âTerdiri dari àsuku â suku dan agama itulah Indonesiaâ lirik lagu yang dilantunkan oleh Rhoma Irama yang akrab disapa Bang Haji. Berjudul âBeragamâ ia ciptakan sesuai dengan konteks negara Indonesia yang dihuni lebih dari 200 suku dan 6 agama serta kepercayaan yang diakui oleh pemerintah Indonesia. Menjadi ciri khas tersendiri bagi negara penganut falsafah âBhineka Tunggal Ikaâ (Berbeda â beda tapi satu jua). Keberagamaan yang tersirat dalam lirik tersebut berbau pluralisme.
ÂÂ
Dalam konteks pluralisme keberagamaan di Indonesia memang penting adanya. Isme yang dicantumkan dalam âTrilogi Pembaharuanâ yaitu, sekularisme, liberalisme, dan pluralisme. M. Dawan Raharjo dalam kata pengantar buku Argumen Islam Untuk Pluralisme karangan Budhy Munawar â Rachman, bahwasanya pluralisme itu lahir dari ârahimâ masyarakat yang beragam yang memiliki kecenderungan terciptanya konflik.
ÂÂ
Roger Hait (1997) dalam bukunya On Pluralisme Christology pluralisme agama adalah fleksibel dalam berekspresi àdidefinisikan mengenai penerimaan religons yang berbeda , dan digunakan dalam berbagai cara terkait : sebagai nama pandangan dunia yang menurut seseorang agama bukanlah sumber tunggal dan eksklusif dari kebenaran , dan dengan demikian bahwa setidaknya beberapa kebenaran dan nilai-nilai yang benar ada di religios lainnya.[1]
ÃÂÂ
6 agama dan kepercayaanàterhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diakui oleh pemerintah RI, menjadi prestasi bagi formalisasi pluralisme di negara ini. Forum â forum lintas agama dan kepercayaan mulai digelorakan, setelah reformasi. Bapak Pluralisme pun disematkan kepada Gus Dur oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Jejak langkahnya melakukan pembebasan terhadap kaum minoritas (kaum Tionghoa) dan memberikan apresiasi terhadap agama Konghucu.
ÂÂ
Memang benar adanya konflik yang menjadi musabab lahirnya pluralisme. Salah satu contoh konflik besar antar agama di Indonesia àyaitu, konflik Muslim â Kristen di daerah Poso, Sulawesi Tengah. Pola konflik yang disebabkan oleh kesalah pahaman informasi, pemekaran wilayah, dan politik yang dilatarbelakangi agama dan kesuku â sukuan. Konflik ini dijadikan sebuah pembelajaran bagi bangsa ini, memahami sebuah kepercayaan secara ekslusif dapat menimbulkan prahara.
ÃÂÂ
Pluralisme sebuah kepercayaan di Indonesia menjadi harga mati. Yudi Latif dalam bukunya àNegara Yudisial, pancasila melalui sila pertamanya, ketuhanan yang maha esa. àPemikiran yang ideal dari para pendahulu dengan melihat keragaman yang ada di Indonesia. Dimaknai secara kontekstual, negeri ini perlu menjunjung tinggi dalam kebebasan berkeyakina. Agar hidup rukun antar umat beragama.
ÂÂ
Pluralisme tentunya perlu dikaji lebih komperhensif. Indonesia membutuhkan tokoh â tokoh agama, budaya, dll supaya mempublikasikan kepada masyarakat perihal keberagaman merupakan hal lumrah dan perlu dijunjung tinggi. Tenggang rasa dalam menyikapi perbedaan dapat memuluskan jalannya pluralisme. àSubtansi pluralismeàberupa pandangan yang tidak menimbulkan konflik antar penganut diperlukan
[1] Dikutip olehàBudhy Munawar â Rachman dalamààArgumen Islam Untuk Pluralisme. hal 3.