Sebagai manusia yang—syukur kepada Tuhan—diberi kesempurnaan, adalah baiknya kita merenung sejenak.
Bagaimana rasanya seumur hidup tak mampu menikmati pemandangan pegunungan yang hijau, pantai yang biru, dan warna-warni kehidupan? Bagaimana rasanya seumur hidup tak mampu mendengar suara kicau burung, desir angin, debur ombak, dan keagungan alam? Bagaimana rasanya seumur hidup tak mampu melihat wajah indah orang yang kita cintai dan kasihi?
Bagaimana rasanya seumur hidup tidak mampu mendengar kalimat “Aku cinta padamu?â€
Bagaimana rasanya seumur hidup tak mampu membalas kalimat itu dengan ucapan, “Aku juga mencintaimu?â€
Sungguh, manusia diciptakan berbeda-beda. Ada yang sempurna ada pula yang berkekurangan. Mereka yang sempurna sudah selayaknya bersyukur pada pencipta karena diberi kelengkapan jasmani dan rohani.
Mereka yang kurang sempurna pun selayaknya bersyukur pada Ia Yang Maha Pencipta karena kemajuan teknologi masa kini telah menghasilkan berbagai macam peralatan yang mampu membantu mengatasi keterbatasan.
Teknologi memang sejatinya diciptakan, dikembangkan, dan dimanfaatkan demi memudahkan kehidupan manusia.
Aplikasi teknologi itu sudah selayaknya dikembangkan untuk manusia yang diberkati kesempurnaan jasmani dan rohani, juga untuk memudahkan kehidupan mereka yang berkekurangan.
Apa saja bentuk teknologi canggih yang telah mengantarkan kehidupan yang lebih baik bagi orang-orang yang berdisabilitas? Berikut ini adalah lima di antaranya.
Â
DEKA Robotic Arm
Banyak penyebab mengapa seseorang bisa kehilangan lengan. Bisa jadi karena cacat jasmani sejak lahir, akibat kecelakaan, diamputasi karena penyakit tertentu, dan banyak sebab lainnya. Kehilangan tentu bisa membuat manusia kesulitan melakukan berbagai aktivitas dan pekerjaan dengan normal.
Akan tetapi, Dean Kamen, sang inventor alat transportasi urban revolusioner Segway bersama perusahaan desain dan risetnya DEKA Corporation telah mengembangkan suatu perangkat lengan prostetik (lengan buatan).
Proyek ini didanai oleh lembaga DARPA dari Departement of Defense Amerika Serikat. Awalnya, tujuan proyek ini adalah mengembangkan lengan prostetik yang praktis, fungsional, dan aman bagi para veteran perang yang kehilangan lengannya setelah pulang dari peperangan.
Riset dan rancangan yang dibuat oleh Kamen dan kelompoknya menghasilkan sebuah lengan prostetik dengan bobot tak lebih dari 3 setengah kilogram.
Lengan ini mampu meniru gerakan lengan manusia dengan tingkat presisi yang tinggi—Kamen mendemonstrasikannya dengan mencoba mengupas kulit buah anggur. Lengan prostetik ini juga dapat dimodifikasi kontrol dan komponen modulernya sehingga fungsinya dapat diperspesifik lagi sesuai kebutuhan penggunanya.
Â
Mobil Tanpa Sopir dari Google
Salah satu kesulitan yang ditemui oleh para tuna netra adalah bepergian secara mandiri dengan waktu yang singkat. Mereka tidak dapat mengendarai sendiri kendaraan karena tidak memiliki kemampuan mengawasi keadaan sekitar dengan optimal.
Kekurangan ini seringkali membuat mobilitas (kecepatan dan jarak tempuh) para tuna netra terbatas. Namun demikian, jika Google mampu menyempurnakan proyek mobil tanpa sopir mereka, maka keterbatasan ini mungkin dapat diatasi dengan segera.
Google Self-Driving Car (disingkat Google SDC) adalah proyek inovatif yang dibekingi oleh Google X, sebuah divisi pengembangan dan inovasi teknologi dari Google.
Divisi inilah yang mengerjakan proyek Google Glass, Google Lens, dan Google Loon. Google SDC adalah teknologi yang memadukan teknologi komputasi, software pengendali kendaraan Google Chauffeur, dan teknologi penginderaan jauh (remote sensing) LIDAR. Saat ini di Amerika Serikat, dua en
Â
Implan Koklea
Implan koklea adalah sebuah perangkat kecil yang dapat membantu para tuna rungu “mendapatkan†kemampuan mendengar.
Meskipun prinsip kerjanya mirip dengan alat bantu dengar pada umumnya, implan koklea bukan alat bantu dengar biasa yang ditempel begitu saja di dekat alat pendengaran. Dinamakan implan karena alat ini justru dipasang di dalam organ pendengaran manusia.
Gelombang suara yang ditangkap oleh mikrofon diubah menjadi sinyal digital oleh komputer kecil di dalam perangkat ini.
Sinyal digital tadi dihantarkan ke dalam implan. Alat implan inilah yang menstimulasi langsung sistem saraf pendengaran penggunanya sehingga pengguna mampu “mendengar†meskipun alat pendengaran alaminya di dalam telinga tidak dapat berfungsi baik.
Pengembangan implan koklea sebenarnya telah dimulai sejak lama—setidaknya sejak akhir dekade 1950-an. Perangkat implan koklea pertama yang mendapat pengesahan dan persetujuan dari FDA (Food and Drug Administration, semacam lembaga pengawasan obat dan makanan dari Amerika Serikat) adalah pada 1984.
Sejak saat itu, teknologi implan koklea terus disempurnakan dan telah berkembang sangat pesat. Awalnya, koklea implan hanya mampu menyampaikan satu kanal suara sehingga statis, kini perangkat tersebut umumnya memiliki 20 kanal suara sehingga penggunanya mampu “mendengar†suara dengan lebih baik dan jernih.
Â
Ripple: Speaker untuk Para Tuna Rungu
Satu lagi aplikasi teknologi yang bermanfaat untuk para tuna rungu, Ripple adalah sebuah speaker unik yang bukan saja mampu menghasilkan suara seperti umumnya speaker lain, tetapi juga mampu memvisualisasikan suara-suara yang dihasilkannya menjadi sebuah representasi visual taktil.
Yang dimaksud representasi taktil adalah presentasi sebuah alunan musik menjadi gerakan-gerakan objek tertentu yang dapat diindera secara sentuhan atau taktil.
Dengan kata lain, dengan menggunakan speaker Ripple, Anda dapat “memegang†dan merasakan nada-nada dan alunan suara dalam suatu musik atau lagu, yang sejatinya hanya bisa diindera melalui indera pendengar.
Selain disentuh, tentu gerakan objek yang dihasilkan oleh Ripple juga bisa ditangkap oleh indera penglihatan. Dengan begitu, speaker unik dan revolusioner ini mampu dimanfaatkan oleh seorang tuna rungu maupun tuna netra.
Â
Kursi Roda iBot yang Mampu Melangkahi Anak Tangga
Selain merancang DEKA Robotic Arm, perusahaan perancangan milik Dean Kamen juga ternyata merancang sebuah kursi roda khusus yang mampu membawa pengendaranya melangkahi anak tangga tanpa bantuan orang lain.
Sekilas, kursi roda buatan DEKA ini tidak jauh berbeda dari kursi roda elektrik lainnya, kecuali bahwa kursi roda ini memiliki satu roda ekstra, serta perangkat canggih yang mampu mengatur sendiri kestabilan dan keseimbangan.
Kamen dan perusahaannya menciptakan kursi roda unik dan canggih ini untuk membantu para tuna daksa yang tidak mampu menggunakan kaki sebagai alat gerak otonom dan utama manusia secara baik.
Kursi roda ini dirancang untuk mengatasi mobilitas para tuna daksa yang terbatas ketika berhadapan dengan bangunan bertingkat yang tak memiliki elevator untuk menaiki tingkat tingkat atas bangunan, dan hanya tersedia tangga.
Bagi kursi roda biasa, tangga tentu rintangan besar yang sulit ditaklukkan. Namun bagi kursi roda canggih ini, tangga adalah rintangan sepele.
Dengan dua roda penggerak, kursi roda ini dapat memanjat anak tangga dengan mudah. Alat keseimbangan di dalam mesinnya menjaga agar stabilitas kursi roda dan penumpangnya aman selama menapaki anak-anak tangga tersebut. Sungguh revolusioner!
Â
Kapten PLUS Personal Navigation
Salah satu kesulitan bagi para tuna netra adalah mendapatkan gambaran akurat tentang lingkungan dan keadaan sekitarnya.
Berjalan sendiri di luar rumah adalah hal yang tidak mudah bagi mereka. Namun begitu, sebuah alat canggih yang bernama Kapten PLUS Personal Navigation dapat dimanfaatkan untuk membantu para tuna netra berjalan-jalan dan menjelajah dunia secara mandiri dan bebas kuatir akan tersesat.
Kapten PLUS Personal Navigation adalah alat yang mengombinasikan teknologi komputasi, GPS locator, dan teknologi asistif.
Alat ini merekam dan menganalisis posisi dan pergerakan penggunanya dengan sangat-sangat akurat sambil membuat perencanaan arah dan rute paling aman dan optimal yang dapat ditempuh ketika menuju suatu target.
Arah dan rute yang telah dibuat itu sendiri bahkan bisa disimpan untuk dipergunakan berulang-ulang sehingga pengguna tidak perlu membuat rute berkali-kali untuk pergi ke tempat yang sama—misalnya ke pasar atau supermarket untuk belanja rutin atau rumah sakit untuk terapi.
Demikianlah lima perangkat canggih yang sangat bermanfaat bagi para penyandang disabilitas. Dunia dewasa ini memang telah mengalami kemajuan teknologi yang sangat pesat, sehingga muncullah berbagai gadget dan perangkat canggih yang menakjubkan.
Akan tetapi, selain gadget-gadget seperti itu, dunia sebenarnya butuh lebih banyak perangkat-perangkat asistif praktis dan fungsional semacam ini terutama untuk membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan. Mari ikut mendukung dan mewujudkan semangat “Disability is not inability†para penyandang disabilitas.