Selama ini orang lebih mewaspadai mikroorganisme sebagai penyebab penyakit yang berasal dari lingkungan dari lingkungan. Jarang disadari bahwa sampah plastik sangat berpotensi membahayakan kesehatan. Berbagai penyakit maupun kelainan pada tubuh, sampai pada bayi lahir cacat, dapat diakibatkan oleh sampah ini.
               Semula, plastik yang dianggap sebagai jawaban terhadapap kebutuhan manusia, dalam kenyataanya kemudian justru menjadi sumber bencana, biang keladi pencemaran dan mengancam keselamatan dan kesehatan manusia.
               Plastik dikenal Alamiah dan sintetik. Plastik alamiah yang tersusun dari bahan tanaman dan hewan, seperti damar dan berbagai getah yang diolah secara kimiawi. Plastik yang demikian kurang penting perananya sebagai pencemar lingkungan hidup, dibandingkan dengan plastik sintetik.
               Plastik sintetik meliputi fenol formaldehid atau dikenal dengan nama bakelit dan berbagai turunanya, polyster resin dengan segala modifikasinya. Diantaranya yang terkenal dari jenis ini adalah serat terylene dan dacron (bahan busana). Sementara dari jenis vinyl, terutama polyvinyl klorida (PVC), yang leih dikenal sebagai pipa pralon.
               Jenis polietilene juga merupakan plastik sintetik penting lainya. Jenis plastik ini umumnyadiproduksi sebagai hasil sampingan batu bara (fenol) dan minyak bumi serta gas alam. Di amerika serikat dan eropa, teknologi plastik ini mulai meledak tahun 1940 dan sejak itu perkembanganya semakin pesat.
               Sifat plastik memang dapat disesuaikan dengan keperluan sesuai dengan sarana teknologi dan ilmu pengetahuan yang ada. Namun, sebagai bahan non alamiah atau sintetik umumnya memiliki sifat tidak larut dalam air, bahkan kedap air, tidak dapat berkarat. Akibatnya, plastik tidak mengalami daur ulang(recyle) seara alamiah.
               Di alam, lazimnya berlaku hukum kekekalan energi, yakni tidak ada energi yang hilang begitu saja. Paling-paling perubahan bentuk, kebentuk yang lain. Demikian pula dengan materi yang terdapat di alam, untuk bahan-bahan alamiah berlaku daur ulang. Namun, bagaimana dengan plastik sebagai produk sintetis?
               Sebagaimana telah dikemukakan, plastik sukar terurai, tidak menyerap, bahkan kedap air serta tidak berkarat. Plastik jugatidak hancur oleh sinar matahari. Karena sifatnya yang kedap air, mikro organisme pun enggan menyentuhnya. Karena itulah plastik tidak mengalami proses pembusukan. Akibatnya, tidak dapat dihancurkan oleh keberadaan mikroorganisme.
               Apabila sampah plastik tidak terurai, tidak membusuk, tidak berkarat, berarti sebagai sampah dia bersifat kumulatif. Semakin lama timbunan sampah plastik semakin menggunung. Ada yang iseng menghitung sampah plastik dari sektor pertanian saja, didunia setiap tahun mencapai 100 juta ton. Jika sampah plastik ini dibentangkan, dapat membungkus bumi sampai sepuluh kali lipat. Bukan main!
               Kehadiran sampah plastik disuatu perairan, apalagi dalam jumlah banyak, terutama tentu saja akan menyita ruang. Sebagai benda asing, plastik mengurangi tata guna air, akibatnya hantaran panas air tidak sama dan jauh lebih mengganggu keseimbangan airan (homoeostasis). Dia juga mengganggu keseimbangan ekologis karena plastik menimbulkan pencekikan terhadap biota, khususnya ikan. Ikan akan terjebak jaringan sampah plastik dan mati lemas karena kekurangan oksigen. Terhadap tanah, tidak kurang menimbulkan benana. Sampah plastik menimbulkan keterbatasan penggunaan tanah serta ketidak tentuan, mengingat unsur sampah plastik harus ikut diperkirakan.
Membahayakan Kesehatan
Dalam membuat plastik tahan panas biasanya ditambahkan suatu senyawaan penta-kloro-bifenil (PCB) yang juga berfungsi sebagai satic agent. Oleh karena itu PCB ikut menentukan kualitas plastik. Karena itu, plastik tahan panas kemungkinan mengandung PCB lebih banyak.
               Pengaruh keracunan PCB pada manusia telah lama diketahui. Tanda dan gejala dari keracunan ini berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan kaki lemas, sedangkan wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat.
               Pengaruh keracunan menahun pada manusia oleh PCB, antara lain kematian jaringan hati serta kanker hati. Karena itulah, untuk mengurangi bahaya plastik bagi kesehatan maupun lingkungan hidup, dianjurkan sesedikit mungkin menggunakan plastik untuk keperluan. Jika perlu, penggunaan kembali sampah plastik untuk diproduksi lagi oleh pabrik peralatn plastik, sangat bijaksana.
Â