Pintaku di Waktu Duha

23 Oct 2015 10:18 2392 Hits 0 Comments
Di bulan November tahun lalu  kami ketiban duren, menerima orderan dari anak Tasikmalaya. Tak tanggung – tanggung 15 biji Handphone jadul dipesannya setelah melihatnya di Tokobagus.com. tu saja. Selain itu, jualan pulsa di sekolah juga semakin moncer. Ngurus usaha sampai – sampai nilai ulangan UTS jeblok.

“Ron, Nokia 1200 yang kemarin sudah laku ?” ujarku sambil mengepulkan asap rokok.

“Sudah, Son. Kamu ada barang lagi gak hari ini ?” dengan penuh harapan ada barang lagi.

“Lagi kosong. Tanggal 2 bulan depan insya Alloh sudah ada”  ujar Roni  sembari memberikan korek.

Percakapan itu masih sering terdengar di tahun – tahun lalu. Aku dan Roni adalah si pengepul handphone jadul dan konter kecil berkruran 4 X 6 meter disamping jalur pantai selatan daerah Kebumen.  Dia biasa memanggilku Son, karena tubuhku seperti Samson. Kala kenal pertama denganku, ia melihat aku  bertubuh kekar seperti Samson. Nama asliku Roby Hanif Samijo kena pelampiasan.

Makan malam di konter kecil itu berhasil membuat perutku kenyang. Menikmati segelas kopi sambil melamun akan kerinduan   percakapan dengan Rony dan pertama kenal di SLTA. Pasalnya acara MOS di SLTA tidak mungkin terulang karena faktor “X” sedangkan percakapan bulanan itu terhenti. Peristiwa “serempet lari ala Avanza” itu biasa kumenyebutnya.

Di bulan November tahun lalu  kami ketiban duren, menerima orderan dari anak Tasikmalaya. Tak tanggung – tanggung 15 biji Handphone jadul dipesannya setelah melihatnya di Tokobagus.com. tu saja. Selain itu, jualan pulsa di sekolah juga semakin moncer. Ngurus usaha sampai – sampai nilai ulangan UTS jeblok.

Di sore hari, Rony menanyakan aku tentang kelanjutan  orderan dari Tasikmalaya. Sembari nonton acara Pesbuker kami pun berbincang – bincang mengenai hal itu.

“ Mau di antar lewat kantor pos atau sendiri ?”

“ Gimana ya ?”

“Ini orderan jauh pertama lho, besok sabtu minggu kan libur. Lumayan buat liburan ?”

 “Pakai motor sendiri – sendiri” ucap Rony sambil menyalakan televisi.

“Oke” balasku.

Malam tak dapat menahan rasa kantuk ini. Rasa dingin menyelimuti kamar sekaligus tempat usaha kami.  Berlatih mandiri sejak kini telah membuat sikap semakin dewasa. Lebih tahu bagaiman rasanya orang tua banting tulang sampai kaki dikepala, kepala dikaki.

Sahutan adzan shubuh menyudahi rasa kantukku. Apalagi masjid disebelah dengan suara adzan ala mekkah yang merdu sekali. Tak ada lagi kata untuk kembali ke selimut hangat. Begitupun Rony, yang selalu bangun pukul 4.15.  Apalagi hari ini, persiapan mengantar barang ke Tasikmalaya.

Pagi itu tak seperti biasanya, tepat pukul 06.30 sudah rapih. Berdandan khas orang mudik di musim lebaran. Hanya saja tak mengenakan tas ransel yang super gede. Tak lupa kacamata ala Michael Jakson yang sering dikenakan Rony untuk bepergian.

Motor bebek Honda Grand keluaran 97 dan Honda 70 siap membawa kami menuju Tasikmalaya. Selain mengantarkan orderan, jalan – jalan untuk melepaskan penat setelah UTS[1] .Satu pinta kami pada Alloh S.W.T, supaya tak ada operasi zebra cross ala pasukan lalu lintas.

 “Berdoa dulu Ron, biar di kasih keselamatan sampai tujuan” sambungku sambil memegang tangannya

“Ok. Ayo tancap gas Mas Samson” ujark Roni  menepuk bahuku.

Awalnya perjalanan terlihat begitu lancar. Firasatku perjalan ini akan berakhir selamat sampai tujuan pembeli maupun kembali ke konter.  Orang tuaku selalu mengajarkan berpikir positif saat  perjalanan, sehingga pikiran mamang[2] tak tumbuh dalam pikiran kita. Selalu ingat Alloh pun tak luput dari wejangannya.

Tiba – tiba Roni memperlambat laju kendaraan, dan mengarahkan motornya ke pinggiran. Aku pun mengikutinya.

“Ada apa Ron ?” tanyaku agak kebingungan.

“Aku sembelit bro, gak lihat SPBU yang deket dari sini” memegang perut yang ingin segera dikeluarkan isinya.

“Aha, aku ada ide. Di situ aja bro” menunjukkan ke arah hamparan sawah yang dekat dari pemberhentian.

“Cerdas kau Samson, tumben – tumbenan” lari terbirit – birit menuju hamparan itu.

Setelah selesai BAB, perjalanan dilanjutkan kembali. Begitu riang si Rony, setelah disiksa oleh rasa mules yang menyerang perut.

Tiba – tiba Rony menyalip mobil Avanza yang ada di depanya. Ia sudah merasa akan berhasil. Naas, saat setengah jalan Avanza yang disalip tiba – tiba sedikit berbelok untuk menghindara lobang di sebelah kiri imbasnya Rony terserempet dan hilang keseimbangan. Pembatas jalan pun tertabrak dan motor tahun 70-an pengendaranya jatuh hingga kedua kakinya bersimbah darah akibat tertindih oleh motor.

Sontak, aku berhenti dan memarkiran motor disamping jalan. Avanza itu malah tancap gas. Aku begitu terpukul, yang ku pikir hanya keselamatan temanku ini.

“Ya Alloh, aku bingung. Ini jalan sepi sekali. Semoga ada mobil bak yang berhenti menolong. Ya Alloh mohon” menadahkan tangan di tengah kebingungan.

Aku bingung, tak ada yang bisa kulakukan selain berdoa. Hati sudah berdetak kencang, tak jelas apa yang kurasa kala itu. Hatiku hanya memohon pertolongan dari Tuhan.

Tiba – tiba suara klakson terdengar dari kejauhan. Aku melambaikan tangan bak anggota pramuka kehilangan jejak ditengah hutan.

“Terimakasih ya Alloh, engkau maha mendengar” sambil mengusap mukaku sendiri.

“Kenapa mas ?“ Tanya pengemudi mobil bak itu.

“Ini pak tolong, teman saya sudah pendarahan lama. Nanti saya ceritakan peristiwa” sembari menggendong korban ke bak mobil.

“Iya ayo saya antar dulu ke rumah sakit yang dekat dari sini” membantuku mengankat si Rony.

“Saya nunggu motor di sini aja pak” ujar teman supir.

Sesampai di rumah sakit, Rony langsung dibawa ke ruangan UGD. Di luar ruangan sambil menyatukan kedua tangan, memohon pada Alloh tidak terjadi apa – apa pada kawanku. Melihat jam yang masih menunjukkan pukul 10 pagi. Terbiasa melaksanakan sholat duha.  Aku lantas menuju mushola guna melaksanakannya. Waktu duha bagiku sangat sacral. Disela kesibukan sekolah, aku selalu berusaha menyempatkan melakukakn ritual itu. Guru Agama di SLTA pernah bercerita tentang pengalaman pahitnya, tapi setelah melakukan sholat dhuha dan berdoa ada sesuatu yang ajaib.

“ Semoga Alloh memberikan sesuatu yang terbaik pada temanku. Selamatkan lah dia agar bisa menjalani kehidupan dengan indah tanpa hilang ingatan. Jangan kau nyawanya karena ia belum menikah Ya alloh “ pintaku pada Alloh setelah melaksanakan sholat.

Dokter pun selesai mendiagnosa. Aku menghampiri dan menanyakan apa yang terjadi pada kawanku.

“ Anda saudara dari korban ?” sambil menggosok kedua tangannya.

“ Iya” gelisah dan butuh kepastian.

“ Untung saja mas segera membawa ke Rumah sakit, tapi saya harus memberikan kabar yang kurang baik” mengajak menuju ruangan pak dokter.

Rasa berkecamuk menghantui pribadi ini. Aku belum memberi kabar pada orang tua Rony dan juga orderan handphone. Apalagi harus mendengarkan kenyataan Rony di ruang penuh kertas.

“Mas, Rony harus segera di amputasi kedua kakiya. Itu di akibatkan tertindih motor” dengan nada datar.

“ Apa dok ?” memegang kedua bahu dokter, seolah tak percaya dengan kenyataan.

“ Begini mas,  untung saja  segera di bawa kesini. Kalau tidak benturan dikepalanya bisa menyebabkan amnesia” memegang balik bahu kanan ku.

“ Iya, sudah dokter” keluar dari ruangan dokter.

Aku langsung menelpon pembeli. Bahwa pengiriman barang ditunda, karena terkendala di tengah jalan. Keluarga Rony pun kuberi tahu via telpon agar segera menuju rumah sakit. Supir mobil yang membawaku sampai ke rumah sakit tanpa ku perintah membawa kedua motor ku kerumah sakit. Sementara motor Rony masih ditinggal di TKP karena sudah dilaporkan ke polsek ketempat.

Ah, ternyata lamunanku dari tadi hingga lupa kopi sampai dingin. Biarkan saja itu pelajaran buat hidup yang di ibaratkan Syekh Amongraga dalam Serat Centhini, urip nang dunyo mung mampir ngombe, nanging ojo mung ngombe[3]. Saya mampir di dunia iya harus merasakan pahit dan getirnya hidup.

 


[1] Ujian tengah semester.

[2] Ragu

[3] Hidup di dunia itu hanya mampir minum, tetapi jangan hanya minum saja.

About The Author

Fadli rais 42
Ordinary

Fadli rais

Pecinta mamah muda made in Indonesia
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel