Melapangkan Hati (Sebuah Renungan)

14 Oct 2015 09:41 4192 Hits 2 Comments
Melapangkan dada dalam menghadapi masalah.

Dalam kehidupan, tidak mungkin kita sebagai manusia lepas dari permasalahan, dari sebagai seorang rakyat jelata, hingga seorang yang menjadi seorang penguasa, tidak akan lepas dari permasalahan kehidupan.

Bahkan dalam Al Quran, secara tegas dijelaskan bahwa manusia akan ditimpa dengan ketakutan, kekurangan pangan, jiwa dan berbagai macam problema kehidupan. Kadar masalah antara satu orang dengan lainnya juga bermacam-macam, terkadang masalah itu datang dengan kadar kecil, namun dilain waktu, masalah bisa datang dan serasa menghimpit jiwa.

Sikap kita dalam menyikapi masalah, kebesaran hati kita dalam melebur permasalahan kita, agar masalah yang besar dapat kita sikapi dengan besar hati, sangat diperlukan untuk menghadapi badai kehidupan.

Berikut saya kutip secuil kisah tentang kebesaran hati, bagaimana sikap kebesaran hati dapat membuat segala permasalahan menjadi ringan bagi kita.

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air mukanya ruwet. Pemuda itu memang tampak seperti orang yang tidak bahagia.

Pemuda tersebut menumpahkan segala permasalahan yang dialaminya, orang tua bijak tersebut mendengarkan dengan seksama. Kemudian selang beberapa waktu, orang tua bijak tersebut membawa segelas air, kemudian dia tuangkan kedalam sesendok air tersebut garam dan diaduk. Tak selang berapa lama, pemuda tersebut diminta untuk minum gelas yang sudah diberi garam tersebut. Tak ayal, sang pemuda mengatakan “Asin..asin sekali”.

Orang tua bijak hanya tersenyum, kemudian mengajak sang pemuda tersebut ke telaga yang tidak berjarak jauh dari rumah tersebut.

Sampai di telaga, orang tua bijak tersebut menebarkan segenggam garam ke dalam telaga, kemudian mengaduknya dengan kayu. Kemudian, orang tua bijak meminta sang pemuda untuk mengambil air dari telaga dan meminum air tersebut.

“Segar” demikian urai pemuda setelah meminum air tersebut.

“Apakah kamu merasakan asinnya air telaga tersebut” tanya si orang tua bijak.

“Tidak” jawab si anak muda.

“Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam tadi, tak lebih dan tak kurang. Jumlah garam yang kutaburkan sama, tetapi rasa air yang kaurasakan berbeda. Demikian juga kegagalan yang kita rasakan dalam hidup ini, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung dari hati kita. Jadi saat kau merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Orang tua bijak masih melanjutkan, “Hatimu adalah wadah itu. Perasaan itu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepatihan itu dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Cerita diatas mungkin sering kita dengar, hikmah yang bisa kita petik dari cerita tersebut adalah, bagaimana kita bisa melapangkan dada, dalam menyikapi persoalan kehidupan. Ini tentunya bukan sebuah perkara sesaat yang langsung muncul, namun kita harus melatih diri kita sendiri agar hati kita semakin terlatih dalam menghadapi berbagai rintangan kehidupan.

Semoga bermanfaat untuk kita.

(sumber gambar: www.eastjava.com)

Tags

About The Author

wan 67
Expert

wan

Mencoba Hobi tulis menulis
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel