Refleksi Diri (dari) Mundurnya Menteri Olahraga Jepang

26 Sep 2015 08:31 2535 Hits 3 Comments

Dalam jumpa pers di Tokyo, Jumat (25/09), Hakubun Shimomura menjelaskan pengunduran dirinya sudah disampaikan kepada Perdana Menteri Shinzo Abe. "Saya menimbulkan masalah dan membuat masyarakat khawatir," katanya.

Sumber cover : http://www.satuharapan.com/uploads/pics/news_45928_1443194358.jpg

Pagi ini, sekitar pukul 07.32 saya membuka salah satu akun media sosial saya. Setelah beberapa saat menggerakan jari untuk melihat aktivitas dari rekan dan kanal berita yang saya ikuti, ada salah satu berita yang membuat saya tertarik untuk membuka halaman tersebut. Yakni berita mengenai mundurnya menteri olah raga Jepang.

Setelah membuka halaman dari salah satu kanal berita tersebut saya menuju artikel terkait berita tersebut. Dan sungguh hal ini menjadi sarapan berita yang menyehatkan bagi saya setelah membaca isi berita tersebut.

Dalam berita tersebut disebutkan bahwasanya Menteri Olahraga Jepang Hakubun Shimomura mengundurkan diri terkait pembatalan rencana pembangunan stadion untuk Olimpiade 2020 di Tokyo karena pembengkakan biaya.

Dalam jumpa pers di Tokyo, Jumat (25/09), Hakubun Shimomura menjelaskan pengunduran dirinya sudah disampaikan kepada Perdana Menteri Shinzo Abe.

"Saya menimbulkan masalah dan membuat masyarakat khawatir," katanya.

Ditambahkan, ia juga akan mengembalikan gajinya sebagai menteri selama enam bulan yang ditaksir mencapai 900.000 yen atau sekitar Rp110 juta.

Namun gajinya sebagai anggota parlemen tidak terpengaruh -yang jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan gaji menteri.

(sumber potongan isi berita : http://www.bbc.com/indonesia/olahraga/2015/09/150925_olahraga_jepang_olimpiade?ocid=socialflow_facebook)

Sungguh alangkah bijaksana nya langkah yang diambil oleh orang tersebut (Menteri Olahraga Jepang) bagaimana tidak, apabila melihat situasi yang terjadi dalam ranah Olahraga di Negeri kita (dalam hal ini saya ambil contoh Sepak Bola) yang sama – sama kita ketahui bersama bagaimana kekacauan yang terjadi di dalamnya.

Sekali lagi kita harus berbenah dan belajar dari Jepang mengenai etos kerja yang sama – sama kita ketahui bersama bagaimana Jepang menerapkan “standar kualitas” pada setiap individu – individu yang hendak bekerja di Jepang khususnya. Pun demikian kita bisa lihat etos kerja yang nyata dari lembaga pemerintahan nya dari contoh kasus ini.

Artikel ini saya tulis bukan bermaksud untuk menjatuhkan martabat bangsa kita sendiri, melainkan sebagai salah satu bentuk upaya dalam menyadarkan diri (pribadi pada khususnya) dan khalayak umum untuk senantiasa bersungguh – sungguh dalam bekerja sesuai tanggung jawab yang di embannya.

Ada salah satu ungkapan dari Negeri Arab sana yang terkenal menyebutkan “man jadda wajada” yang artinya “barangsiapa yang bersungguh – sungguh, pasti akan mendapatkan hasil” maka hal ini memang membuktikan bahwasanya suatu proses usaha memang tidak akan pernah menghianati hasil. Seperti dalam peribahasa sunda disebutkan “anu keuyeung tangtu pareung”.

Demikian tulisan ini saya buat, semoga menjadi bahan intropeksi dan motivasi untuk kesuksesan kita semua.

Bandung, 26 September 2015

 

-EBING-

Tags

About The Author

Ridwan Ebing Setiadi 32
Ordinary

Ridwan Ebing Setiadi

seorang yang senantiasa tidak luput dari salah, khilaf, dan dosa. Seorang yang penuh dengan rasa ingin tahu tentang segala hal. seorang pria yang ingin memberikan manfaat bagi keluarga, orang disekitar lingkaran lingkungan serta khalayak pada umumnya. kegiatan di alam terbuka adalah rutinitas dan hobi yang saling berkesinambungan. dan menulis adalah salah satu cara pendokumentasian dari setiap perjalanan hidup yang dilalui selain dengan mata lensa kamera nya.
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel