Penjara Persepsi, Penjara Imajiner (Sebuah Renungan)

21 Oct 2015 18:37 3117 Hits 0 Comments
Terkadang, kita terkungkung oleh pikiran kita sendiri.

Alkisah, ada seekor anak gajah yang berumur dua bulan terjebak kedalam perangkap yang dipasang oleh pemburu. Konon kejadian tersebut terjadi di Afrika. Gajah itu kemudian dijual ke pasar gelap, dan dibelilah oleh seorang kaya raya yang dikemudian hari merawat gajah tersebut.

Gajah tersebut kemudian ditempatkan di sebuah kebun binatang, dirawat, diberi makan, apapun yang menjadi kebutuhannya dipenuhi. Kaki gajah tersebut diikat menggunakan rantai besi, pada ujung lain dari rantai tersebut dikaitkan dengan bola besar yang terbuat dari besi.

Si gajah juga ditempatkan di tempat terpisah, dikucilkan dari hewan-hewan lainnya. Dengan pelakuan seperti itu, si gajah kecil marah, secara naluriah dia ingin bermain dengan teman-temannya, layaknya ketika masih tinggal di pedalaman Afrika. menghirup udara kebebasan, kemana hendak pergi, bebas, tidak ada yang mengatur.

Namun kali ini, si gajah kecil terkucil, setiap kali ingin melepaskan diri dari rantai pengikat, semakin berat dan sakit, kaki-kakinya juga sudah mulai lecet karena tergesek dengan rantai besi yang keras tersebut.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan akhirnya, genap satu tahun si gajah dalam ikatan rantai besi.

Pada suatu malam, sang pemilik kebun binatang, ditemani para pekerja, hendak mengganti bola besi yang ada di kaki gajah. Bola besi diganti dengan bola dari kayu, yang jauh lebih ringan. Kesempatan tidur si gajah dimanfaatkan dengan sangat baik oleh sang pemilik kebun binatang.

Keesokan harinya, si gajah yang sudah mulai beranjak besar itu, seperti biasa, tetap termangu menatap alam sekitar. Dengan tetap termangu melihat ke arah teman-temannya yang lincah bermain.

Si gajah tidak sadar, malam hari tadi, belenggu bola besi telah diganti oleh si pemilik kebun binatang. Seolah tidak terjadi apa-apa pada dirinya, seolah dia masih didalam ikatan bola besi yang teramat kuat.

Salah satu pengunjung kebun binatang bertanya kepada pemilik kebun binatang, “Kenapa gajah itu tidak beranjak dari tempatnya, padahal kayu yang ada dirantainya seharusnya sangat mudah untuk dia hempaskan”

“Gajah itu sebenarnya sanggup untuk beranjak kemanapun dia suka, meskipun ada kayu di ikatannya, namun, didalam pikirannya dia telah terekam kuat, bahwa dia tidak bisa terlepas dari ikatannya” jawab pemilik kebun binatang.

“Meskipun secara fisik dia bisa bebas, namun pikirannya dia telah memenjarakan dirinya, untuk bebas bergerak sekehendaknya” pungkas sang pemilik kebun binatang.

Cerita diatas, mungkin bisa kita ambil hikmahnya, bukan hanya pada gajah, namun kita sebagai manusia, terkadang merasa terkungkung oleh pikiran kita sendiri. Kita merasa tidak mampu berbuat sesuatu, yang bisa jadi, dengan sedikit usaha kita mampu menaklukkan segala permasalahan kita.

Namun karena sejak kecil, mungkin kita diberi sugesti negatif oleh lingkungan kita, kita merasa tak mampu untuk menghadapi permasalahan kehidupan.

Manusia memiliki anugerah terbesar, yang mungkin tidak dimiliki oleh makhluk lain, yaitu Kebebasan memilih. Ketika kita mendapat masalah, kita bebas menentukan, respon apapun yang kita mau, namun terkadang, kita justru mengecilkan arti diri kita sendiri.

Mudah-mudahan kita bisa mengambil hikmah dari kisah sang gajah tadi, semoga kita bisa menjadi manusia yang merdeka, merdeka dari kungkungan pikiran negatif kita. Semoga..

(sumber gambar: kisahhikmah.com)

Tags Motivasi

About The Author

wan 67
Expert

wan

Mencoba Hobi tulis menulis
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel