Pusat Energi dalam Al Qur'an

1 Nov 2015 12:05 4316 Hits 0 Comments
Do’a dan membaca Al Qur’an adalah aktivitas yang hampir sama yang keduanya merupakan medium komunikasi dengan Allah.

Do’a dan membaca Al Qur’an adalah aktivitas yang hampir sama yang keduanya merupakan medium komunikasi dengan Allah.

                        Sejak SMA, kita sudah diperkenalkan dengan istilah energi. Dalam fisika, kita masih ingat hukum energi yang berbunyi :energi tidak dimusnahkan, ia hanya berubah dari satu bentuk kebentuk yang lain. Dengan perkataan lain, energi itu bersifat kekal. Misalnya kipas angin yang berputar dikamar anda. Gerakan kipas angin merupakan transformasi dari energi listrik menjadi energi gerak, dan masih banyak lagi.

                        Begitu pun dengan Al Qur’an. Ia memiliki energi. Energi Al Qur’an tidak dapat dimusnahkan. Ia berubah dari satu bentuk kebentuk lain. Energi Al Qur’an memiliki daya tertarik yang dahsyat. Karena, ia bersumber dari sang Maha Dahsyat. Dan, ia merupakan firman Allah yang langsung dibisikan kepada manusia. Sudah barang tentu energi Al Qur’an memiliki keunikan tersendiri.

                        Banyak energi yang disalurkan Al Qur’an kepada manusia, namun yang dominan ada 3. Pertama, energi do’a. Kedua, energi syukur. Ketiga, energi sabar.

                        Setiap kali kita menekuni nilai-nilai dalam Al Qur’an (dengan membaa dan men-tadabburi-nya), sesungguhnya kita sedang melakukan sebuah proses transformasi energi. Yaitu, dari energi abstrak menjadi energi konkret.

                        Bacaan-bacaan dalam Al Qur’an itu memang bersifat konkret atau nyata karena setiap perkataan Alqur’an adalah kebenaran (haqq). Banyak nasihat kebaikan di dalamnya. Banyak juga nilai-nilai pendidikan, kehidupan, sejarah, pengorbanan, kesuksesan, kebahagiaan, dan lainya. Hanya saja, semua itu masih bersifat Abstrak. Ia akan menjadi konkret ketika kita mewujudkanya dalam kehidupan keseharian. Alqur’an mendorong kita supaya mengongkretkan segala perkataan yang ada dalam al qur’an. Kitab mulia ini senantiasa memberikan dorongan pada penikmatnya agar segera mempraktikan apa yang disampaikan didalamnya. Disitulah proses transformasi energi berlangsung.

                        Mereka yang tidak mau mengaplikasikan ajaran-ajaran Al Qur’an tidaklah mampu melakukan transformasi energi tersebut. Mereka hanya bisa membaca saja, tanpa mau mengamalkanya. Akibatnya, semakin mereka membaa Al Qur’an, semakin jauh diri mereka dari nilai-nilai Al Qur’an. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika Rasulullah SAW meramalkan bahwa diakhir zaman nanti akan kita temukan orang-orang mengalunkan Al Qur’an sebatas tenggorokan mereka saja. Mereka hanya sekedar memperindah lantunan Al Qur’an tanpa mau menuangkan isi Al Qur’an dalam keseharianya.

                        Mungkin, hal itu pula yang menjadi penyebab mengapa kita sering membaa Al Qur’an tetapi hidup kita begini-begini saja. Kita tidak mengalami perubahan yang berarti. Mungkin juga kita membaca Al Qur’an sekedar mencari pahala Allah, tanpa mau memetik nilai-nilai kesuksesan yang diajarkan Al Qur’an. Kita membaa sebatas dengungan pita suara saja, tanpa mau memasukan setiap perkataan Al Qur’n dalam derap langkah hidup kita. Jadi, wajar saja kalau sampai saat ini kita belum sukses dan bahagia. Dalam hal ini, Interaksi kita dengan Al Qur’an masih terbatas.

 

 

Tags

About The Author

Mas Haidar 36
Ordinary

Mas Haidar

u will See, if u want to know me.. so catch up on me
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel