"Semua pendapat itu benar" adalah sebuah kalimat yang mampu menciptakan perpecahan atau dapat menjadikan tumbuh kebersamaan. Sejatinya manusia memiliki sudut pandang atau cara untuk melakukan dan mengemukakan pendapat masing-masing. Apakah itu kalangan pemuda/i, Dewasa, Rakyat, Pemerintah, dan apapun itu, semua pasti memilki pengalaman individu masing-masing. Dalam dunia Ilmu Komunikasi dikenal dengan istilah Field of Experience.
   Untuk memudahkan gambaran mengenai Field of Experience ini, kita ambil sebuah contoh antara si A dan si B. Keduanya adalah laki-laki, saudara, dengan kelahiran yang sama, jenjang pendidikan yang ditempuh pun sama dan seterusnya. Akan tetapi yang membedakan disini adalah Si A berada di lingkungan menengah kebawah, sedangkan si B berada di lingkungan menengah ke atas. Melihat dari segi kacamata sosial, Si A terlihat begitu dekat dengan rakyat kecil, sedangkan si B dekat dengan kalangan berdasi. Apakah kedua hal ini ada yang salah? Tidak ada. Karena mereka memiliki tujuan hidup masing-masing.
   Kemudian mari kita pertemukan antara si A dan si B untuk melakukan sebuah diskusi kecil dan memutuskan suatu permasalahan. Permasalahannya adalah bagaimana caranya menyelamatkan sebuah tanaman agar tetap bertahan hidup? apa yang akan  kita pikirkan sebagai A dan di lain sisi apa yang akan kita pikirkan sebagai B. Mungkin kita sebagai si A berpikir bahwa lebih baik tanaman ini kita tanam di tempat yang subur, atau mungkin kita si A berpikir bahwa lebih baik tanaman ini kita rawat sendiri, kita siram, kita beri pupuk setiap hari dan sebagainya, berbeda dengan pemikiran kita sebagai si B, mungkin dengan mudahnya kita berpikiran, kita berikan saja kepada orang yang bisa merawatnya dan cukup membayar kepada orang tersebut tiap bulannya. Semua pemikiran kita mengenai A dan B adalah benar, tidak ada yang salah. Bukankah tujuannya adalah bagaimana menyelamatkan sebuah tanaman?
   Mungkin dari kita ada yang menyanggah, ah... itu A lambat, kurang efektif lah.. ah.. itu B habis-habisin duit aja, maleslah, atau apalah yang kita pikirkan mengenai kedua tokoh tersebut. Itulah kita, ketika menginginkan suatu tujuan dan menyelesaikan suatu permasalahan, selalu dibarengi dengan keegoan masing-masing. Sikap sombong yang seolah-olah pendapat pribadi kitalah yang paling benar, timbullah perpecahan karena perbedaan suatu pendapat. Sama halnya dalam sebuah keluarga, Organisasi, hingga pemerintahan. Apakah ini menunjukkan sikap kedewasaan?
   Benarlah apa yang dikatakan dalam firman-Nya "Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat" (QS. Hud : 123). itulah manusia gemar dengan suatu perdebatan, tatkala kita ingin bersatu, kesombongan dari pribadi masing-masing, dan menganggap dirinya lah yang paling benar. Padahal sejatinya kebenaran adalah milik Allah. Wallahua'lam. (Bersambung)