk langsung pada film “The Matrix” (1999).

 

 

Kelainan jiwa tersebut tercermin dari pandangan pelaku yang percaya jika ia berada dalam ralitas matrix alih-alih dalam dunia nyata saat melakukan pembunuhan. Dengan pengakuan tersebut, pelaku biasanya dibebaskan dari jerat hukum dan dikirim ke panti rehabilitasi mental.

 

 

Bukan hanya pada kasus Ansley, pembelaan di pengadilan dengan dalih ‘The Matrix defense” juga terjadi pada setidaknya 3 kasus lain. Salah satunya yang juga menyedot perhatian publik adalah pembunuhan yang dilakukan Lee Malvo di Washington DC selama rentang 16 Februari 2002 - 23 October 2002. Tercatat 10 orang tewas di tangannya. Saat mendekam di tahanan ia kerap berteriak, “Bebaskan dirimu dari the matrix.” dan menyuruh penyidik FBI untuk menyakiskan film tersebut agar dapat mengerti apa yang ia lakukan.

 

 

The Joker (The Dark Knight)

 

Karakter The Joker dalam “The Dark Knight” (2008) dibawakan dengan sangat memukau sehingga segera menjadi klasik hanya dalam beberapa tahun setelah penayangannya. Karakter antagonis itu menginspirasi seorang mahasiswa, James Eagan Holmes untuk melakukan penembakan di dalam gedung bioskop Century Movie Theater di Colorado, Amerika Serikat saat penayangan perdana “The Dark Knight Rises (2012). Korban tewas mencapai 12 orang dan 70 orang luka.

 

 

Dengan mengenakan helm, masker gas, dan perlengkapan taktis, ia memasuki gedung bioskop dengan tenang pada 20 Juli 2012. Seletah melempar gas air mata, pelaku yang melengkapi diri dengan shotgun, senapan, pistol, dan 700 amunisi itu berteriak, “I’m The Joker!” dan langsung mepelaskan tembakan.

 

 

Aksinya berhenti hanya karena senjatanya macet. Ia pun berjalan ke luar gedung yang sudah dikepung polisi. Di pengadilan, ia membela diri dengan pernyataan gangguan jiwa tetapi ia tetap dinyatakan bersalah dan mejalani hukuman penjara seumur hidup.

 

Tags

About The Author

Oknum 19
Novice

Oknum

Jadi tukang tik (bukan tukang nulis) sejak 10 tahun setelah menara kembar WTC runtuh.
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel